PEDAGANG ALAT PERTANIAN DI DUNIA PERSILATAN
Oleh : William Win Yang – Business Strategist – Best selling Author – Ketua Komisi Tetap Digitalisasi UMKM KADIN Indonesia
Alkisah di dunia persilatan
Ah Gung adalah seorang pemuda penuh semangat. Dia lulus dari kuliahnya dan mendapat pekerjaan di perusahaan pemasaran alat-alat pertanian dari “Kerajaan Tengah”, sebuah negara yang terkenal sebagai pabrik dunia. Sebuah negara yang dahulunya sangat miskin, yang dengan fenomenal bangkit dan menjadi negara paling efisien dan inovatif di dunia. Produk-produknya paling canggih dan paling murah di dunia.
Ah Gung sangat bersemangat sekali mendapat pekerjaan baru ini. Dia terpesona dengan barang-barang pertanian yang sangat canggih yang ditawarkan tempatnya bekerja. Begitu modern dan efisien. Teknologi sejenis sudah dipakai di negara Vietnam dan Thailand yang merupakan dua dari sekian negara penghasil hasil tani terbaik dunia. “Aaaahhh rupanya inilah rahasianya, pantas saja negara itu jadi exportir beras terbesar ke dunia persilatan. Kalau aku jual ini ke dunia persilatan, maka negaraku akan mampu menghasilkan beras sendiri berkali-kali lipat dari sekarang, dan menjadi negara swasembada beras ” Guman Agung.
Dengan penuh semangat dan percaya diri, Ah Gung menjajakan dagangannya ke seantero dunia persilatan… alhasil dia merasa kelelahan sendiri… kenapa :
1. Para petani yang didatanginya merasa lebih pintar, dan malah ngenyek ke Ah Gung : “sampean ga usah ngajarin kami bertani. Kami sudah begini dari jaman nenek moyang”
2. Selain dari itu, para petani juga mengatakan kalau barangnya mahal, karena selama ini mereka bisa dapat barang dengan mudah dari KUD (Koperasi Unit Desa)
3. Pernyataan awalnya menelisik jiwa entrepreneurship Ah Gung, yang mendapati bahwa banyak alat-alat pertanian rupanya disubsidi, bahkan ada yang diberikan gratis oleh pemerintah dunia persilatan pada para petaninya.
4. Ah gungpun menjadi semangat dan mencoba menjual produknya ke KUD, yang kemudian dilempar lagi keatas… keatas dan makiii….nnnn atas… yang mana setiap pejabat yang ditemuinya harus dia enterntain di restoran mewah (untunglah ada biaya operasional dari kantor)
5. Setelah berjibaku sekian lama menemui berbagai perjabat, dilempar kesini dan kesana, akhirnya Ah Gung harus menelan kecewa karena ternyata produknya tidak bisa dijual ke pemerintah, karena harus memiliki Standard Nasional (SN). Sedangkan produknya begitu canggih dan modern, hingga tidak ada standard yang bisa mengukurnya…
Ah Gung sungguh sedih dan kecewa… kecewa sudah jelas, namun sedih, karena para petani Dunia Persilatan tidak mendapat akses kepada teknologi canggih ini, sedangkan petani di Vietnam dan Thailan dengan mudah mendapatkannya dan disubsidi pula oleh negara… dengan demikian petani di dunia persilatan makin lama makin tertinggal…. Dan ditambah otak para petani itu yang bebal dan sombong, makin parahlah keadaannya…. Mereka tidak bisa maju, dan berakhir menjadi tukang nyinyir dan pengharap subsidi dari pemerintah…
Harapan untuk berjualan produk sekaligus mensejahterakan negaranyapun pupus sudah… namun Ah Gung tidak boleh berhenti, dia harus berjualan karena harus menghidupi keluarganya… Maka dengan menghela nafas panjang, Ah Gung mendatangi kelompok yang sebelumnya dia anggap tidak mau dia dekati, bahkan dia harapkan dihancurkannya jika para petani mengadopsi teknologi pertanian yang dijualnya…. Kelompok itu adalah…. Para TAIPAN. Taipan atau konglomerat adalah sekelompok pengusaha yang mengendalikan modal sangat besar, dan memiliki perkebunan serta pertanian dengan lahan sangat teramat besar yang mendominasi perekonomian dunia persilatan… dia sempat berfantasi untuk mengakhiri dominasi ekonomi mereka melalui ekonomi kerakyatan… tapi ah sudahlah… dengan kondisi masyarakat yang bebal dan bodoh, ditambah birokrasi yang rumit dan korup hal itu tidak mungkin… memang para Taipan mungkin yang ditakdirkan menguasai perekonomian…
Ah Gung pun mendatangi perusahaan demi perusahaan perkebunan yang dimiliki para Taipan… dan betapa terkejutnya Ah Gung… penerimaan mereka sangat baik… dia diterima untuk presentasi, kemudian keputusan diambil dengan pertimbangan logis dan masuk akal… memang masih ada yang korup di bagian purchasing, namun tidak separah yang dihadapinya di pemerintahan… dipemerintahan, selain korup, para pejabatnya juga bodoh dan rakus kesenangan duniawi… tidak jarang pejabat yang memintanya di entertain di hotel mewah, sekaligus disediakan pelacur kelas atas, dan setelah semua hiburan bejad itu, saat di adakan sesi presentasi, si pejabat tidak mengerti apa-apa… dan setelah berputar-putar sekian lama, produk yang ditawarkannya mentok di standard nasional yang tidak ada….
