Rocky Gerung Beri Pencerahan untuk Kader-Kader Angkatan Muda Siliwangi

JAKARTASATU.COM— Putra Jalu Waluya Alfiadi Ketua Pelaksana Dialog Akal Sehat memaparkan mengundang Rocky Gerung menjadi narasumber karena watak Angkatan Muda Siliwangi (AMS) memiliki kesamaan dengan Rocky Gerung. Kader-kader AMS adalah “Maung” leber wawanen, persis Bung Rocky berani ambil resiko tampil sendirian laksana Harimau untuk meluruskan kegilaan politik. Acara Dialog Akal Sehat dilaksanakan di Jln Braga Bandung pada Rabu, 11/10/2023

“Melalui kegiatan ini kader-kader AMS diharapkan kembali tercerahkan sebagai organisasi yang mengedepankan pikiran dan peka terhadap kondisi riil di masyarakat sekaligus selalu bertindak demi pakusarakan atau tanah air tercinta”, harap Putra Jalu.

Di acara Dialog Akal Sehat yang digelar Badan Pengurus Pusat Ikatan Mahasiswa Angkatan Muda Rocky Gerung menggaribawahi AMS didirikan tidak bisa lepas dari pergulatan politik dan identik dengan Kodam Siliwangi yang dikenal tentara intelektual, bahkan seminar Angkatan Darat di Bandung yang diinisiasi Jenderal Suwarto perwira Siliwangi menghasilkan konsep awal sistem politik Orde Baru manifestasi kritik terhadap kediktatoran Orde Lama.

Rocky Gerung juga mengapresiasi AMS berani mengundang, padahal dirinya kritikus rezim Jokowi. Terkait memilih calon presiden menurut Rocky Gerung harus didasari tiga kategori, yaitu etikabilitas, intelektualitas, dan terakhir elektabilitas.

“Lewat forum diskusi seperti yang diselenggarakan oleh AMS bisa membuka perdebatan publik menguji kompetensi semua calon presiden”, ujar Rocky

Rocky menilai ini penting agar fair sehingga orang yang menjadi Presiden Indonesia pertama kali lulus bukan elektabilitas, tapi lulus etika atau moralitas.

“Dilihat apakah tersangka korupsi enggak dia, pernah berbohong pada emak-emak enggak dia, itu intinya. Pernah bermain-main di pulau reklamasi enggak dia. Itu namanya moralitas diuji dulu, etikabilitas dulu,” ujarnya Rocky

Rocky menekankan tidak berhenti pada elektabilitas dan moralitas semata, harus ada  teruji intelektualitasnya.

“Menguji intelektualitas artinya menguji cara dia melihat problem global, bukan problem Indonesia. Indonesia itu tidak mungkin hidup tanpa pengetahuan tentang global, seperti global ekonomi dan lainnya. Itu perlu untuk menghubungkan kapan harga beras mengalami kemerosotan dan kapan mitigasi itu bisa dibuat,” beber Rocky

Rocky menyinggung moralitas dan intelektualitas kepemimpinan sekarang ini yang terjadi. Diantaranya bagaimana menyikapi kenaikan harga beras

“Coba sekarang, begitu harga beras jatuh Pak Jokowi ngomong makan singkong aja. Kan problemnya harga beras jatuh, kan singkong mah kita biasa makan singkong. Makan jagung, kita juga makan jagung. Masalahnya bukan singkong dan jagung, tapi harga beras jatuh,” terangnya.

“Penyebabnya apa? Ini disebabkan oleh El Nino, memang ada El Nino, tapi El Nino itu sudah dari dua tahun lalu (diprediksi bakal terjadi, red), mestinya harus ada antisipasi,” tanya Rocky dihadapan audience AMS

Rocky Gerung gambarkan kepemimpinan yang memiliki tanggung jawab moral seperti pemimpin di Eropa di mana Perdana Menteri Belgia yang menjanjikan harga tomat akan stabil. Dan ternyata harga tomat naik 1 Euro sen. Kemudian pemimpinnya meminta maaf karena tidak bisa mempertahankan harga tomat.

“Itu namanya pertanggungjawaban moral. Padahal si pemimpin itu bisa bilang kenapa harga tomat jatuh, karena suplainya kebanyakan. Dari mana suplai itu datang, karena petani Jawa Barat terlalu banyak mengekspor tomat. Logikanya begitu, tapi dia enggak bilang begitu. Dia bilang memang dia salah,” tandas Rocky

Dengan pernyataan seperti itu maka kata Rocky Gerung, orang-orang akan timbul pertanyaan apakah benar petani Jawa Barat mengekspor tomat yang fresh, mereka akan memeriksa kebenarannya.

Rocky menuturkan bahaimana jalan tol dibuat, aksesnya bagus. Tapi dari jalan yang aspal bagus ke kebun tomat itu masih jalan batu. Petani tomat itu waktu panen tomatnya dibawa ke kota untuk dijual, pakai bak terbuka. Waktu panen fresh, saat tiba di pasar kabupaten, tomat sudah jadi jus tomat karena diombang ambingkan jalan yang masih bebatuan.

