William Yang, Pakar Analis Financial/ FOTO AM-JAKSAT William Yang, Pakar Analis Financial/ist

JURUS DEWA MABUK EKONOMI INDONESIA

Oleh : William Win Yang – Business Strategist – Best Selling Book Author

21 Maret 2025, pagi-pagi, saya ga sengaja melihat grafik yang diterbitkan 3 hari sebelumnya :

 

 

Grafik ini menunjukan tingkat kepemilikan surat hutang negara dari pensiun, hingga swasta… dan kata-kata yang terucap dari mulut saya seketika adalah : “we’re fucked

 

Bingung ya ? arti gambar ini kira-kira dapat saya jabarkan sebagai berikut  :

 

1. Kepemilikan rakyat terhadap SUN (Surat Utang Negara) kita meningkat terus dari 2020
2. Kepemilikan SUN asing bisa dikatakan so so, alias sami mawon
3. Namun kepemilikan SUN oleh Bank menurun tajam sejak 2023
4. Yang menarik : Kepemilikan SUN oleh BI & lembaga pensiun (yang saya tebak sebagian besar lembaga pensiun dan asuransi negara, yang kemungkinan besar salah satunya adalah BPJS) meningkat sangat signifikan melampaui kepemilikan bank dan kepemilikan asing

 

Yang artinya? Yah mungkin artinya bisa macam-macam. Namun dari sekilas grafik ini kita bisa mengarang satu cerita tentang apa yang sesungguhnya terjadi :

 

1. Kepemilikan rakyat atas SUN meningkat, seiring suku bunga bank yang terus turun, menunjukan orang-orang kaya yang memiliki duit nganggur menaruh uangnya di investasi aman seperti SUN. yang artinya, mereka tidak memutar uangnya di bisnis dan pasar saham. Kenapa ? mungkin karena kondisi ekonmi kita yang gelap gulita, ditambah situasi pendirian bisnis di lapangan yang sangat tidak kondusif
2. Tidak ada dumping terhadap surat utang kita oleh asing. Dan karena jumlahnya sama terus, kemungkinan ini disebabkan si asing sendiri ga terlalu banyak uang buat mereka invest, karena mungkin ada kebutuhan lebih penting di negaranya
3. Lalu kepemilikan bank menurun, kemungkinan besar karena mereka tdak punya uang untuk diinvest ke SUN. kenapa ? karena yang mereka invest di SUN itu pastinya uang tabungan masyarakat. Penurunan kepemilikan SUN oleh mereka bisa diartikan, penurunan tabungan masyarakat, yang artinya masyarakat menari uangnya di tabungan untuk belanja kebutuhan pribadi. Bisa juga diartikan, karena makin banyak masyarakat yang mengajukan pinjaman ke bank baik langsung (meminjam langsung), atau tidak lalngsung (melalui pinjol, dan pinjol pinjam lagi ke bank)… kenapa masyarakat melakukan itu? Ini menunjukan mereka kemungkinan tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk ditabung, bahkan mereka harus ngutang dari PINJOL untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan ini sejalan dengan berita PHK massal dan menurunnya kelas menengah yang ada di berita…. Yang artinya, negara kekurangan pembayar pajak dan bisnis kehilangan customer dalam jumlah besar…
4. Lalu… apa artinya kepemilikan asuransi, dana pensiun yang jumlahnya melonjak signifikan?… artinya : industri asuransi, dan dana pensiun kini main sangat aman, dan menghindari investasi di bisnis biasa, karena mereka mungkin menganggap ekonomi sedang gawat, dan kemungkinan banyak investasi mereka jeblok… dan ada kemungkinan juga industri asuransi dan pensiun negara di tekan untu membeli SUN, untuk memenuhi tugas patriotik mereka…
5. Namun… setelah semua itu, BI masih memborong SUN dalam jumlah signifikan… duit dari mana? Simple : cetak duit… suatu prilaku yang beresiko membuat harga-harga naik ditengah badai PHK besar-besaran…. Dan ini sejalan dengan kenyataan bahwa mata uang Indonesia terus melemah terhadap US Dollar, walaupun saat US Dollar sedang melemah terhadap mayoritas mata uang dunia (kecuali Indonesia.. hiks)…. Lalu kenapa negara melakukan itu? Simple… negara butuh uang sangat teramat banyak…. Dan surat utang kita tidak laku…(kalau laku BI ga usah cetak uang buat beli SUN dong ya)

 

Singkat cerita…. Dari satu gambar ini saja, dapat disimpulkan, ekonomi kita gawat… (Iya dong, karena satu dua hal, negara butuh uang banyak banget itu, dan pasar ga bisa menyerapnya)…

 

Lalu untuk apa uang sebanyak itu? Untuk makan siang gratis? Atau untuk hal yang lebih ngeri, seperti yang ditampilkan di screenshot di bawah ini?

