GIVE AWAY ??? NO WAY !!!
(Balada Demokrat Mengusung Anies)
Ari Saptono
Pemerhati Sosial & Politik
Koalisi partai politik itu persoalan ‘deal’. Tentu bila ada ‘give’, ya pasti ada ‘take’. Bahasa wong ciliknya; “wani piro”. Koalisi partai politik bukan kegiatan “give away” layaknya acara si Baim Wong. Bahkan acara tersebut pun tak sekedar “give”, tapi ada “take” juga. Apa itu ? Sponsor masuk ke acara tersebut. Dan ujung-ujungnya, ya sudah pasti si Baim ngeruk cuan.
Koalisi partai politik bukanlah layaknya Kasih Ibu, yang hanya memberi tak harap kembali. Tetapi “what’s the deal”, seperti apa “best position” yang ditawarkan jika diajak untuk bergabung kedalam sebuah koalisi politik.
Sejak awal Partai Demokrat bersedia masuk manjadi bagian dari Koalisi Perubahan dan Persatuan (KPP) untuk mengusung Anies Baswedan sebagai capres, sudah dapat ditebak bahwa mereka bersedia gabung bukan sekedar “just giving, no taking”.
Bahkan Partai Demokrat seolah telah mengunci KPP bahwa tidak ada sosok yang layak sebagai cawapres Anies selain AHY. Dengan munculnya percakapan yang masive “No AHY, No ANIES” di akar rumput partai Demokrat.
Hal ini bisa dimaklumi, sebab lebih dari seratus purnama Demokrat menempa pesona AHY sebagai kader pemimpin bangsa. Maka, manjadi cawapres Anies, ialah panggung politik strategis untuk merengkuh sukses “poltical path” AHY
Nah, kini terkuak siapa bakal cawapres Anies, meskipun belum final. Hal ini membuat kubu Demokrat meradang, kemarahan pengurus partai Demokrat mengguncang jagat politik. Nada-nada fals dan sinis mulai dimainkan para pemgurus partai. Tujuannya untuk menyudutkan Anies, tanpa basa-basi segala tuduhan yang jahat ditujukan kepada Anies. Seolah-olah hari itu AHY mendadak sekarat akibat kabar bakal cawapres Anies Baswedan tersebut.
Namun apapun alasannya, seyogyanya partai Demokrat tidak perlu galau, apalagi baper. Sampai-sampai dengan enteng menuding Anies tidak berkomitmen dan berkhianat.
Jikalau benar Anies memilih Cak Imin sebagai cawapres, atau siapun orangnya yang nanti akan dipilih, dan bukan memilih AHY. Sebagai bentuk keberpihakan pada aspirasi rakyat dan agenda perubahan, seharusnya Demokrat lebih mengedepankan sikap konsisten dan komitmen.
Sebab kewenangan Anies memilih cawapresnya sendiri sudah diatur dalam Piagam Kerja Sama Koalisi Perubahan dan Persatuan. Yang telah di tanda tangani masing-masing Ketua Umum dari tiga partai anggota koalisi.
Dalam politik; “Give away ??? No way !!” Maka, Demokrat tinggal “re-deal” saja demi mencapai “best deal” tersebut. Menurut saya, jabatan Menko ialah panggung sangat strategis untuk merengkuh sukses “political path” mas AHY. Waallahu a’laam.
Semoga saja seluruh partai anggota KPP tetap konsisten dan komitmen berpihak pada aspirasi rakyat dan agenda perubahan untuk perbaikan masa depan Indonesia. Dan tidak hanya mengedepankan ambisi politik masing-masing partai.
Semoga saja Nasdem, Demokrat, PKS, tetap konsisten dan komitmen dalam kesepakatan bulat menetapkan Anies Baswedan sebagai Calon Presiden NKRI 2024-2029. Seperti yang tercantum dalam Piagam Kerja Sama Koalisi Perubahan dan Persatuan. Aamiin yra