“Itu juga logika kita ngapain bikin jalan tol kalau jalan rusuknya belum ada. Kenapa? Jalan tol ini fisiknya padahal petani berupaya hasil panennya fresh diangkut pakai bak terbuka tapi di pasar buah tomat, tapi sudah jadi jus,” pungkasnya. (Yoss).

untuk Kader-Kader Angkatan Muda Siliwangi

JAKARTASATU.COM— Putra Jalu Waluya Alfiadi Ketua Pelaksana Dialog Akal Sehat memaparkan mengundang Rocky Gerung menjadi narasumber karena watak Angkatan Muda Siliwangi (AMS) memiliki kesamaan dengan Rocky Gerung. Kader-kader AMS adalah “Maung” leber wawanen, persis Bung Rocky berani ambil resiko tampil sendirian laksana Harimau untuk meluruskan kegilaan politik.

“Melalui kegiatan ini kader-kader AMS diharapkan kembali tercerahkan sebagai organisasi yang mengedepankan pikiran dan peka terhadap kondisi riil di masyarakat sekaligus selalu bertindak demi pakusarakan atau tanah air tercinta”, harap Putra Jalu.

Sementara Rocky Gerung menggaribawahi AMS didirikan tidak bisa lepas dari pergulatan politik dan identik dengan Kodam Siliwangi yang dikenal tentara intelektual, bahkan seminar Angkatan Darat di Bandung yang diinisiasi Jenderal Suwarto perwira Siliwangi menghasilkan konsep awal sistem politik Orde Baru manifestasi kritik terhadap kediktatoran Orde Lama.

Rocky Gerung juga mengapresiasi AMS berani mengundang, padahal dirinya kritikus rezim Jokowi. Terkait memilih calon presiden menurut Rocky Gerung harus didasari tiga kategori, yaitu etikabilitas, intelektualitas, dan terakhir elektabilitas.

“Lewat forum diskusi seperti yang diselenggarakan oleh AMS bisa membuka perdebatan publik menguji kompetensi semua calon presiden”, ujar Rocky Gerung.

Ricky menilai ini penting agar fair sehingga orang yang menjadi Presiden Indonesia pertama kali lulus bukan elektabilitas, tapi lulus etika atau moralitas.

“Dilihat apakah tersangka korupsi enggak dia, pernah berbohong pada emak-emak enggak dia, itu intinya. Pernah bermain-main di pulau reklamasi enggak dia. Itu namanya moralitas diuji dulu, etikabilitas dulu,” ungkap Rocky Gerung pada Dialog Akal Sehat yang digelar Badan Pengurus Pusat Ikatan Mahasiswa Angkatan Muda Siliwangi di Jalan Braga, Rabu (11/10).

Rocky menekankan tidak berhenti pada elektabilitas dan moralitas semata, harus ada  teruji intelektualitasnya.

“Menguji intelektualitas artinya menguji cara dia melihat problem global, bukan problem Indonesia. Indonesia itu tidak mungkin hidup tanpa pengetahuan tentang global, seperti global ekonomi dan lainnya. Itu perlu untuk menghubungkan kapan harga beras mengalami kemerosotan dan kapan mitigasi itu bisa dibuat,” beber Rocky

Rocky menyinggung moralitas dan intelektualitas kepemimpinan sekarang ini yang terjadi. Diantaranya bagaimana menyikapi kenaikan beras

“Coba sekarang, begitu harga beras jatuh Pak Jokowi ngomong makan singkong aja. Kan problemnya harga beras jatuh, kan singkong mah kita biasa makan singkong. Makan jagung, kita juga makan jagung. Masalahnya bukan singkong dan jagung, tapi harga beras jatuh,” terangnya.

“Penyebabnya apa? Ini disebabkan oleh El Nino, memang ada El Nino, tapi El Nino itu sudah dari dua tahun lalu (diprediksi bakal terjadi, red), mestinya harus ada antisipasi,” tanya Rocky dihadapan audience.

Rocky Gerung gambarkan kepemimpinan yang memiliki tanggung jawab moral seperti pemimpin di Eropa di mana Perdana Menteri Belgia yang menjanjikan harga tomat akan stabil. Dan ternyata harga tomat naik 1 Euro sen. Kemudian pemimpinnya meminta maaf karena tidak bisa mempertahankan harga tomat.

“Itu namanya pertanggungjawaban moral. Padahal si pemimpin itu bisa bilang kenapa harga tomat jatuh, karena suplainya kebanyakan. Dari mana suplai itu datang, karena petani Jawa Barat terlalu banyak mengekspor tomat. Logikanya begitu, tapi dia enggak bilang begitu. Dia bilang memang dia salah,” tandas Rocky

Dengan pernyataan seperti itu maka kata Rocky Gerung, orang-orang akan timbul pertanyaan apakah benar petani Jawa Barat mengekspor tomat yang fresh, mereka akan memeriksa kebenarannya

Rocky menururkan dimana jalan tol dibuat, aksesnya bagus. Tapi dari jalan yang aspal bagus ke kebun tomat itu masih jalan batu. Petani tomat itu waktu panen tomatnya dibawa ke kota untuk dijual, pakai bak terbuka. Waktu panen fresh, saat tiba di pasar kabupaten, tomat sudah jadi jus tomat karena diombang ambingkan jalan yang masih bebatuan.

“Itu juga logika kita ngapain bikin jalan tol kalau jalan rusuknya belum ada. Kenapa? Jalan tol ini fisiknya padahal petani berupaya hasil panennya fresh diangkut pakai bak terbuka tapi di pasar buah tomat, tapi sudah jadi jus,” pungkasnya. (Yoss).