 

 

Kesimpulan ini sejalan dengan kelakuan pemerintah beberapa waktu belakangan ini :

 

1. Pemotongan anggaran besar-besaran yang menyebabkan ekonomi makin terpuruk… karena banyak pekerjaan yang sebelumnya memberi makan banyak sekali orang, tetiba anggarannya tidak ada… yang artinya perusahaan merugi… dan saat masa depan semakin tidak jelas, langkah paling logis yang dilakukan perusahaan adalah gulung tikar, dan memecat para karyawan
2. Lalu kemudian ada DANANTARA…. Entah apa tujuan danantara sebenarnya, tapi yang jelas, perusahaan sebesar DANANTARA, yang asetnya sampai 14000 Trilyun, dan pelurunya senilai 350 Trilyun itu, bisa digunakan untuk main sulap keuangan, dan menghasilkan duit instan melalui goreng saham, repo, atau menjual produk-produk investasi aneh, atau mensekuritisasi aset-aset busuk yang dicampur dengan aset-aset bagus (untuk lebih detil, cari artikel saya yang berjudul : Bagaimana Merampok Danantara. Yang intinya dapat memberikan duit instan untuk menambal APBN kita yang bocor bocor bocor…

 

Hanya saja, sialnya, ilmu sulap DANANTARA ini hanya bisa berlaku saat harga saham terus naik… jika yang terjadi sebaliknya, maka aset DANANTARA bisa anjlok… kenapa bisa anjlok, panjang bahasannya, dan saya tidak akan menulis satu buku disini untuk menjelaskannya (Kalau penasaran, silakan baca buku Dragon Slayer Trading Strategy karangan William Win Yang).

 

Dan yang terjadi adalah, tepat begitu DANANTARA diresmikan, saham Indonesia langsung anjlok…. Terus anjlok… dan anjlok… dan anjlok….. teruuuussss, sampai puncaknya adalah penurunan 5% secara mendadak beberapa hari yang lalu (dari artikel ini ditulis), padahal saat itu, saham dunia sedang hijau semua (kita merah sendirian… WTF)… dan pasar saham Indonesia pun di suspen… lalu beredar postingan macam ini dimasa suspen :

 

Nice, kita diajarkan pelajaran saham (bahkan di BEI), untuk berani menjual saham saat kondisi sedang buruk untuk menyelamatkan investasi kita… dan saat kita melakukan nasihat itu, kita dianggap tidak nasionalis… atau mungkin lebih parah….Pengkhianat negara

 

Omon – omon soal pengkhianat negara…. Ada video yang menarik di  https://www.youtube.com/watch?v=nHNSe4moDfE

 

Sebagian isinya di screenshot sebagai berikut :

 

 

Bareskrim POLRI memantau harga saham…. Kemudian ada kata-kata : kami pantau… apakah investor kabur (investor kabur = penjahat?)… apa kita harus jemput… ayo baik-baik di Indonesia…. Seriously dude, jika yang ngomong ini adalah direktur DANANTARA is ok, tapi yang ngomong polisi ini agak serem… apa maksudnya dijemput? Apa resikonya jika menolak?

 

Dan kenapa harus ada POLRI disini? Bukankah sudah adaOJK? Harusnya jika ada scam atau kejahatan pasar modal, terlebih dulu di pantau OJK, kemudian jika diperlukan baru dilaporkan OJK ke POLRI… sekarang POLRI pantau langsung pergerakan saham, kemudian bisa langsung menindak? Ditindak karena kita jual saham? Ditindak karena menjual saat tinggi untuk ambil untung? Atau ditindak karena mendapat untung besar dari pasar saham? Bagaimana kalau terus bertahan di saham, harganya terus anjlok dan berakhir rugi? Apakah negara mau menjaminnya? Atau bagaimana seandainya dengan semangat patriotisme bertahan di pasar saham yang anjlok, sementara para pejabat dan petinggi negri diam-diam menjual sahamnya (oknum maksudnya)? Apa ini bukannya berarti investor menjadi tumbal?

