WAW-AI
WAW-AI

Klasemen Liga Korupsi Indonesia: Sirkus Triliunan dan Parade Tikus Berdasi

Oleh: Wahyu Ari Wicaksono, Storyteller
“Politik praktis adalah seni mencari masalah, menemukannya di mana-mana, mendiagnosisnya secara keliru, dan menerapkan solusi yang salah.” ~Groucho Marx
Bayangkan para koruptor di negeri ini sedang berlaga di lapangan hijau, berlari menenteng koper berisi triliunan rupiah sambil mengenakan jersey bernomor punggung “666.” Tribun penuh suporter—kita semua—yang kadang bersorak, kadang melongo, sambil bergumam, “Ini kok nggak selesai-selesai, ya?” Di sudut tribun VIP, Socrates menahan tawa, “The unexamined life is not worth living.” Dalam konteks korupsi, barangkali artinya: “Korupsi yang tak diawasi akan terus merajalela.”
Kali ini ada kejutan besar di papan klasemen Liga Korupsi Indonesia. Setelah dilakukan re-check data untuk jangka waktu lima tahun, Pertamina—yang awalnya duduk di posisi kedua—mendadak melonjak ke urutan pertama, melampaui PT Timah yang semula memimpin. Kita seolah sedang menyaksikan final Liga Champions di mana tim kuda hitam tiba-tiba mengkudeta juara bertahan.
Berikut Klasemen Terbaru berdasarkan laporan satir plus kroscek informasi dari berbagai sumber (baik resmi maupun kasak-kusuk tetangga):
x@lambepaklurah
x@lambepaklurah
1. Pertamina (968,5 T)
Berbekal kalkulasi lima tahun, Pertamina langsung melejit ke puncak dengan total kerugian negara mendekati Rp1.000 triliun. Ibarat gol hattrick yang tak terdeteksi offside, kini mereka berpeluang “lolos ke Champions League” korupsi internasional. “Tak ada asap jika tak ada api,” kata pepatah. Mungkin di BUMN ini, asapnya lebih tebal dari yang kita kira. Mark Twain pernah bilang, “Politisi dan popok bayi harus sering diganti, dengan alasan yang sama.” Rupanya, mungkin bukan cuma politisi—manajemen BUMN pun perlu sering dicek, siapa tahu sudah kedaluwarsa.
2. PT Timah (300 T)
Sang mantan pemuncak klasemen kini harus rela duduk di posisi runner-up. Masih dengan skor 300 triliun, mereka tetap berbahaya, bak klub besar yang sewaktu-waktu bisa comeback. Teori Agency dalam ilmu ekonomi menyebutkan konflik kepentingan antara pemilik, manajer, dan publik. Tapi kalau korupsi, mungkin yang terjadi justru konspirasi kepentingan.
3. BLBI (138 T)
BLBI adalah tim “legendaris” yang suka comeback. Kasusnya seperti tokoh antagonis di sinetron, tak pernah benar-benar mati. “History repeats itself, first as tragedy, second as farce,” kata Karl Marx. Di Liga Korupsi, BLBI bisa jadi berkali-kali “mengulang diri,” bergentayangan sebagai momok.
4. Duta Palma (78 T)
Ibarat klub baru yang ambisius, Duta Palma menari di atas perkebunan sawit. Bau fresh money sering kali jadi doping ekonomi, tapi di balik panggung, ada penyelewengan yang “harum” juga. “There is nothing more frightful than ignorance in action,” ujar Goethe. Mungkin yang lebih menakutkan adalah ‘keserakahan dalam aksi.’
5. PT TPPI (37 T)
Dengan skor 37 triliun, TPPI tetap menancapkan taji di papan tengah. Teori Cognitive Dissonance ala Leon Festinger bilang, manusia sering mencari pembenaran ketika perilakunya berlawanan dengan moral. Mungkin alasan mereka, “Demi kepentingan bisnis, Bos.” Padahal, “bisnis” itu menggerogoti uang rakyat.
