Bersikaplah Jujur Dan Menyuarakan Kebenaran

Oleh : Ahmad Khozinudin, S.H.
Advokat

“Mas Ahmad, nanti sampaikan saja semua info terkait PIK-2. Tak perlu ada yang ditutupi, bongkar saja semua”

[Tim Kreator Suara Keadilan TV]

Kutipan obrolan diatas, adalah salah satu moment persiapan saat penulis hendak mengadakan diskusi podcast di Channel Forum Keadilan TV. Saat itu, penulis diundang oleh Darmawan Sepriyossa untuk menjadi Narsum forum diskusi Madilog yang Mereka kelola.

Saat mendengar Madilog, langsung saja penulis teringat sosok Tan Malaka. Ya, materialisme, Dialektika dan Logika, trilogi berfikir yang dulu penulis lahap ulasannya saat menduduki bangku kuliah.

Sebelum ambil video (taping), penulis diwanti-wanti untuk membongkar semuanya terkait PIK-2. Bahkan, saat penulis menyebut nama Hercules, tim kreatif Forum Keadilan TV mewanti-wanti agar hal itu juga diungkap dalam podcast.

Sebenarnya, akar masalahnya adalah keberanian untuk jujur dan mengungkap kebenaran. Saat ini, banyak masalah yang mendera negeri ini, karena banyak yang tidak berani jujur dan mengungkap kebenaran apa adanya.

Kebanyakan, baik tokoh maupun pejabat berperan layaknya pemain sinetron. Laga yang ditampilkan ke publik, hanya sebatas untuk memenuhi peran acting, yang bertujuan merealisasikan kepentingannya masing-masing.

Makanya, persoalan pagar laut yang sederhana pun, menjadi berbelit-belit. Karena mayoritas tidak mau jujur. Tidak mau jujur, bahwa pagar laut itu kepentingannya Aguan. Tidak berani mengungkap kebenaran, ada motif Reklamasi dari terbitnya sertifikat laut dan pagar laut.

Para Jenderal pun demikian. Baik yang di institusi militer, maupun kepolisian. Baik yang masih aktif, maupun yang sudah Purnawiran.

Dalam kasus pagar laut, banyak yang berakting seolah-olah tidak tahu dengan mengambil sikap diam. Bahkan, ada yang berani tampil tanpa malu membela AGUAN.

Padahal, penderitaan rakyat Banten sudah bertahun-tahun dirasakan. Mereka, yang semestinya jujur dan mengungkap kebenaran, bahkan yang mendapat amanah sebagai aparat maupun pejabat, justru pasang badan untuk Aguan.

Ada barisan jenderal yang pura-pura bisu dan tuli. Di kasus lain, orasinya berapi-api, membakar semangat rakyat se-antero negeri.

Tapi begitu di kasus pagar laut? Di kasus penindasan rakyat REMPANG? Semuanya diam. Lidahnya kelu, mulutnya seperti tersumbat sesuatu.

Yah, untuk berani jujur dan mengungkap kebenaran itu tidak mudah, bagi mereka yang mendapatkan bintang karena melakoni ritual ‘pesugihan’ dengan memuja  Aguan maupun Tomy Winata. Mereka, tak akan berani jujur mengusik kepentingan Aguan dan TW, karena mereka mendapatkan bintang dari Aguan dan TW, bukan karena mengabdi kepada rakyat.

Ada juga, yang makan kenyang dari duit Aguan dan TW. Jenderal yang seperti ini, baik polisi maupun tentara, sejatinya hanyalah anjing peliharaannya Aguan dan Tomy Winata. Mana bisa, Kedaulatan Negara dan Rakyat bisa dibela oleh anjing yang makan tulang-tulang dari TW dan Aguan?

Karena itu, bagi jenderal yang masih bersih. Pejabat yang masih bersih. Jujur dan bersuaralah untuk membela kebenaran. Agar rakyat, masih memiliki alasan untuk terus berjuang dan memberikan loyalitas kepada Negaranya.

Jika tidak, maka sejatinya NKRI terancam bubar bukan karena ulah rakyat. Melainkan, karena ulah pejabat dan aparat pengkhianat. Para jenderal KW yang menjadi jongos Aguan dan TW. [].