MS Ka’ban: Persoalan Mendasar Masa Depan Indonesia Adalah Kerusakan Cara Berpikir

JAKARTASATU.COM – Mantan Menteri Kehutanan periode 2004-2009, MS Ka’ban mengungkapkan, persoalan masa depan yang paling mendasar adalah kerusakan cara berpikir. “Cara berpikir sebagai bangsa harusnya sesuai perintah konstitusi menjadi guiden absolutly. Kalau cara berpikirnya lepas dari konstitusi maka yang terjadi adalah kerusakan-kerusakan,”. Hal itu disampaikan dalam acara diskusi publik bertajuk “Perebutan Penguasaan SDA: Pendanaan Pilpres, Konflik, dan Kerusakan Lingkungan,” yang digelar di kantor KAMI, Jakarta, Selasa, 5/9/2023.

Menurutnya, persoalan lingkungan itu merupakan persoalan pencemaran. Berawal dari keinginan semua orang untuk maju berdasarkan hasil-hasil teknologi Industri yang obyeknya adalah alam, natural resources, dan pelakunya adalah manusia.

“Kalau kita lihat Indonesia hari ini, negara tidak hadir kenapa karena terjebak jadi pelaku-pelaku dari kebijakan-kebijakan yang dibuat karena cara berpikirnya,” jelasnya.

Ka’ban menyontohkan, sebuah perusahaan asing yang kebun sawitnya tidak luas 34 ribu ha, tapi dialah satu-satunya perusahaan asing pemilik produksi sawit yang sangat produktif. 1 ha bisa hasilkan sampai 3,5 atau 3,8 ton. Pemerintah hanya punya saham 10% di perusahaan itu.

“Dengan gunakan 1,7 ha di halaman mantan-mantan petinggi perkebunan, pengusaha asing menanam seluruh tanaman-tanaman hias yang ada di Sumtera Utara. Membuat park di 1,7 ha. Seluruh tanaman hias di seluruh Sumetera Utara dihimpun. Pengunjung memasuki park tersebut tidak akan selasai selama 3 jam, para pengunjung kagum. Ternyata kunjungan ke taman tersebut di ekspos ke dunia internasional sebagai bukti menyelamatkan lingkungan,” ungkap Kaban.

Ka’ban mengingatkan, sawit kita dianggap merusak lingkungan, tapi dengan 1,7 hektar perusahaan asing tersebut membangun taman dan bekerjasama dengan LIPI. Kemudian taman tersebut dibuatkan khasiat dan manfaatnya yang diekspos ke dunia internasional yang isinya dimana perusaan tersebut menggambarkan kebun sawit yang berwawasan lingkungan. “Ini cara berfikir,” sindir Kaban.

“Pengusaha sawit tersebut hanya mengeluarkan dana tidak sampai 2M, tapi setiap ton CPO-nya mendapat 50 USD tambahan harga, premium prize,” bebernya menambahkan.

Ka’ban memperingatkan bahwa kita akan mengalami suatu proses masa depan jika masalah lingkungan ini tidak betul-betul serius. Proses penggurunan akan terjadi di banyak wilayah Indonesia. Yang paling terancam adalah Jawa Barat.

“Hutan Jawa Barat itu kurang dari 30%. Dari 30% itu tutupan hutannya mencapai 78%. Artinya adalah begitu hujan selama 15-20 menit pasti terjadi erosi, terjadi banjir yang sangat luar biasa. Selain Jawa Barat, Kalimantan Tengah yang merupakan pulau-pulau pasir proses pemanfaatan sumber daya alam, jika tidak diperhatikan ekosistemnya bisa jadi gurun,” jelas Ka’ban.

Belum lagi menurut Ka’ban, akibat gas rumah kaca yang sudah diakui dunia, stocknya di atmosfir kenapa terjadi kekhawatiran naiknya temperatur suhu bumi. Dimana seharusnya dunia harus mampu menahan. Seluruh dunia industri harus bertanggungjawab jangan sampai temperatur bumi naik 3 derajat dari yang ada sekarang. Jika ini tidak bisa dibendung maka bumi akan panas terus menerus. Begitu juga termasuk pengotoran udara, pencemaran udara. Sekarang ini batubara jadi tersangka pencemaran udara. Padahal industri-industri itu menggunakan batubara. Produksi listrik tidak menggunakan energi matahari.

“Untuk 1 kilowatt listrik matahari membutuhkan lahan 1 hektar. Jadi kalau mau gunakan 3000 Megawat maka harus disiapkan 3000 hektar,” imbuhnya.

Ka’ban mengingatkan bahwa Indonesia di tahun 2014 belum terkategori negara emiten, negara pencemar udara, dan pencemar lingkungan. Tapi sekarang Indonesia sudah yang terkena beban melakukan pencemaran udara. Pemerintah tidak hadir, penyatuan LHK faktor pemicu dua institusi ini Undang-Undangnya bertentangan satu dengan yang lain. Maka kita akan terus mengalami degradasi

Secara internasional sudah diketahui bahwa pasokan gas rumah kaca  akibat itu ada 50rb billion ton. Jangan heran puncak salju akan cair, apa dampaknya ? Kenapa? “Karena persoalan tidak selalu memecahkan masalah, yang terjadi terus menambah masalah,” jelasnya

Sebagai penutup, terkait konstitusi, sekali lagi Ka’ban mengingatkan negara tidak hadir karena tidak menunaikan amanat konstitusi . Dunia sudah tahu problem pemanasan global ini terjadi tidak terperbaiki karna 50 billian ton stock, akibat rumah kaca yang di atas itu tidak berkurang. Dia semakin panas, nanti akibatnya kutub-kutub akan mencair. Ada daerah pulau yang naik dan beberapa pulau yang tenggelam.

Saya yakin kalau di Indonesia tidak dicegah maka akan banyak ribuan pulau yang tenggelam. Ini akibat lingkungan.”Tapi semua ini berawal dari cara berfikir tadi. Yang sudah saya contohnya dengan sebuah perusahaan asing yang menguasai hanya 1,7 hektar, modal tidak sampai 2M tapi selama sawitnya panen dia dapat insentif 50 USD/ton,” pungkasnya. (Yoss)