56 TAHUN “Melati dari Jayagiri”, Abah Iwan Berlinang Air Mata
MINGGU, 24 Maret 2024 kemarin bertepatan 56 tahun usia lagu Melati dari Jayagiri. Karya melegenda dari legenda hidup, Ir. Iwan Abdulrachman (76 tahun). Sosok yang populer dengan sapaan Abah Iwan.
Lagu yang mengalirkan legenda itu lahir 24 Maret 1968. Saat usia 21 tahun atau baru tiga tahun sebagai mahasiswa Fak. Pertanian (Faperta) Unpad. Abah Iwan berkisah serbalintas tentang karya ciptanya. Menerawang keindahan Melati dari Jayagiri lewat video berdurasi 6 menit 9 detik. Bertepatan ulang tahun lagu nan syahdu itu.
Petikan gitar akustik berpadu harmonika, Abah Iwan bak bertutur kata tentang kisah Melati dari Jayagiri. Intro lagu yang bagai menerawang masa lalu. Lebih dari lima dekade. Suara lirih dengan nafas yang rada berat, mengalirkan suasana nostalgik. Tampak berkaca-kaca, menyentak linang air mata. Sesekali memejamkan mata di antara jemari gitar. Bait-bait lagu nan utuh dengan akhir sejumput senyum usia senja.
Abah Iwan tetap bersahaja. Mengenakan kaos dan topi hitam bergaris putih. Syal warna oranye melingkar di lehernya. Menunjukkan dia aktivis senior Wanadri. Perhimpunan Penempuh Rimba & Pendaki Gunung yang bermarkas di Kota Bandung.
Tampilan video melulu medium close-up. Gambaran sederhana, berbagi kenangan sarat makna dan nostalgia. Tampilan yang didedikasikan kepada para pecinta alam.
Jejak tapak lebih dari separuh abad lalu. Abah Iwan menciptakannya di Lembah Jayagiri. Di antara bukit yang membelah jalur Lembang menuju Gunung Tangkuban Parahu (2.084 mdpl). Gunung yang juga mengisahkan legenda Sangkuriang dan Dayang Sumbi. Lembang nan sejuk, kota kecamatan yang kini termasuk Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Sebelum berkisah lebih lanjut, simak lirik lagu Melati dari Jayagiri :
Melati dari Jayagiri
Kuterawang keindahan kenangan
Hari-hari lalu di mataku
Tatapan yang lembut dan penuh kasih
Kuingat di malam itu
Kau beri daku senyum kedamaian
Hati yang teduh dalam dekapan
Dan kau biarkan kukecup bibirmu
Mentari kelak kan tenggelam
Gelap kan datang dingin mencekam
Harapanku bintang kan terang
Memberi sinar dalam hatiku
Kuingat di malam itu
Kau beri daku senyum kedamaian
Mungkinkah akan tinggal kenangan
Jawabnya tertiup di angin lalu…
Ciri khas lagu ciptaan Abah Iwan, berpadunya setiap bait (kata) dan nada. Dalam lantunan kisah hidup dan kehidupan. Melati dari Jayagiri yang bahkan bukan ungkapan tentang wanita pujaan. Semata kecintaan akan keindahan alam dan pegunungan. Tentang jajaran pohon di hutan belantara, yang “saling memeluk” saat “kedinginan” dan “ketakutan”. Kehadiran pohon yang dimaknai memberi perlindungan.
Melati dari Jayagiri (1968) lahir, berbarengan dengan trend komunitas pecinta alam dan pendaki gunung masa itu. Utamanya di kota Bandung. Tiga tahun kemudian (1971) dipopulerkan lewat single album grup Bimbo yang mengawali popularitasnya. Masa itu antara 1972-1974, marak bermunculan kelompok pecinta alam. Penulis pun pernah mengalami. Setiap akhir pekan, menjejak kaki ke Gunung Tangkuban Parahu. Dipastikan melewati lembah Jayagiri. Diawali dari Bukit Dago menuju tebing Maribaya, sebelum ke Lembang dan lanjut Jayagiri.
Banyak lagu diciptakan Abah Iwan. Sebut saja Flamboyan, Bulan Merah, Do’a, Anggrek Merah, Balada Seorang Prajurit, Jangan Bunuh Aku, Lembayung Senja, Seribu Mil Lebih Sedepa, dan Senja di Bandung Utara. Juga sejumlah lagu hymne untuk lembaga atau organisasi. Antara lain Hymne Siliwangi, Wanadri dan Unpad.
Hymne Unpad diciptakan 1970 di kawasan Gunung Burangrang (2.050 mdpl). Saat Abah Iwan melatih untuk Pendidikan Dasar Wanadri. Reputasi Iwan Abdulrachman sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Unpad angkatan 1965 mewarnai nama besar almamater. Pendiri Grup Pecinta Lagu (GPL) Unpad (1970) yang merambah pentas publik. Penulis mengenali lewat Erlan Effendi, personil muda masa itu dan menyimak pergelaran di Jakarta pada 1982. Nama besar dalam kelembagaan almamater, kini Abah Iwan menjadi Dewan Penyantun Unpad.
Bergabung Wanadri, setelah dibentuk 17 Januari 1964. Enam orang pendiri: Harry Hardiman Soebari, Ronny Nurzaman, Bambang Pramono, Satria Widjaja Somantri, Achmad Fadilah, dan Achmad Hidayat.
Abah Iwan yang juga dikenal Iwan Ompong mewarnai perjalanan Wanadri. Dedikasi dan prestasinya, diangkat menjadi Warga Kehormatan Kopassus (Komando Pasukan Khusus) pada 1996. Dalam bidang seni dan budaya, beroleh Satyalancana Wirakarya dari Presiden RI 2007 dan Penghargaan Kebudayaan RI 2009. Abah Iwan dengan gubahan melodi Aryono Huboyo Djati melahirkan lagu Burung Camar (1985) yang dinyanyikan diva Vina Panduwinata. Untuk lirik lagu itu pula, dia meraih Penghargaan Kawakami Prize pada Festival Lagu Dunia di Tokyo, 1985.
Pria kelahiran Sumedang, 03 September 1947 ini mencatat pendidikan tambahan. Antara lain Diklat Long Range Patrol kualifikasi Recondo di LR Patrol School, Alabama, AS, 1986 dan Close Combat Quarter Course di Nevada, AS, 1996.
Seperti baru kemarin, padahal sudah 56 tahun usia. Lembah Jayagiri yang menjadi dipuji di seluruh negeri. Mengantar lagu Melati dari Jayagiri untuk dimaknai. Melegenda dari legenda hidup usia senja. Ia bukan kisah tentang wanita idola, seperti banyak orang menduga.
Betapa pun bait lagu….dan kau biarkan kukecup bibirmu. Adalah tentang kecintaan alam. Tentang kita di antara kumpulan pohon, hutan dan kehidupan — juga harapan.***
video original dari Abah Iwan
– imam wahyudi (iW)
jurnalis senior di bandung.