ERA TRANSISI PASCA JOKOWI (11): Dari Jimmy Carter, California Syndrome Sampai Gigitan Dracula-Frankenstein…

Sri-Bintang Pamungkas

Kemarin dulu Jimmy Carter meninggal dalam usia 100 tahun. Petani Kacang Tanah dari kota Plains, Negara Bagian Georgia, Amerika Serikat, ini terpilih menjadi Presiden pada 1977; beberapa bulan sebelum saya tiba untuk sekolah di AS. Perusahaan kacangnya itu pernah dipersoalkan karena masih berstatus atas namanya, sebelum diserahkan kepada adiknya Billy Carter, sewaktu kampanye kepresidenan.

Karirnya sebagai Presiden ke 39 tersohor dengan terselenggaranya Perdamaian antara Mesir dan Israel di Camp David, Maryland, pada 1978. Dengan Perdamaian itu Presiden Anwar Sadat dan Perdana Menteri Menachem Begin mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian 1978.  Sekalipun  gagal dalam melaksanakan Resolusi 242 PBB untuk kemerdekaan Palestina dengan Gaza dan Tepi Barat, Jimmy sendiri mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian 2002.

Pamor Jimmy Carter menjadi gelap tatkala terjadi Revolusi Iran, di mana hampir seluruh staf kedutaan Amerika Serikat di Teheran disandera selama lebih dari setahun dari sejak November 1979.

Sebelumnya Syah Iran Reza Pahlevi sudah melarikan diri ke AS. Hampir saja Jimmy menyerahkan Syahansyah kembali kepada Garda Revolusi Iran sebagai ganti pembebasan sandera yang disekap. Upaya Operasi _Blue Dessert_ untuk membebaskan sandera pun gagal… Dan hampir saja ada perintah menembak jatuh pesawat Syah Iran yang membawanya mencari suaka ke Mesir, demi pembebasan para Sandera.

Para Sandera baru dibebaskan Iran sesudah Jimmy Carter resmi digantikan Ronald Reagan pada Januari 1981. Selain kegagalannya di Iran, kerusakan Ekonomi AS juga menjadi sebab kekalahan Carter.

Kekalahan pikiran ekonomi Carter dengan Reaganomics mirip sekali dengan pro-kontra Pajak Indonesia dewasa ini. Reagan menang oleh kebijakan kampanyenya untuk menurunkan pajak. Ekonomi AS pun bangkit kembali di tengah naiknya harga minyak dari 3 menjadi 10 Dpb.

Tiba-tiba Jimmy Carter muncul di Jakarta pada Juli 1999 sebagai Utusan Presiden William Clinton. Jimmy bilang, bahwa Pemilu 1999 telah dilaksanakan secara demokratis, jujur dan adil.

Sebagian rakyat baru sadar, bahwa di balik kedatangan Carter itu adalah operasi oleh the National Democratic Institute (NDI) dan kawan-kawannya di seluruh Dunia, untuk menggarap Amien Rais dengan MPR-nya serta menggelorakan dimulainya Gerakan Perusakan terhadap UUD 1945. Habibie, Gus Dur dan Mega pun berhasil dinina-bobokkan.

Ketika akhirnya misi Perusakan terhadap UUD 1945 itu dianggap accomplished pada 2002, ditetapkanlah Yudhoyono (SBY) sebagai Presiden Boneka Pertama AS untuk melaksanakan Konstitusi Baru itu. Hampir bersamaan pula waktunya dengan digadangnya Joko Widodo sebagai Boneka berikutnya Pengganti SBY, sekiranya sukses sebagai Walikota Solo.

Karena itu dikerahkan lagilah segala Pengkhianat Dalam Negeri dan para Cina Konglomerat Hitam untuk mendukung Jokowi yang keturunan Cina itu demi kelangsungan UUD 2002. Kalau tugas SBY, selain memberikan berbagai Upeti kepada AS, juga menangkap para pelaku Bom Bali, serta para teroris dummy (orang buatan; seperti ada, tapi tak ada) dengan Bom, semisal Azahari dan Nurdin M. Top, maka tugas Jokowi adalah mengawasi gerak-gerik Abu Bakar Ba’asyir di Ngruki, Surakarta. Sementara itu AS sendiri menyerbu Irak (2003) sesudah berhasil dengan Afganistan (2001).

Entah apa misi Condoleeza Rice, Menlu AS di jaman George W. Bush, pada Maret 2006, hanya dua hari kunjungan, selain memantau jalannya Pemerintahan SBY. Tetapi kedatangan Hillary Clinton di era Barack Obama selama 11 hari pada September 2012 adalah untuk meyakinkan bahwa pilihan terhadap Jokowi guna melanjutkan pemerintahan SBY sudah tepat dan benar. Maka diutuslah John Kerry, pengganti Hillary, untuk hadir dalam pelantikan Jokowi (2014).

Memang sebenarnya AS sudah punya pilihan bagi pengganti Jokowi, yaitu Anies Baswedan. Dutabesar AS di Indonesia telah pula berusaha keras agar Nasdem, PKS dan lain-lain bersedia mendukung Anies.

Akan tetapi, selain Anies tidak mampu melawan Oligarki Cina, juga Jokowi sudah terikat perjanjian rahasia dengan Xi Jinping dari Republik Rakyat Cina. Akibatnya, AS mengikuti saja pilihan pada Wowok. Bagi AS, yang penting UUD 2002 bisa berjalan terus.

Karena itu, siapa pun yang bisa menundukkan Wowok guna kepentingan the Super Powers, tidak menjadi soal. Mereka juga tidak peduli, apakah Wiwik yang menjelma menjadi Fankenstein atau Dracula. Yang penting, ciuman maut Frankenstein atau gigitan maut Dracula pada leher Wowok membuatnya bertekuk lutut menjadi Pengikut Wiwik layaknya the Walking Dead untuk melanjutkan misi menghancurkan NKRI.

Perihal itu tentu mengingatkan kita semua pada Sindroma California, ketika Patricia Hearst akhirnya menyerah dan bertekuk lutut kepada para Geng Penculiknya (1974) dan menjadi pengikut mereka dengan senang hati merampok bank-bank. Jimmy Carter pula yang akhirnya tampil memberi grasi atas hukuman kepada Gadis Malang itu (1979).

Kecuali Pakistan, Iran, Negara-negara Asia Tengah dan Yaman Selatan (Houthi), seluruh Dunia Islam sudah ditundukkan oleh AS bersama G7 dan Israel. Termasuk yang ditundukkan adalah Turki, Saudi Arabia, Timur Tengah, Negara-negara Teluk dan Negara-negara Afrika Utara, serta Mesir. Kemarin berhasil lagi dengan menundukkan Suriah… Palestina pun dibuat compang-camping; dan Indonesia segera pula menjadi bancakan.

Jakarta, 1 Januari 2025
@SBP
Hizbullah Indonesia