Singkat cerita, para Taipan setuju mengorder teknologi pertanian modern asal kerajaan tengah, yang dijual oleh Ah Gung… saat order pertama diterima, Ah Gung sempat merasa terpuruk, karena produk itu tidak bisa masuk ke Dunia Persilatan, lantaran tertahan di bea cukai….
“Ah, negara ini sungguh bobrok…”
Ah Gung stress, membayangkan jika produk ini tidak bisa masuk, maka dia akan dimarahi oleh Taipan, kemudian dia akan dikucilkan, dan berakhir dipecat…. Namun kejadian berikutnya diluar nalar Ah Gung… para Taipan tidak mempersalahkannya… mereka malah membantunya mengurus bea cukai, bahkan membantunya menyogok pejabat terkait…. Singkat cerita, setelah membayar pajar bea masuk 25%, dan sekian banyak uang pelicin untuk oknum pejabat, barang itu bisa masuk, dan langsung diterapkan di kebun mereka… sungguh berbeda sekali saat dirinya berhadapan dengan para pejabat dan rakyat… disini dia diterima sebagai pemberi solusi, dan mereka (para pembeli) tidak hanya berlaku seperti bos yang mau semua beres, tapi juga berusaha menyelesaikan masalah yang ada bersamanya… sementara di sana (dihadapan pejabat dan rakyat) dia diperlakukan sebagai pengusaha parasit yang sekedar mencari keuntungan semata, hingga layak diperas dan diperlakukan semena-mena
Kemudian waktu berlalu, dan teknologi pertanian yang dijual Ah Gung terbukti berhasil membawa perkebunan para Taipan menjadi “perkebunan presisi” (Perkebunan yang dikelola dengan sangat efisien, dengan limbah yang sangat minimal, namun hasil maksimal). Ah Gung menerima makin banyak order, dan dia mendapat pujian sebagai orang hebat… Ah Gung merasa besar hati, namun kemudian merasa sedih dan ironis… karena seharusnya dia menggunakan teknologi ini untuk menolong rakyat dan menumbangkan Taipan… kini dia malah menjadikan para Taipan berlipat-lipat kekuatannya dengan pertanian presisinya… namun mau apa dikata, yang ditolongnya tidak bisa ditolong, dan bertingkah seperti orang yang tidak pantas di tolong…
Dengan menghela nafas panjang sambil menatap langit, Ah Gung pun move on, dan hanya berfokus melayani perusahaan-perusahaan terafiliasi Taipan… dan semakin berjalannya waktu, Ah Gung menjadi manusia yang makin sinis… selain pejabat yang korup dan rakyat yang korup, negara ini juga dipenuhi aktivis-aktivis sosial korup yang berjuang untuk dirinya sendiri… ada yang aktivis bayaran, ada yang ingin menumbangkan penguasa untuk merebutnya dan menjadikan diri penguasa, ada yang sekedar ingin viral di social media, ada yang sekedar ikutan mengecam karena kebutuhan untuk menumpahkan caci maki dan sindiran di social media, ada yang melakukannya karena memang pekerjaannya sebagai kritikus, yang artinya dia harus terus mengkritik entah itu benar atau salah, ada juga yang melakukannya karena dendam kesumat yang tidak berkesudahan… para aktivis ini dengan tanpa nurani menghasut rakyat untuk senantiasa menuntut hak hak dan hak, tanpa mengungkit kewajibannya… rakyat harusnya terima ini terima itu, tapi tidak pernah disebut untuk bekerja… rakyat menjadi gampang mengeluh dan manja, hingga beban ekonomi negara makin berat saja, karena selain harus mensejahterakan rakyat secara langsung, negara juga harus mengakomodir kebisingan politik itu….
