Belajar dari “20 Days in Mariupol” dan “Dirty Vote”: Suara Kebenaran di Tengah Kemelut
Oleh: WA Wicaksono
Storyteller, Analis Iklan dan Pencitraan
Film “20 Days in Mariupol” film dokumenter jurnalistik karya Mstyslav Chernov, yang mengungkapkan cerita mengerikan mengenai orang pertama yang menyaksikan hari-hari awal invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, memenangkan Oscar untuk film dokumenter terbaik pada hari Minggu (10/3) malam.
Film dokumenter yang merupakan produksi gabungan The Associated Press dan PBS “Frontline,” Oscar – dan nominasi – adalah yang pertama bagi Chernov, seorang jurnalis video AP, dan organisasi berita yang berusia 178 tahun. Ini adalah nominasi ketiga dan kemenangan pertama untuk “Frontline.”
Keberhasilan “20 Days in Mariupol” dalam ajang Academy Awards ke-96 tahun 2024 ini, tiba-tiba mengingatkan saya pada film dokumenter Indonesia “Dirty Vote” yang saat ini menjadi perhatian di tengah carut-marut penyelenggaraan Pemilu 2024 Indonesia yang disinyalir banyak diwarnai kecurangan yang terstruktur, sistematis dan masif (TSM).
“20 Days in Mariupol” dan “Dirty Vote” adalah dua film yang berbeda genre dan latar belakang, namun keduanya memiliki benang merah yang sama: keberanian untuk menyuarakan kebenaran di tengah situasi yang penuh tekanan.
20 Days in Mariupol, film dokumenter garapan Mstyslav Chernov, membawa kita ke garis depan perang Ukraina. Film ini mendokumentasikan 20 hari pertama serangan brutal Rusia di Mariupol, Ukraina, dan menunjukkan kepada dunia kengerian perang dan penderitaan rakyat sipil.
Dirty Vote, film dokumenter karya Dandhy Laksono, mengupas kasus kecurangan dalam pemilihan umum di Indonesia. Film ini menghadirkan investigasi mendalam tentang praktik manipulasi suara dan politik uang yang mencoreng demokrasi.
Kedua film ini memiliki pelajaran berharga yang bisa kita petik:
1. Keberanian untuk Mengungkap Kebenaran:
Baik Chernov dan Dandhy Laksono menunjukkan keberanian luar biasa dalam mengungkap kebenaran. Chernov mempertaruhkan nyawanya untuk merekam realitas perang di Mariupol, meskipun di tengah bahaya dan ancaman dari pasukan Rusia. Laksono, di sisi lain, berani melawan arus dan membuka tabir kecurangan dalam pemilu, meskipun menghadapi tekanan dan intimidasi dari pihak-pihak yang berkepentingan.
2. Pentingnya Jurnalisme dan Investigasi:
Kedua film ini menunjukkan peran penting jurnalisme dan investigasi dalam menjaga demokrasi dan keadilan. Chernov dan timnya menjadi saksi mata dan pembawa pesan dari Mariupol, menyampaikan kisah mereka kepada dunia dan mendokumentasikan sejarah untuk generasi mendatang. Laksono, melalui investigasinya, membantu membuka mata publik tentang praktik-praktik curang yang merusak demokrasi Indonesia.
3. Kekuatan Suara Rakyat:
“20 Days in Mariupol” dan “Dirty Vote” menunjukkan bahwa suara rakyat memiliki kekuatan untuk mengubah keadaan. Keberanian Chernov dan Laksono dalam menyuarakan kebenaran menginspirasi banyak orang untuk bertindak dan memperjuangkan apa yang benar. Film-film ini menjadi pengingat bahwa kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga kebenaran dan melawan ketidakadilan.
4. Kesadaran Akan Kemanusiaan:
Kedua film ini juga membangkitkan kesadaran akan kemanusiaan. “20 Days in Mariupol” menunjukkan penderitaan rakyat sipil yang terjebak dalam perang, dan “Dirty Vote” mengingatkan kita tentang bahaya korupsi dan manipulasi yang merampas hak-hak rakyat. Film-film ini mendorong kita untuk berempati dan membantu mereka yang membutuhkan.
Kehadiran “20 Days in Mariupol” yang memenangkan Oscar dan “Dirty Vote” yang mencuri perhatian ini setidaknya menjadi film inspiratif yang mengingatkan kita tentang pentingnya keberanian, kebenaran, dan keadilan. Film-film ini mendorong kita untuk menjadi agen perubahan dan memperjuangkan apa yang benar, bahkan di tengah situasi yang sulit.
Paling tidak beberapa pesan penting dapat kita kais dari kedua film tersebut seperti: jangan pernah takut untuk menyuarakan kebenaran. Jurnalisme dan investigasi memainkan peran penting dalam menjaga demokrasi dan keadilan. Suara rakyat memiliki kekuatan untuk mengubah keadaan. Serta kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga kemanusiaan dan melawan ketidakadilan. Tabik.
Status Siaga II Jakarta, Tinggi Muka Air Capai 214 Sentimeter
JAKARTASATU.COM-- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta meningkatkan status siaga Pintu Air Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta...
Luhut Tak Sapa Gibran Saat Pidato Penyerahan DIPA 2025 Di Istana
JAKARTASATU.COM-- Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Panjaitan menjadi sorotan publik dalam acara penyerahan...
CATATAN AENDRA MEDITA *)DALAM konteks politik di Indonesia, istilah “closing dynasty” seringkali dikaitkan dengan upaya mengakhiri dominasi politik keluarga atau kelompok tertentu yang berlangsung...
Balad 386 SMAN 3 Bandung Angkatan 1986 Siap Gelar Ulin Ka Sumedang
JAKARTASATU.COM -- ALUMNI SMAN 3 Bandung Angkatan 1986, Balad 386, akan menggelar reuni,...