Ia adalah Prof. Emeritus Drs. Abdul Djalil Pirous dikenal sebagai sosok seniman dan perupa Indonesia. A.D. Pirous merupakan maestro seni rupa Indonesia. Dilahirkan di Meulaboh Aceh pada 11 Maret 1932.
AD Pirous memiliki darah seni dari ibunya, yang biasa membuat pakaian-pakaian bordir Aceh (kasab) untuk berbagai keperluan acara ritual seremonial (Spanjaard, 2018: 219) dilaman https://esi.kemdikbud.go.id/wiki/Abdul_Djalil_Pirous. Ibu dan kakaknyalah yang mendorong untuk menekuni dunia seni. Pada 1950 ia berangkat ke Medan untuk meneruskan pendidikan formalnya. Selain di sekolah umum, ia juga belajar di sekolah Alquran, tempat ia belajar menulis dalam bahasa Arab. Di Medan ia juga mengasah bakat seninya.
Pada 1955 ia pergi ke Bandung untuk kuliah pada Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia lulus dari Departemen Seni Rupa ITB pada 1964 dan menjadi staf pengajar di institusi tersebut. Kemudian ia belajar Grafis Murni dan Grafis Desain di Rochester Institute of Technology Amerika Serikat pada 1969. AD Pirous menjabat dekan pertama Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB (1984-1990) dan menerima jabatan sebagai guru besar ITB pada 1994.
Pada awal kariernya sebagai seniman lukis, Pirous semula adalah salah seorang yang masuk ke dalam kelompok “Ries Mulder” (pelukis Belanda yang pada 1948 datang ke Bandung untuk mengajar lukis, sejarah seni, dan tinjauan seni). Dari gaya geometris abstraksi kelompok ini, ia kemudian mengembangkan gayanya sendiri, yaitu pemandangan alam, flora, terutama bunga-bunga, fauna, serta bentuk dan bidang abstrak. Selanjutnya Pirous sangat menaruh perhatian pada teknik-teknik grafis dan selama berada di Amerika Serikat mengembangkan lebih lanjut teknik cetak etsa dan saringannya. Pada saat kembali ke Bandung ia melanjutkan proses untuk menjadi seorang pelukis ahli grafis.
A.D. Pirous telah menghasilkan ratusan karya seni grafis dan lukisan (“Karya-karya A.D. Pirous”). Beberapa karyanya telah menjadi koleksi museum di luar negeri antara lain di Polandia dan Irak. Lukisannya Al Kiyamah dihadiahkan oleh pemerintah Republik Indonesia kepada Raja Khalid Saudi Arabia (Pameran Lukisan, Kaligrafi & Mesjid di Aceh). Selain itu, ia beberapa kali ditunjuk sebagai ketua delegasi, anggota juri, kurator pameran seni rupa tingkat internasional mewakili Indonesia (“Abdul Djalil Pirous”). (https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Djalil_Pirous).
A.D. Pirous: Dakwah dalam Karya Seni – sumber (Islami.co)
Kepionirannya dalam dunia seni lukis kaligrafi telah menempatkan dirinya sebagai tokoh yang berkontribusi bagi dunia seni lukis kaligrafi. Melalui karya-karyanya ia menyuarakan aspirasi dan mengenalkan Seni Islami Kontemporer (Fadhila & Suparman, 2018: 101-105). Kontribusinya dalam dunia seni rupa telah menjadikan dasar bagi sejumlah lembaga, dari dalam maupun luar negeri, untuk memberikan penghargaan. Beberapa penghargaan yang telah diraih antara lain: Best Print Collection di at Show of Napel New York (1970), Penghargaan Lukisan Terbaik dalam Biennale Seni Rupa I dan II di Jakarta (1974 dan 1976), Silver Prize dari Seoul Art dalam International Art Competition (1984), dan Anugerah Seni dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (1985), Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden Republik Indonesia (2002).
Selaintu AD Pirous merupakan perintis pendidikan desain grafis di Seni Rupa ITB dan pendiri studio seni dan desain bernama Decenta. Putra dari pasangan Mauna Pirous Noor Mohamad dan Hamidah dan istri dari Erna Garnasih Pirous yang juga pelukis dan memiliki tiga orang anak, Mida Meutia, Iwan Meulia, dan Raihan Muerila.
Pada tahun 1994 AD Pirous mendirikan galeri ‘Serambi Pirous’. Mereka membangun rumah baru yang lebih besar di Bandung pada tahun 2003, dan memindahkan ‘Serambi Pirous’ ke sana pada tahun 2017, ‘Serambi Pirous’ di Jalan Bukit Pakar Timur II Nomor 11 Bandung.
