Laporan Ketimpangan Ekonomi 2024 Celios | IST
Laporan Ketimpangan Ekonomi 2024 Celios | IST

JAKARTASATU.COM – Dalam setiap seremoni pertemuan dengan masyarakat, Presiden Joko Widodo (Jokowi) selalu memberikan kuis-kuis receh untuk rakyat yang dipilihnya secara random. Tentu saja dengan mudah rakyat mampu menjawabnya. Kemudian Presiden Jokowi pun segera memberikan hadiah sepeda untuk mereka. “Pinter! Bener! Ambil sepedanya sana!” begitu kira-kira ujar Jokowi sambal terkekeh senang. Kebiasaan gimmick Presiden Jokowi tersebut begitu popular, sehingga hadiah sepeda seperti melekat dengan seiap aktivitas kunjungannya ke Bawah.

Ternyata kebiasaan memberikan gimmick Presiden Jokowi inilah yang menginspirasi Center of Economic and Law Studies (CELIOS) dalam menuliskan temuan terbarunya terkait survei ketimpangan ekonomi yang masih terjadi di Indonesia di tahun 2024 sekarang. Hanya saja secara satir, Celios mengkomparasikan hal itu dengan fenomena tebengan pesawat jet pribadi yang diterima Kaesang Pangarep, putra bungsu Jokowi.

Laporan terbaru dari CELIOS ini mengungkap realitas ironis terkait ketimpangan ekonomi yang mencolok di Indonesia. Pasalnya, kekayaan 50 orang terkaya di negeri ini dikabarkan setara dengan kekayaan 50 juta masyarakat Indonesia. Data ini menggambarkan jurang pemisah yang semakin melebar antara kelompok kaya dan masyarakat biasa, sebuah situasi yang tidak hanya tragis, tapi juga mencerminkan kegagalan dalam distribusi kesejahteraan.

Kesenjangan Sosial yang Kian Melebar
Fenomena ini memperlihatkan bagaimana kelompok kelas bawah, yang mencakup mayoritas masyarakat, mengalami kesulitan ekonomi yang nyata. Dengan pendapatan yang pas-pasan, mereka ‘engap-engapan’ untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebaliknya, kelompok 20 persen terkaya di Indonesia menikmati hidup dengan bergelimang harta, jauh dari tekanan ekonomi yang dihadapi sebagian besar masyarakat.

Dalam laporannya, CELIOS juga menyoroti ironi dari ketimpangan yang terjadi di lingkaran kekuasaan. “Akumulasi kekayaan para menteri tersebut jika dialokasikan untuk program makan bergizi gratis dapat terdistribusi kepada 32,85 juta anak di seluruh Indonesia,” sebut CELIOS dalam laporan yang dirilis pada Jumat, 27 September 2024. Angka ini menjadi gambaran yang tajam tentang bagaimana ketidakadilan dalam alokasi kekayaan berkontribusi pada masalah-masalah sosial yang akut, seperti gizi buruk pada anak-anak.

Kekuatan Korporasi dan Pengabaian Terhadap Pekerja
Ketimpangan ini tidak hanya terjadi karena disparitas penghasilan individu-individu kaya, tapi juga didukung oleh kekuatan korporat. Perusahaan-perusahaan besar terus menguntungkan pemilik modal dengan cara-cara yang cenderung mengabaikan kepentingan para pekerja. Di banyak perusahaan, paket kompensasi yang diterima oleh para eksekutif sangat mencolok dibandingkan dengan upah pekerja biasa.

Fenomena ini menyebabkan akumulasi kekayaan pada segelintir orang yang memiliki akses terhadap posisi eksekutif, sementara pekerja biasa hanya mendapatkan gaji minimum yang sering kali tidak dibarengi dengan insentif signifikan. Dalam konteks ini, korporasi seolah menjadi mesin penghasil kekayaan bagi kelompok kecil, namun tidak memberi imbalan yang sepadan bagi mereka yang berada di garis depan produksi.

Dampak Sosial dari Ketimpangan Ekonomi
Ketimpangan yang begitu nyata ini memiliki dampak jangka panjang terhadap kondisi sosial dan ekonomi Indonesia. Salah satunya adalah rendahnya mobilitas sosial, di mana kesempatan untuk memperbaiki kondisi ekonomi menjadi semakin sulit bagi mereka yang berada di lapisan bawah. Selain itu, ketimpangan ini juga berpotensi memicu ketidakstabilan sosial, seiring dengan semakin banyaknya masyarakat yang merasa tertinggal dan terabaikan oleh sistem ekonomi.

Dalam menghadapi situasi ini, solusi nyata dan terukur dibutuhkan untuk mengurangi ketimpangan. Pemerintah harus lebih serius dalam merancang kebijakan redistribusi yang efektif, baik melalui pajak yang lebih adil, maupun program-program sosial yang langsung menyentuh masyarakat miskin. Di sisi lain, korporasi juga harus mengambil peran aktif dalam memberikan kompensasi yang lebih adil bagi pekerjanya, serta mendukung kebijakan-kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan sosial.

Hasil lengkap temuan Celios tersebut bisa dilihat di sini: Laporan Lengkap Ketimpangan Ekonomi 2024 Celios

Tentunya, laporan CELIOS ini layak menjadi pengingat akan tugas besar yang dihadapi Indonesia dalam mengatasi ketimpangan sekarang ini. Data yang menyebut bahwa kekayaan 50 orang terkaya setara dengan kekayaan 50 juta orang Indonesia adalah sebuah cerminan dari sistem yang tidak seimbang. Tanpa langkah-langkah progresif, ketimpangan ini bisa terus membesar, mengancam stabilitas sosial dan ekonomi bangsa. Pemerintah, korporasi, dan masyarakat sipil harus bersama-sama bergerak untuk menciptakan perubahan yang lebih adil dan inklusif bagi semua lapisan masyarakat. |WAW-JAKSAT