Pemimpin yang Baik yang Pro Rakyat, Bukan Berdrama
Jika seorang pemimpin tidak berpihak kepada rakyat, maka ia hanyalah pejabat, bukan pemimpin.
Sebuah Catatan AENDRA MEDITA*)
MENJADI pemimpin bukan sekadar soal jabatan atau kekuasaan, melainkan tentang keberanian untuk mengabdi, kejujuran dalam bertindak, dan ketulusan dalam memperjuangkan kepentingan rakyat. Seorang pemimpin sejati harus memahami bahwa amanah yang diberikan bukan untuk memperkaya diri atau kelompoknya, tetapi untuk membawa perubahan yang nyata bagi rakyat, dan jadikan rakyat makmur loh jinawi
Berpihak kepada Rakyat, Bukan kepada Kepentingan Elit
Pemimpin yang baik harus berani berkata tidak kepada segala bentuk kepentingan yang merugikan rakyat. Ia harus mendengar suara rakyat kecil, bukan hanya mendengarkan bisikan para penguasa modal. Keputusan yang diambil harus berdasarkan kebutuhan masyarakat luas, bukan hanya demi segelintir orang.
Jujur dan Transparan dalam Mengelola Kekuasaan
Rakyat membutuhkan pemimpin yang jujur dan transparan, bukan yang bermain sandiwara di depan publik. Kebijakan harus dibuat dengan keterbukaan, agar masyarakat bisa mengawasi dan memberikan masukan. Korupsi dan penyalahgunaan wewenang harus menjadi musuh utama seorang pemimpin.
Memiliki Visi Jangka Panjang untuk Bangsa
Pemimpin yang baik tidak hanya berpikir untuk periode jabatannya saja, tetapi juga menyiapkan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Ia harus memiliki strategi pembangunan yang berkelanjutan, bukan sekadar proyek mercusuar yang hanya menarik secara politis.
Dekat dengan Rakyat, Bukan Sekadar Gimmick Politik
Pemimpin yang sejati tidak hanya turun ke lapangan saat kampanye, tetapi selalu hadir di tengah rakyat di saat suka dan duka. Ia mendengar keluhan, memahami permasalahan, dan mencari solusi nyata, bukan hanya sekadar memberikan janji kosong.
Berani Melawan Ketidakadilan
Pemimpin harus berani membela yang lemah dan melawan segala bentuk ketidakadilan. Jangan tunduk kepada tekanan oligarki atau kepentingan asing yang menggerogoti kesejahteraan bangsa. Keputusan yang diambil harus selalu berpihak kepada keadilan sosial.
Bekerja, Bukan Hanya Pencitraan
Pemimpin yang baik tidak sibuk membangun citra dirinya semata, tetapi benar-benar bekerja untuk rakyat. Ia tidak butuh pencitraan berlebihan jika memang sudah bekerja dengan baik. Rakyat akan menilai dari hasil nyata, bukan dari sekadar retorika.
Membangun Sumber Daya Manusia, Bukan Hanya Infrastruktur
Pembangunan tidak hanya soal jalan tol dan gedung pencakar langit, tetapi juga tentang pendidikan yang berkualitas, kesehatan yang terjangkau, dan lapangan pekerjaan yang layak. Pemimpin yang baik harus memastikan rakyatnya memiliki kesempatan untuk berkembang dan meraih kehidupan yang lebih baik.
Kesimpulan
Jadi kalau disimpulkan bahwa pemimpin yang baik itu tidak berdrama dan juga, tidak sedang melakukan blunder politik. Seorang pemimpin yang baik adalah mereka yang benar-benar mengabdi kepada rakyat. Bukan sekadar datang untuk berkuasa, tapi untuk melayani. Bukan sekadar berbicara, tapi bertindak nyata. Saya ingin kutip ada dua tokoh yang menarik Nelson Mandela bahwa “Kualitas seorang pemimpin terlihat dari cara ia memperlakukan yang lain.” dan Barack Obama yang mengatakan bahwa “Kesuksesan tidak datang dengan sendirinya, melainkan melalui kerja keras dan ketekunan.” dan yang menarik ada ungkapan dari tokoh kita Ki Hajar Dewantoro bahwa “Apapun yang dikerjakan oleh seseorang Itu, harusnya bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat untuk bangsanya, juga bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya”.
Jadi jelas pemimpin sejati adalah mereka yang namanya tidak hanya dikenang dalam sejarah, tetapi juga dalam hati rakyatnya. Dan dalam islam jelas pemimpin pertama, pemimpin dalam Islam harus memiliki sifat Siddiq (benar), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (menyampaikan), dan Fathonah (cerdas). Sifat itu berkaca pada empat sifat baik yang dimiliki Rasulullah dalam memimpin umatnya.
Jadi pemimpin itu bukan untuk berdrama monolog atau bersandirawwa penuh babak. Tabik…***
*) Pencinta bangsa yang merdeka dan bermartabat dan analis di Pusat Kajian Komunikasi Politik Indonesia (PKKPI)-Jakarta.