Said Didu/IST

Mantan Sekretaris BUMN, Said Didu merespons wacana PT Pertamina (Persero) menghapuskan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium dan Pertalite masih menjadi perdebatan. Said Didu curiga ada sesuatu yang mendorong wacana itu digulirkan.

Menurut Said Didu, penghapusan BBM beroktan 88 dan RON 90 di pasaran Indonesia disinyalir untuk memuluskan penjualan BBM asing di Tanah Air.

Rencana menghapus BBM berkadar RON rendah itu muncul pada Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR dengan Pertamina.

“Ide Dirut Pertamina untuk tidak lagi menjual BBM premium dan petralite adalah jalan pintas untuk menutup kilang milik Pertamina dan murni menjadi pedagang BBM dari LN (luar negeri),” ujarnya dikutip dari Pikiran-rakyat.com, Rabu (2/9/2020).

Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.20 tahun 2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O, bensin yang harus dijual ke publik minimum harus mengandung RON 91.

Artinya, jika mengacu pada peraturan itu, maka seharusnya tidak boleh ada lagi produk bensin di bawah RON 91 yang dijual ke publik.

Indonesia sudah harus mengadopsi kendaraan BBM berstandar Euro 4 sejak 10 Maret 2017. BBM yang memenuhi standar Euro 4 adalah bensin dengan RON di atas 91 dan kadar sulfur maksimal 50 ppm.

Kembali Said Didu menyatakan, penghapusan dua jenis BBM andalan masyarakat ini sama saja merusak BUMN yang seharusnya berpihak kepada rakyat.

“Jika tidak bisa memperbaiki BUMN, minimal jangan dirusak karena rakyat yang jadi korban,” katanya.

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan Premium dan Pertalite memiliki kadar RON 88, sedangkan Pertalite 90. Saat ini, tersisa tujuh negara yang masih menggunakan BBM dengan kadar RON di bawah 90.

Selain Indonesia, ada Bangladesh, Uzbekistan, Mongolia, Ukraina, Mesir, dan Kolombia. Artinya, Indonesia tertinggal dari negara-negara Asia Tenggara yang sudah tidak menggunakan BBM dengan RON rendah.

Sebut saja, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, hingga Myanmar yang telah menggunakan BBM dengan RON 91.

Begitu juga dengan Australia dan India yang menggunakan BBM dengan RON paling rendah di angka 91. Di kawasan Asia, Indonesia hanya senasib dengan China yang masih menggunakan RON di bawah 90. Itu pun, RON terendah China menggunakan sebesar 89.

Tak hanya itu, jenis BBM di Indonesia pun merupakan yang terbanyak, mencapai enam produk. Sedangkan China hanya empat produk. Sementara, negara-negara Asia Tenggara lain hanya memiliki dua sampai empat produk. (LJ/RED)