Penghapusan Berita, Integritas dan Kredibilitas Media…
CATATAN Aendra MEDITA*)
KITA tahu Joseph Pulitzer tokoh dunia ini adalah seorang editor dan penerbit surat kabar Amerika yang membantu membangun pola surat kabar modern. Pada masanya, ia merupakan salah satu jurnalis paling berpengaruh di Amerika Serikat, lahir 10 April 1847 di Makó, sebuah kota yang terletak 200 kilometer di tenggara Budapest, Hongaria dan meninggal 29 Oktober 1911, Charleston , South Carolina, AS.
Ia kemudian dikenal sebagai pendiri Pulitzer Prize yang mengutamakan jurnalisme investigasi. Pulitzer memperkenalkan gagasan bahwa media harus menjadi pengawas masyarakat (watchdog) dengan mengungkap korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
Hal ini menarik jika dikaitkan dengan konteks kekinian yang sedang ramai soal sejumlah tokoh dunia yang masuk finalis sebuah Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCPR) yang mengumumkan daftar tokoh dunia yang masuk dalam nominasi finalis tokoh Kejahatan Terorganisasi dan Korupsi 2024. Sumber nominasi diambil dari pendapat para pembaca, jurnalis, juri Person of the Year, dan pihak lain yang terlibat dalam jaringan global OCCRP. Di laman resminya OCCRP diungkapkan bila nominasi yang muncul saat ini didapatkan dari penilaian para pembaca, jurnalis, juri person of the year, dan pihak lain yang terlibat dalam jaringan global OCCRP, demikian keterangan OCCRP di https://www.occrp.org/ Selasa, 31 Desember 2024.
2024 FINALISTS FOR PERSON OF THE YEAR IN ORGANIZED CRIME AND CORRUPTION
We asked for nominations from readers, journalists, the Person of the Year judges, and others in the OCCRP global network. The finalists who received the most votes this year were: President of Kenya William Ruto, Former President of Indonesia Joko Widodo, President of Nigeria Bola Ahmed Tinubu, Former Prime Minister of Bangladesh Sheikh Hasina, Indian businessman Gautam Adani
Terkait berita diatas sebuah media besar yang –afiliasinya ada di Indonesia– sangat ramai karena menghilangkan berita diatas, dan ini sangatlah aneh. Absurd, apakah ada tekanan, apakah ada yang ingin menghapus berita dunia itu?
Penghapusan berita oleh media besar memang dapat menimbulkan pertanyaan, apalagi jika dilakukan tanpa penjelasan yang jelas. Hal seperti ini sering kali memunculkan isu tentang integritas dan kredibilitas media tersebut. Jika media cenderung “menghapus” atau “mengaburkan” informasi, ada risiko menciptakan kecurigaan publik terhadap keberpihakan atau tekanan dari pihak tertentu.
Indonesia memang belum punya solusi, fungsi media watch atau lembaga pemantau media yang sangat penting untuk mengawasi dan memberikan kritik terhadap praktik-praktik yang tidak sesuai dengan prinsip jurnalistik. Namun, keberadaan lembaga ini juga harusnya didukung dengan independensi dan keberanian untuk mengungkap pelanggaran yang dilakukan oleh media.
Memang perlu mendorong gerakan masyarakat untuk lebih kritis terhadap media, kareana media seharusnya berpegang teguh pada prinsip-prinsip jurnalistik universal, termasuk independensi, akurasi, dan akuntabilitas. Ketika media yang memiliki afiliasi global atau lokal bertindak tanpa etika atau dengan kepentingan tertentu, hal ini menjadi ancaman terhadap demokrasi dan transparansi.
Dulu gagasan watchdog journalism, yang awalnya digagas oleh tokoh media di dunia, memang bertujuan untuk menjaga kekuasaan dan institusi tetap akuntabel, termasuk media itu sendiri. Namun, ketika media afiliasi lokal mulai bertindak “seenaknya,” misalnya dengan menghapus berita penting, memanipulasi narasi, atau tunduk pada tekanan, maka kepercayaan masyarakat terhadap media runtuh. Hal ini juga menciptakan ruang bagi media bayangan atau media alternatif yang belum tentu lebih kredibel.
