JAKARTASATU – Pembukaan Festival Film Jepang (Japan Film Festival – JFF) tadi malam, Kamis, 2 November 2017 berlangsung sangat meriah. Acara yang diadakan di Venue CGV Grand Indonesia, Jakarta, tadi malam menghadirkan beberapa undangan penting seperti Duta Besar Jepang untuk Indonesia HE Ishii Masafumi, Direktur Jenderal The Japan Foundation, Tsukamoto Norihisa, Country Head Brand Marketing CGV, Wisnu Triatmojo, Japanese Film Festival Ambassador, Chelsea Islan, dan aktor Jepang yang diundang khusus untuk acara pembukaan, Kora Kengo. Acara dibuka dengan ritual tabuhan perkusi Jepang (Taiko) yang dibawakan oleh tiga musisi tradisional Jepang yang umumnya dapat ditemui dalam berbagai pembukaan acara yang berkaitan dengan budaya Jepang. Selanjutnya, setiap tokoh penting yang hadir maju ke depan untuk memberikan kata sambutan kepada awak media dan tamu undangan di dalam studio 8 CGV.
Dalam sambutannya Tsukamoto Norihisa menyampaikan pendapatnya soal animo festival film jepang di Indonesia. Animo ini menurutnya membuat perhelatan festival tahun ini lebih besar dari sebelumnya dengan tambahan tiga venue selain Jakarta
“Saya merasa sangat bergembira mengetahui betapa hangatnya masyarakat Indonesia merespon film-film Jepang setelah tahun lalu juga sudah mendapatkan respon positif dari masyarakat Jakarta. Tahun ini kami kembali menghadirkan Japan Film Festival (JFF) dengan jumlah kota lebih banyak. Kali ini JFF hadir di empat kota besar di Indonesia, Jakarta, Denpasar, Makassar, Jogja. Untuk pemutaran di Denpasar kami bekerja sama dengan Bali Internasional Film Festival dan untuk pemutaran di Yogya kami bekerja sama dengan Netpac Asian Film Festival,” tutur Tsukamoto dengan nada bersemangat.
Selain itu Tsukamoto juga menyampaikan bahwa penyelenggaraan festival ini merupakan salah satu upaya Japan Foundation untuk mengenalkan Jepang dengan masyarakat dunia.
“Visi misi Japan Foundation adalah mempererat Jepang dengan dunia. Salah satu media yang kami pilih untuk memperkenalkan budaya yang unik ini adalah film. Kami percaya seni audio visual ini dapat mampu menyampaikan dialog budaya dengan lebih mudah. Film pembuka festival ini akan berfokus pada kondisi masyarakat Jepang saat terjadi perubahan besar akibat gelombang ekonomi. Melalui film A Story of Yonosuke yang meraih banyak penghargaan mengambil latar belakang tepat tiga puluh tahun lalu ketika fenomena kemunculan seratus juta masyarakat kelas menengah. Saya sendiri adalah saksi peristiwa sejarah itu,” Tsukamoto.
Terakhir Tsukamoto menutup sambutannya dengan mengenang kembali hubungan diplomatik Indonesia dengan Jepang dan peran Japan Foundation dalam memajukan kerja sama di ranah perfilman.
“Saat ini saya berada di Indonesia yang sedang berkembang pesat dan akan merayakan ulang tahun hubungan diplomatik Indonesia-Jepang yang ke enam puluh tahun. Hubungan selama enam puluh tahun ini seharusnya membuahkan hasil yang baik pula untuk kedua negara. Saya berharap hubungan baik ini pun akan mendorong kemajuan pesat dalam kerja sama dunia perfilman. Saya yakin dialog dan kerja sama di antara sineas Jepang-Indonesia akan melahirkan karya-karya baru yang mengena di hati para pecinta film. Japan Foundation sudah memulai inisiatif ini sejak beberapa tahun lalu dengan mengeluarkan program Cross Cut Asia di Tokyo Internasional Film Festival,” tuturnya.
