JAKARTASATU.COM– Jangan-jangan Pertamax Turbo juga “oplosan” disampaikan politisi Demokrat Jansen Sitindaon lewat akun X-nya, Kamis (27/2/2025). Ia pun mengusulkan agar Pertamax Turbo diuji—bersamaan dengan Pertamax dan Pertalite.
“Bahkan kalau perlu sekalian BBM jenis lainnya seperti Pertamax Turbo juga diuji. Apa benar RON nya 98? Jangan-jangan sebagaimana pikiran publik ini juga kena ‘oplos’ nilai RON nya dibawah 98. Padahal jenis BBM ini harganya mahal sekali. Dibeli agar mobil awet dan sehat, ternyata hasilnya ‘zonk’,” usul Jansen.
Jansen mengusulkan itu karena menurut dia, beberapa hari ini, di mana-mana orang sudah tidak percaya lagi bahwa Pertamax itu benaran isinya RON 92. Minimal sekarang curiga.
“Barusan aku mau isi minyak juga punya perasaan sama. Termasuk Pertalite pun jangan-jangan RON juga sudah dibawah 90, sama dgn pendahulu yang digantikannya: Premium,” ungkap Jansen.
“Ketimbang pakai penjelasan menggunakan kata-kata — simultan dengan proses hukum yang sekarang sedang berjalan di Kejaksaan — lebih baik menurutku Pertamina menunjuk tim independen. Menguji secara terbuka didepan publik, terkait jumlah RON (Research Octane Number) yang terkandung dalam Pertamax dan Pertalite ini benaran 92 dan 90 atau tidak?” imbuhnya.
DPR RI kata dia, melalui Komisi terkait seperti Komisi VI dan XII sebagai pengawas BUMN dan sektor Energi, juga bisa menginisiasi dan melakukan pengujian. Agar soal ini jadi terang benderang di publik dan masyarakat sehingga rasa curiga jadi hilang.
“Ini juga akan membantu tumbuhnya kembali kepercayaan publik kepada Pertamina dan produk-produknya,” katanya.
“Termasuk di tiap daerah, silahkan anggota DPRD Kab/Kota/Propinsi pergi mengecek POM Bensin yang ada di tempatnya masing-masing. Walau mungkin ilmunya kurang — menggunakan botol transparan yang disandingkan — minimal teman2 DPRD bisa bisa melihat langsung perbedaan warna kedua jenis BBM ini. Karena katanya: Pertalite warnanya hijau jernih dan terang. Sementara Pertamax berwarna biru terang,” sambungnya.
Bagi sebahagian orang—apalagi di Indonesia ini kata Jansen—rasa curiga itu kadang pembuktiannya harus kembali ke cara “tradisional”, yaitu dilihat mata langsung. Baru tumbuh lagi kepercayaan.
“Inilah kalau di dunia hukum disebut ‘aliran Thomas’, melihat baru percaya!” katanya.
“Dan untuk urusan jenis barang yang dipakai semua lapisan masyarakat sampai ke kalangan bawah seperti BBM ini, rasanya aliran ‘thomas’ ini yang tepat utk memulihkan kembali kepercayaan. Karena sekarang saja banyak yang merasa motor atau mobilnya rusak karena BBM oplosan ini. Padahal bisa saja penyebabnya hal lain,” tandasnya. (RIS)