Hendrajit : Kebijakan Global Trump Mengawinkan Misi Ekonomi-Perdagangan Dengan Misi Militer

JAKARTASATU.COM– Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi menerapkan kebijakan tarif baru yang dikenakan pada negara-negara mitra dagangnya. Indonesia menjadi salah satu negara yang terdampak kebijakan ini.

Dalam pidatonya di Rose Garden, Gedung Putih pada Rabu (02/04/2025) Trump mengklaim kebijakan ini sebagai langkah untuk mengatasi defisit perdagangan yang dia sebut sebagai ‘darurat nasional’.

Kebijakan Global baru Trump terhadap beberapa negara-negara berbeda-beda mengejutkan, untuk Indonesia bejalan menyangkut impor 32%. Sebagian masyarakat memandang kebijakan Presiden Amerika cenderung kapitalis.

“Haluan politik Donald Trump itu memang bukan neoliberalisme tapi kombinasi antara ultra-nasionalis atau chauvinisme  dengan kapitalisme yang diamankan oleh negara,” kata Pengamat Geo-politik Hendrajit kepada Jakartasatu, Sabtu 5/4/2025.

“Sayangnya, niat Trump cuma mau membuktikan ke kaum neolib Amerika, nih cara saya lebih cespleng kan dalam mempertahankan neokolonialisme global kita. Bukannya berniat menghapus neoliberalisme AS di luar Amerika. Melainkan menghidupkan kembali kolonialisme klasik berbasis merkantilisme. Bedanya, kalau dulu yang menyetir misi kolonialisme adalah korporasi sekarang dikendalikan sepenuhnya oleh para aktor yang punya ambisi geopolitik. Tidak hanya ambisi menginternasionalisasikan kapitalisme dan  pasar bebas,” sambung wartawan senior ini.

Dijelaskan Hendrajit merkantilisme bukan kapitalisme berbasis pasar bebas yang mana korporasi atau perusahaan Trans Nasional adalah aktor-aktor utamanya, melainkan membangun kekuatan ekonomi dan militer untuk kejayaan dan kekayaan negara. Gold, Gospel and Glory.

“Alhasiil, sentra seluruh pengambilan keputusan strategis sepenuhnya di Gedung Putih. Bahkan Capitol Hill markas Kongres pun cuma tukang stempel saja,” dia menandaskan.

Trump bukan saja memainkan perannya tetapi memainkan kekuatan kapitalis negara.

“Dengan itu, negara di era Trump memang akan memainkan peran, tapi bukan untuk visi-misi mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dan bukan untuk mengundurkan diri dari campur tangannya di negara-negara lain. Tapi negara akan Trump mainkan sebagai kekuatan kapitalis negara,”

Hendrajit menegaskan, di sinilah makna hakiki dari jargon American First and to make America Great again. Jadi jangan terpancing provokasi Trump soal kenaikan tarif biaya impor. Bukan itu esensi bahaya dari AS di era Trump.

“Esensi bahaya AS saat ini adalah mengawinkan  misi ekonomi-perdagangan dengan misi militer.  Mengawinkan kepentingan korporasi ekonomi berbasis industri berat seperti minyak, gas dan tambang batu bara. Seraya memperkuat Kompleks Industri Militer. Bukan saja untuk mengekspor peralatan peralatan militer canggih, tapi juga menciptakan proyek proyek perang untuk menyuburkan perusahaan perusahaan tentara swasta ala Blacwater, DynCorp, dan Vinel Corporation,” jelas Hendrajit. (Yoss)