Apa ga kalian ngeri?

Kalau saya jelas ngeri… tapi kengerian saya ini mungkin karena sifat saya ini pengecut dan kurang wawasan…

 

Tapi, logika aja, kalau kalian investor asing, atau investor lokal yang punya uang banyak, kemudian melihat statement kayak gini…. Kira-kira kalian mau invest di Indonesia atau lebih baik membatalkannya dan simpan di USD?  Logika instan dari saya yang pengecut dan kurang pengalaman ini adalah saya akan sangat bersyukur tidak berinvestasi di Indonesia…

 

Rentetan tindakan ini makin mirip orang yang tenggelam, kemudian panik mencoba meraih kesana – kemari, tanpa disadari, tindakannya itu membuatnya makin cepat tenggelam.

 

Anyway, mungkin para petinggi itu lebih tahu dari saya dan saya tidak tahu apa-apa… tapi itu hanya satu hal… hal lainnya… sampai kapan POLRI akan mengawasi pasar saham? Apakah sementara saat keadaan darurat? Atau selamanya? Jika selamanya…. Apakah POLRI sudah dilengkapi mekanisme yang pasti untuk membedakan antara penjahat keuangan dan spekulan yang cari untung, atau investor yang merasa situasi jelek dan jual investasinya? Anggaplah iya…. Bagaimana kalau di kemudian hari… anggaplah bertahun-tahun kemudian dikala para pendiri ini sudah lama meninggal, kemudian jabatan ini diduduki oleh oknum… si oknum melihat ada investor punya uang banyak… dia perlu uang untuk naik pangkat… kemudian dekati si investor untuk minta uang…. Dengan alasan :

Uang kamu banyak… bagi saya sedikit tidak akan membuat kamu miskin… saya lagi perlu untuk setoran ke atasan, buat naik pangkat ini…”

 

Atau alasan lain : “Kami rakyat ini, berjuang terancam nyawa membela negara, sementara kalian ini enak-enakan mendulang untung, sementara kita jadi penonton”

 

Lalu saat di tolak, si oknum mulai mencari-cari kesalahan si investor untuk kemudian di kriminalisasi dan hartanya di sita….

 

Yaaaa kalau bisa dikriminalisasi berarti ada salahnya dong…

Ya ya ya… kalau gitu pertanyaanya : jika demikian, apakah sebaiknya kita invest di Indonesia, atau sedari awal kita kabur jauh-jauh?

“Harus dong, karena itu patriotisme”

“Oooo iya iya, saya yang bodoh ini baru sadar kalau investasi itu adalah perjuangan bela negara bukan perkara cari untung… mlah mungkin untung itu perbuatan tercela ya?ya ya ya….”

 

Tapi dipikir-pikir, apakah semua ini ada kaitannya dengan UU TNI yang disahkan dengan terkesan terburu-buru itu?

Make sense… jika keadaan ekonomi negara sedang sangat teramat gawat, dan beresiko ambruk, kemudian menyebabkan rakyat stress kelaparan seperti tahun 1998, maka berpotensi chaos, dan chaos akan membawa krisis politik, kemudian kudeta dan yang akan jadi sasaran adalah pemerintah…. Maka itu perlu perlindungan tentara? Itukah sebabnya pelan-pelan posisi-posisi strategis mulai diisi TNI? Tujuannya untuk membuat benteng dan melindungi rezim dari amuk massa? Melakukan tekanan pada masyarakat yang mau berontak agar mereka tidak sempat bersatu dan terkoordinasi seperti 1998?….

Enggak kali ya…. Mungkin ini paranoia saya sendiri…. Paranoia dari seorang yang bukan siapa-siapa. Bukan orang yang dapat kemewahan mendapat info A1. Hanya rakyat biasa yang baca berita, terus berspekulasi liar di kepalanya…mungkin aja semuanya tujuannya baik seperti koordinasi terpusat untuk membasmi ormas-ormas yang konon katanya meresahkan masyarakat itu dan menghambat investasi?

Ah sudahlah, pusing sendiri saya jadinya… jadi beli emas, dolar, euro, atau RMB? Eh kok jadi ngomong gini…. Tuh kan lagi terkena jurus dewa mabuk…

 

-ii-