Apakah Benar Jendral  Prabowo Subianto,   Tolak Menang Curang?

Oleh: Muslim Arbi
Direktur Gerakan Perubahan dan Koordinator Indonesia Bersatu

Hari ini, Sabtu, 9 Maret, bertempat di Gedung Juang, Menteng Jakarta Pusat di Deklarasikan Front Daulat Rakyat yang diinisiasi oleh Mantan Dan Jen Kopassus, Mayjen Soenarko, Dr Marwan Batubara dkk.

Yang hadir nampak: Sejumlah jendral Purnawirawan. Fahrurrozi, Mantan Wakil Panglima TNI dan Mantan Mentri Agama. Tyasno Sudarto, mantan KASAD, Laksamana Slamet Subianto, mantan KASAL, Letjen Marinir, Soeharto, Mayjen (purn) Deddy S Budiman, dan sejumlah Tokoh Nasional lainnya.

Ada orasi berapi-api oleh Rizal Fadilah dari Bandung untuk Pemakzulan dan Pemenjaraan Presiden yang dinilai tidak layak lagi pimpin negara. Karena melanggar sejumlah UU.

Letjen Soeharto didaulat berikan orasi singkat yang menyoal tentang prinsip jati diri Tentara Nasional Indonesia.

Mantan Danjend Kopassus, Jendral Soenarko membacakan deklarasi FDR. Front Daulat Rakyat. Isi nya:

1. Menolak dengan tegas Hasil Pemilu, khususnya Pilpres 2024 yang di nilai curang.
2. Mendesak DPR segera menggunakan Hak Angket guna menyelediki dengan seksama kecurangan Pemilu 2024
3. Meminta agar Pasangan Prabowo-Gibran di diskualifikasi
4. Menuntut DPR dan MPR segera memproses Pemakzulan Presiden Joko Widodo.

Di tengah acara deklarasi itu saya dibisiki oleh seorang Aktifis Senior dari Muhammadiyah.

Dia berkata setengah berbisik. Karena takut mengganggu acara deklarasi. Konon, katanya: Prabowo menolak kemenangan dengan hasil Curang. Oleh karena itu Ketum Gerindra itu mendesak Partainya Gerindra agar ikut gelar Hak Angket.

Karena, katanya lagi. Aktifis senior yang sering berjamaah di Masjid Cut Mutiah itu, bilang Prabowo kan seorang militer. Dan punya prinsip kstaria. Kstaria itu ogah main curang apalagi menang curang.

Maka, kalau Mas Bowo teman-teman dekat memanggilnya. Tolak soal tuduhan kecurangan itu sangat beralasan. Saya mencoba memahaminya.

Saya lalu menimpali kawan itu setengah berbisik. Pantas aja saya baca, ada Anggota DPR dari Demokrat, Herman Khairon dari Dapil Cirebon juga dukung Hak Angket.

Nah, menarik ini, kawan. Saya timpali lagi. SBY dan Prabowo kan mantan militer. Di militer itu dituntut ksatria dan ketegasan dan pantang berlaku curang dan kemunafikan. Jadi kalau, Gerindra dan Demokrat dukung DPR gunakan Hak Angket untuk selidiki kecurangan itu pantas dan wajar.

Saya juga tambahkan di obrolan singkat berbisik itu. Saya berharap Prabowo dan SBY jangan sampai terkontaminasi pilpres dan Pemilu Curang sebagai mana memenangkan Joko Widodo. Yang diprotes dan digugat pada 2019 yang menelan banyak korban jiwa. Delapan ratus lebih anggota KPPS dan banyak yang korban di depan Bawaslu tahun 2019 itu.

Dari obrolan kecil dan ringan tadi siang di Gedung Joang itu menyiratkan Soal Jati Diri Tentara Nasional Kita. Tentara Nasional adalah Tentara Rakyat sebagaimana dicontohkan oleh Jendral Besar Soedirman.

Jiwa  TNI adalah ksatria tanpa kompromi dengan kecurangan apalagi, kemunafikan.

Publik berharap mantan tentara yang pimpin Partai seperti SBY dan Prabowo teguh berpegang pada Sumpah Prajurit dan Sapta Marga dan jiwa ksatria yang teguh pada jati diri Bangsa.

Dengan demikian mantan dua jendral itu dapat mendorong Hak Angket di DPR untuk menyelediki tudingan kecurangan yang di lakukan oleh Penyelenggara Pemilu dan Pilpres.

Agar ke depan, Bangsa ini tidak lagi mentoleriri kecurangan dalam bentuk apapun ketika memilih pemimpin baik eksekutif maupun legislatif. Karena kecurangan dan kemunafikan bukan jati diri Bangsa apalagi jati diri Tentara Nasional Indonesia baik yang masih dinas maupun yang sudah purnatugas.

Dari bisik-bisikan singkat itu saya bergumam dalam hati, Semoga Mantan Jendral SBY, juga mantan Presiden RI ke 6, dan Mantan Jendral Prabowo Subianto tidak terjangkiti oleh Penyakit Yang diderita oleh Joko Widodo yang dinilai oleh publik sebagai tukang bohong dan ingkar janji.

Bahkan oleh Ben Bland menulis tentang Joko Widodo sebagai “Man of Contradoctions”. Manusia yang tidak dapat dipegang omongannya. Ya. Manusia kacau lah. Kata anak-anak gaul mah. Padahal mantan walikota Solo itu yang sekarang sebagai Kepala Negara dan Kepala pemerintahan seharus nya memberikan ketauldan termasuk dalam perpolitikan nasional.

Wallahu’alam.

Depok, Margonda Raya. 09 Maret 2024