Kemudian sambutan dilanjutkan oleh Duta Festival Film Jepang, Chelsea Islan. Chelsea menyampaikan berbagai hal seperti rasa bangga, kreativitas antar bangsa melalui perfilman, dan ajakan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk berpartisipasi dalam perhelatan akbar ini.
“Merupakan sebuah kehormatan dan kebanggaan bagi saya yang kembali mendapat kepercayaan menjadi Ambassador Japanese Film Festival tahun 2017 ini. Saya ucapkan terima kasih banyak untuk sebuah tugas yang menautkan hubungan baik antara Indonesia dan jepang. Berkesempatan berdiri di sini bersama para pesohor membuat saya yang masih belia merasa begitu kecil dan semakin menyadari jika masih banyak yang harus saya pelajari. Sebagai insan perfilman Indonesia saya juga sungguh ingin belajar banyak dari para sineas jepang. Seru rasanya jika dapat mempelajari gaya mengkomunikasikan sebuah gagasan melalui film yang digarap bersama. Tentunya kreativitas lintas bangsa ini akan menghasilkan sesuatu yang unik. Bagi saya sineas Jepang begitu strategis dalam menyampaikan budayanya melalui film. Saya menyukai kartun Doraemon yang mengenalkan saya dengan Dorayaki. Juga kebiasaan Maruko-chan mengatakan aku pulang saat masuk ke rumah sepulang sekolah. Saya yang besar dengan animasi Jepang tanpa sadar tumbuh besar mengenal budaya Jepang. Saya percaya di sini pun teman-teman akrab dengan budaya Jepang melalui kebiasaan tokoh-tokoh animasi favorit kalian. Saya rasa hal ini dapat ditiru oleh sineas Indonesia, membangun nasionalisme bangsa dengan pendekatan kekinian. Dalam kesempatan ini saya ingin mengajak masyarakat Indonesia untuk menyempatkan diri menonton film-film Jepang terkini dalam festival ini. Banyak hal yang dapat kita pelajari dari dekat karena film dapat menghadirkan gambar yang melibatkan kita untuk turut mengalami sebuah kejadian,” ucapnya.
Acara ditutup dengan pemutaran film berjudul A Story of Yonosuke berdurasi 160 menit yang ditonton oleh para tamu undangan dan awak media. Festival Film Jepang telah diselenggarakan di Denpasar pada tanggal 30 September lalu, lalu akan diselenggarakan di CGV Grand Indonesia mulai tanggal 2 sampai 7 November, pada tanggal 24 sampai 26 November di Mall Ratu Indah Makassar, dan terakhir pada tanggal 1 sampai 8 Desember di Yogyakarta. Festival tahun ini mengusung sekitar 17 film terbaru plus 3 film animasi produksi studio Ghibli.
Judul film-film, perolehan tiket, sinopsis, jadwal dan lokasi pemutaran dapat diperoleh melalui website: http://id.japanesefilmfest.org/
Japanese Film Festival Asia-Pacific (JFF APAC)
JFF APAC merupakan sebuah platform film Jepang yang bertujuan untuk meningkatkan minat terhadap film Jepang dan menarik perhatian penonton yang luas di negara-negara Asia Tenggara dan Australia. JFF memberikan kesempatan kepada penonton untuk berkumpul secara offline dan online, di bawah visi membangun sistem yang menjadi jembatan antara pasar film Asia-Pasifik dan industri perfilman Jepang. Untuk meningkatkan ketertarikan terhadap film-film Jepang dan menciptakan kesempatan baru bagi film-film Jepang, JFF APAC membuat tiga skema yaitu; memperkuat jaringan dengan menyelenggarakan festival film Jepang di negara-negara Asia Tenggara dan Australia, membuat kegiatan promosi yang dapat diikuti oleh para penggemar, dan membangun platform online. Mulai tahun 2016, Japanese Film Festival di Indonesia menjadi salah satu bagian dari JFF APAC yang diinisiasi oleh The Japan Foundation.
| Laporan dan Foto-foto FATHUR R.A