AD Pirous adalah tokoh yangluar biasa. Kita (Indonesia) saat ini kehilangan seorang maestro seni rupa. Selain pelopor lukisan kaligrafi Islam. AD Pirous juga salah satu tokoh perintis dan pendiri Galeri Nasional Indonesia bersama sejumlah tokoh seni yaitu Soedarso Sp (alm), Abas Alibasyah (alm), Edi Sedyawati (alm), Hildawati Soemantri (alm) dan Jim Supangkat. Dan Kemudian, bersama yang lain, dia juga diangkat sebagai Dewan Penasehat Galeri Nasional.
Perjalanan AD Pirous dalam ide dan pelopor senirupa kaligrafi di kanvas yang tutup usia pada 92 tahun, ini menghadirkan kaligrafi Islam ke atas kanvas terinspirasi dari pameran koleksi seni Islam dari Timur Tengah New York Metropolitan Museum, Amerika Serikat, saat dia masih belajar desain dan seni grafis di Rochester Institute of Technology, di kota yang sama, pada tahun 1969-1970.
Karya kaligrafi Arab (Islam) yang indah membuatnya terperangah, tercenung, dan teringat pada artefak kaligrafi Islam yang banyak tersebar di kampung halamannya di Aceh. “Kenapa tidak menggali kekayaan tradisi untuk melahirkan identitas seni rupa modern Indonesia?”
Dia pun mengerjakannya dan menampilkannya dalam pameran tunggal di The Chase Manhattan Bank, Jakarta, tahun 1972. AD Pirous menghadirkan 13 lukisan kaligrafi di atas kanvas yang kemudian dianggap sebagai pameran tunggal pertama kaligrafi Islam di Indonesia. Eksplorasi lukisannya yang memberi perkembangan segar bagi tradisi seni rupa Islam (kaligrafi) dan seni grafis di Indonesia, mendirikan Jurusan Desain Grafis pertama di negeri ini, sampai kiprah pemikirannya menggagas awal Pasar Seni ITB tahun 1972.
Sejumlah seniman kaligrafi seperti Amang Rachman seniman Surabaya mengikuti jejak AD Pirous juga Amri Yahya di Jogyakarta. Sejak itu, tumbuh dan berkembang senirupa kaligrafi tanah air
Beberapa karyanya telah menjadi koleksi museum di dalam negeri maupun luar negeri, antara lain di Polandia dan Irak. Bahkan, lukisannya yang berjudul Al Kiyamah menjadi hadiah dari pemerintah Indonesia untuk Raja Khalid Saudi Arabia.
Di luar dari urusan akademik, sebagai seniman Pirous dikenal setelah masuk ke dalam kelompok Ries Mulder (pelukis Belanda yang pada 1948 datang ke Bandung untuk mengajar melukis, sejarah seni, dan tinjauan seni).A.D. Pirous menikah dengan Ernah Garmasih Pirous, juga seorang pelukis ulung. Erna belajar di ITB dan juga di Perancis, dan ia termasuk generasi kedua seniman perempuan modern Indonesia. (berbagai sumber sn /ATA)***
Pecat Pimpinan Polri Dan Semua Anggota Polri Yang Terlibat Kejahatan
By Sutoyo Abadi
Mikheil Saakashvili, Presiden Georgia sejak tahun 2004 pada tahun 2005, memecat seluruh personel Polisi ...
Panglima TNI Agus Subiyanto Hadiri Apel Kasatwil Polri 2024 di Akpol
JAKARTASATU.COM-- Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto menghadiri Apel Kepala Satuan Wilayah (Kasatwil) Polri...
Prabowo Mutasi 300 Pati, Ahli Militer Selamat Ginting: Kalau TNI Sudah Bergerak, Dalam Waktu Dekat Pergerakan di Kepolisian
JAKARTASATU.COM-- Wartawan Senior Hersubeno Arief dalam...
Luncurkan Katalog Elektronik Versi 6.0, Presiden Prabowo: Tingkatkan Transparansi dan Efisiensi
JAKARTASATU.COM-- Presiden Prabowo Subianto meluncurkan Katalog Elektronik Versi 6.0 di Istana Negara, Jakarta, Selasa...
Presiden Prabowo Resmi Menyerahkan DIPA dan TKD Tahun Anggaran 2025
JAKARTASATU.COM-- Presiden Prabowo Subianto dalam sambutan acara Penyerahan DIPA dan TKD Tahun Anggaran di...