Juara Bertahan Italia Nestapa dan Gengsi Tuan Rumah Jerman

Catatan : Imam Wahyudi (iW)

Nestapa bagi juara bertahan Italia dan gengsi tuhan rumah Jerman. Tim Gli Azzurri tersingkir “batu sandungan” Swiss. Sebaliknya si Panzer menyudahi perlawanan Denmark.

Timnas Swiss dan Jerman maju ke perempatfinal Piala Eropa 2024. Mengawali babak “16 besar” di Berlin, semalam —  Swiss berhasil menghadang Italia 2-0 (1-0). Praktis menantang Jerman pada 06 Juli nanti. Jerman menang 2-0 (0-0) atas Denmark.

Alih-alih balas dendam, Italia lebih cepat meninggalkan arena Piala Eropa 2024. Merasakan karma kedua dari tim berjuluk Nati. Gara-gara Swiss pula, skuad berjuluk Gli Azzurri gagal tampil di Piala Dunia 2022 Qatar. Dihadang Swiss yang memaksa hasil draw 1-1 dan 0-0 pada tahap kualifikasi tahun 2021.

Sejatinya, Italia pun terseok menapaki babak “knock down” Piala Eropa episode-17 ini. Di akhir fase grup-B, nyaris tersingkir. Sudah tertinggal 0-1 lawan Kroasia yang sudah di depan mata lolos “16 besar”. Berubah seketika pada satu menit terakhir injury time 90+8. Gelandang Zaccagni menyelamatkan malu Italia. Skor berubah dramatis 1-1. Italia lolos ke “16 besar”, Kroasia tersingkir. “Sepakbola, memang kejam,” Luka Modric (38) penyerang senior Kroasia.

Kali ini, Italia tak berdaya. Dua kali juara Eropa episode sebelum ini (2020) di Wembley, London  dan 1968. Pun empat kali juara Piala Dunia. Dua kali berturut, pergelaran perdana 1934 dan 1938. Berikut pada 1982 dan 2006. Berbanding Swiss yang sudah lima kali laga Piala Eropa, sejak 1996 — tapi  prestasi terbaik “cuma”  perempatfinal 2020.

Timnas Italia tampil tanpa bek andalan, Riccardo Calafiori yang akumulasi kartu kuning. Meski unggul tipis penguasaan bola, tapi tak cukup sengatan serangan. Malah sang kiper Donarumma bernilai transfer Rp  1 triliun dipaksa dua kali memungut bola dari gawangnya. Sebaliknya Swiss yang bagai mengendap-endap, kerap menusuk pertahanan Italia.

Gol cantik milik Swiss menit-37. Penyerang Ruben Fargas bermanuver di tengah, cerdik mendorong bola ke gelandang serang di sisi kiri. Pergerakan yang mengecoh posisi kiper Italia. Sedikit mengangkat bola dengan tendangan menyentuh tanah ke arah kanan gawang. Tak terjangkau tangan kiper.

Memasuki babak-II, Italia gagal antisipasi serangan kilat. Baru satu menit, bobol lagi. Nyaris serupa tendangan spekulasi yang justru gol. Tendangan lambung Ruben Vargas dari area tengah di luar kotak penalti, menusuk ujung atas kiri mistar gawang. Si kiper dipaksa mendongak menyambut gol setan itu.

Pontang-panting menyerang jadi pilihan skuad Italia. Bersamaan itu timnas Swiss berjuluk Nati lebih pandai memainkan zona marking. Italia akhirnya cedera laga. Kehilangan dua gol tanpa balas hingga akhir laga.

Jerman vs Denmark

Kemenangan tuan rumah Jerman juga balas dendam atas kekalahan 0-2 di final Piala Eropa 1992 yang mengantar Denmark. Baru sekali berbanding Jerman yang sudah tiga kali, juga pemegang rekor bersama Spanyol.

Tim dinamit Denmark tak cukup mampu pertahankan ritme permainan babak awal. Tak ada ada gol babak pertama. Sebaliknya Jerman justru menemukan gaya. Merangsek pertahanan lawan hingga hadiah penalti meni-53, setelah tinjauan VAR. Gelandang Harvertz mengeksekusi gol.

Jerman mendominasi permainan babak-II. Umpan jauh lebih separuh lapangan ke penyerang Jamal Musiala, langsung berhadapan kiper Schmeichel. Sontekan sedikit melambung, gol menit-68. Hingga akhir laga, Jerman pertahankan kemenangan dua gol.*

– Jurnalis senior di Bandung