Tindakan ini juga bisa jadi bukti bahwa beberapa media lebih memprioritaskan keuntungan atau tekanan politik daripada melayani kepentingan publik. Apa solusinya? Mungkin harus memperkuat literasi media masyarakat dan membangun kembali independensi media melalui pengawasan oleh lembaga yang benar-benar bebas.
Joseph Pulitzer adalah tokoh yang dikenal sebagai pelopor atau pendukung konsep watchdog journalism dan kebebasan pers di dunia dimana ia berhasil memperkenalkan gagasan bahwa media harus menjadi pengawas masyarakat (watchdog) dengan mengungkap korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Ada nama Carl Bernstein dan Bob Woodward dua jurnalis investigasi Washington Post yang membongkar skandal Watergate, 19 Juni 1972 dan sampai 1974 kasus ini diungkap karena ada tindakan ilegal Presiden Nixon dan para kroninya di Gedung Putih, disini Carl Bernstein dan Bob Woodward dua jurnalis ini jelas menunjukkan pentingnya jurnalisme dan menjadi pengawas pemerintah.
Apakah ada figur baru di Indonesia ?
Bagusnya harus dikembangkan untuk memperkuat fungsi watchdog media di tanah air kita. Karena dalam menggali lebih dalam tentang konsep jurnalisme ideal kita harus bisa mengeksplorasi beberapa prinsip yang tampaknya dekat dengan visi dan praktiknya sebagai jurnalis yang kritis:
Kejujuran dan Transparansi dimana harus menjunjung tinggi prinsip bahwa jurnalisme harus menyampaikan kebenaran apa adanya. Dalam banyak kasus, jurnalisme ideal tidak hanya berfokus pada fakta, tetapi juga berusaha mengungkap kebenaran di balik narasi yang beredar.
Independen dari Kepentingan adalah bahwa jurnalis harus kritis, jurnalis harus percaya bahwa media tidak boleh tunduk pada tekanan politik, ekonomi, atau kelompok tertentu. Media harus menjadi ruang yang benar-benar independen untuk mewakili suara publik.
Dedikasi pada Isu Sosial Kemanusiaan junalis harus masuk keterlibatan dalam isu sosial dan menunjukkan bahwa tidak hanya meliput berita tetapi juga mendorong perubahan positif melalui jurnalisme. Pendekatan ini mencerminkan jurnalisme yang memihak kepada kepentingan masyarakat luas.
Pengetahuan Mendalam dan Perspektif Kritis merupakan bagian kunci bagi jurnalis dalam liputannya punya karya dan pandangannya, menunjukkan pentingnya memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang isu yang diliput. Karena ini memberikan landasan bagi kritik yang tajam namun adil terhadap kekuasaan dan kebijakan.
Dan yang penting lagi Menciptakan Ruang Dialog dimana jurnalis harus juga memperlihatkan bahwa jurnalisme tidak hanya tentang melaporkan, tetapi juga membangun ruang dialog lintas disiplin yang dapat mempengaruhi masyarakat secara konstruktif dan jernih. Hal ini penting bahwa refleksi tidak hanya menggambarkan perjalanan jurnalistiknya, tetapi juga menjadi bahan pelajaran bagi jurnalis lain untuk tetap kritis dan berpegang pada idealisme. Jadi intinya eksplorasi dan fokus, agar dapat membantu merangkumnya isi berita yang lebih mendalam.
Maka soal Penghapusan Berita, itu tentu saja akan terlihat dari nilai Integritas dan Kredibilitas Media yang jadi dan akan dinilai publik lebih kuasa. Tabik.!!!
*)AENDRA MEDITA adalah Jurnalis, dan aktif sebagai Analis dan peneliti di Pusat Kajian Komunikasi Politik Indonesia (PKKPI)