6. PT Asabri (22 T) & 7. PT Jiwasraya (17 T)
Duo perusahaan asuransi ini bak duet striker yang seharusnya melindungi hari tua rakyat. Kenyataannya, mereka menendang bola ke gawang sendiri. “The road to hell is paved with good intentions,” kata Saint Bernard. Awalnya niatnya baik, tapi eksekusinya justru “sesat di jalan.”
8. Kemensos (17 T)
Ini tim pemerintah yang mestinya jadi benteng terakhir kemanusiaan. Tapi justru ikut-ikutan main di liga ini. “Pemberi harapan palsu itu ibarat doping,” kata teman saya yang sinis. Mungkin di sini, harapan palsu yang diberikan adalah bantuan yang tak pernah sampai.
9. Sawit CPO (11 T)
Masuk ke papan tengah, Sawit CPO tetap konsisten mencetak gol—bukan ke gawang lawan, tapi ke kantong para elit. “A lie gets halfway around the world before the truth has a chance to get its pants on,” ujar Winston Churchill. Mungkin itulah yang terjadi ketika kita tak kunjung tahu bagaimana detail kebocoran itu bisa merajalela.
10. Garuda Indonesia (9 T)
Garuda, sang maskapai kebanggaan, masih terbang rendah karena sayapnya tersandung skandal. “Delay” bukan hanya urusan penerbangan, tapi juga urusan penanganan kasus. “They always say time changes things, but you actually have to change them yourself,” kata Andy Warhol. Kalau tidak, ya kita bakal terus menunggu di ruang tunggu yang tak kunjung ada kepastian.
11. BTS Kominfo (7 T)
Bukan boyband Korea, tapi proyek menara pemancar yang diduga “off-signal” di pelosok nusantara. “Better to illuminate than merely to shine,” kata Thomas Aquinas. Namun yang terlihat, menara-menara itu mungkin lebih sering dipakai buat “kilau” citra daripada benar-benar menerangi daerah terpencil.
Fenomena Juara Baru
Dengan Pertamina yang melejit ke posisi satu, kita melihat bagaimana akumulasi korupsi selama lima tahun bisa jauh lebih dahsyat daripada sekadar hitungan satu tahun. Ini membuktikan bahwa di Liga Korupsi, “konsistensi” adalah kunci. Semakin lama praktiknya dibiarkan, semakin besar pundi-pundi gol yang tercetak. “Justice is truth in action,” kata Benjamin Disraeli. Tapi jika aksinya mandek, kebenaran pun lenyap dalam kabut.
Mengapa kita harus peduli? Karena setiap triliun yang disikat koruptor adalah hak rakyat yang terampas. Anggaran yang seharusnya untuk pendidikan, kesehatan, dan pembangunan, malah masuk kantong segelintir orang. “Kamu bukan setetes air di lautan, kamu adalah seluruh lautan dalam setetes air,” kata Jalaluddin Rumi. Kita semua punya peran dalam memutus rantai korupsi—entah sebagai pengawas, pelapor, atau sekadar penyebar kesadaran.
Harapan Liga Baru yang Bersih?
Mungkin kita bermimpi suatu saat Liga Korupsi dibubarkan, diganti dengan Liga Integritas atau Liga Inovasi. Di sana, “juara” adalah mereka yang memajukan bangsa, bukan merampoknya. “The arc of the moral universe is long, but it bends toward justice,” kata Martin Luther King Jr. Tapi ingat, lengkungan itu tidak akan terbentuk tanpa dorongan kuat dari kita semua.
“Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang.” bgeitu kata Warkop DKI. Semoga kita bisa tetap tertawa satir untuk menyelamatkan kewarasan, sembari berharap tawa itu menampar nurani para pemain Liga Korupsi. Mari kita akhiri pertandingan penuh drama ini dan bersiap merayakan kemenangan sejati: kemenangan rakyat. Tabik []