AR TANJUNG DAN JUS SUMA Di PRAJDA / JUAKI
Ada dua tokoh berjumpa saya. Satu pelukis sejak tahun 1980an pelukis poster bioskop. Ratusan poster bioskop ia garap.  Ia adalah A.R Tanjung dan sampai kini ia menjadi pelukis. Bulan Maret lalu ia pameran lukisan poster film di sebuah gakeei di Jagakarsa.
Seniman yang dibilang paling produktif ini pameran terus —dalam catatan saya terutama dalam 5 bulan ini— ia hadirkan karyanya dan yang paling keren ditiap pameran dan karyanya selalu ada yang sold. Tanjung biasa saya sapa. Ia pelukis yang mumpuni yang sampai kini eksis dan sekaligus mengajar disejumpah sanggar gambar di Jakarta, termasuk mengajar kelas anak berkebutuhan khusus.
Satu tokoh lagi adalah Jurnalis Veteran yaitu Jus Suma di Pradja, saya biasa panggil
Om Jus. Saya menyebut ia adalah veteran karena memang wartawan tiga zaman. Jurnalis Harian Indonesia Raya yang dipimpin Mochtar Lubis.  Ia juga pada  1973 ia pernah menjadi reporter terbaik Harian Indonesia Raya. Sebuah prestasi yang luar biasa.
Ia juga pernah menjadi jurnalis di KOMPAS namun hanya beberapa tahun dan memutuskan keluar dari KOMPAS karena sesuatu hal…dan sejak itu ia tak mau menulis. Satu protes atas sikap idealisme dia. (Kisah ini akan saya tulis dibagian lain)
Om Jus bagi saya adalah guru, Bapak dan Kawan dialog dalam dunia media dan kisah-kisah yang tak terekspos di negeri ini. Ia adalah perpustakaan data dan pikirannya yang cemerlang.
Malam tadi diskusi makin karena ada sumber yang unik dialog sama kami sampai dini hari. (Lagi-lagi yang ini akan saya bahas di lembar kisah lainnya tentang sumber yang unik itu.)
Akhirnya kepada dua tokoh plus narsum satu yang masih hidden saya sampaikan, Salam takjim. Dan Ada lagunya kata Om Jus: Itulah Indonesia….. Dan Indonesia masih panjang kisah-kisahnya. #Ngopi dulu yuk…!!!
(Aen)