Untuk sekian kalinya, Ah Gung menghela nafas sambil menggelengkan kepala atas kebobrokan negrinya itu…
-ii-
Dan waktupun berlalu sekian tahun… terdengar kabar kalau Dunia persilatan ingin mendirikan “Food Estate” seluas 100.000 Ha…. Dan entah bagaimana ceritanya Ah Gung diundang untuk bergabung sebagai salah satu manager di food estate itu… tetiba, mimpi idealisnya masa lalu untuk memajukan perekonomian rakyat negri ini melalui perkebunan dan pertanian rakyat bangkit kembali, semangatnya bergejolak, dan dia dengan penuh semangat menghadiri sesi presentasi pelaksanaan Food Estate itu… dan singkat cerita muncul berbagai pertanyaan :
1. 100.000 Ha mau dilaksanakan barengan? Apa tidak salah? Bagaimana managenya? Para Taipan saja maksimal 5000Ha per pembangunan, itupun menggunakan effort yang luar biasa
2. Dan langsung menanam? Apakah unsur hara di tanah itu sudah siap? Biasanya setelah lahan dibebaskan, harus menunggu 2 tahun, sampai unsur hara di tanah itu siap untuk ditanam
Jawaban yang didengarnya langsung menaikan alis : “Kita siap dan kita ada teknologi terbaru untuk melakukan itu”
Ah Gung yang sekian lama berjibaku didunia perkebunan dan pertanian merasa ganjil…. Dia merasakan firasat buruk, dia teringat kembali sederetan pengalaman buruknya di masa lalu… dan terlepas dari potensi berkarya di lahan 100.000Ha itu, diapun melepaskan kesempatan emas itu… belakangan dia tahu, proyek pembangunan yang dipaksakan itu dikarenakan pemerintah merasa mendapat tekanan untuk memberikan hasil seinstant mungkin pada para oposisinya…
“Aiiiyaaahhhh… ini mirip cerita petani rajin yang mencoba mempercepat padi tumbuh…. Aiyaahhh sebuah resep buat bencana” Ujar Ah Gung sambil menghela nafas panjang
Keterangan : Kisah petani rajin yang mencoba mempercepat padi tumbuh adalah kisah dimana seorang petani tidak sabar karena padinya tidak kunjung besar, maka itu dia menghabiskan seharian untuk menarik sedikit tunas padi yang tumbuh, dengan demikian dia melihat padinya tampak tumbuh besar… esoknya bukannya tumbuh malah mati
Seiring berjalannya waktu, dia terus mengawasi perkembangan food estate… dia melihat hutan ditebangi… melihat mesin-mesin pertanian dipesan… dan melihat pasukan tentara digerakan untuk membangun food estate… sekilas dia sempat berpikir kalau memang ada teknologi baru untuk mengelola 100.000Ha bersamaan plus tanpa menunggu 2 tahun mempersiapkan unsur hara di tanah… sesaat dia sempat menyesali keputusannya menolak berkontribusi di food estate tersebut… namun dia mengeraskan hatinya dan move on…
Singkat cerita, waktu berlalu sekian lama, dan Ah Gung mendapat kabar bahwa food estate gagal panen, dan para aktivis mulai menjerit mempersalahkan pemerintah. Para petinggi dunia persilatan menolak bertanggung jawab dan mempersalahkan para pekerja lapangan yang tidak becus… kawan-kawan Ah Gung yang terlibat disana, mengeluh padanya, atas tuduhan yang merusak reputasi mereka itu… saat itu, Ah Gung mensyukuri keputusannya yang lalu… jika dia tergoda untuk bergabung, tentunya dia akan tercoreng juga reputasinya…
“Aaahhhh dunia persilatan… oh dunia persilatan… dari dulu sampai sekarang engkau tiada berubah” Keluh Agung sambil menatap langit…
-ii-
Dan berita yang lebih burukpun segera sampai ke telinga Ah Gung… kabar ini tidak tersebar di media, namun terlihat jelas dan nyata… dia melihat rakyat-rakyat miskin yang nyaris tidak bisa membeli nasi di pinggiran kota “Hiu Buaya” (Salah satu kota pusat perdagangan di Dunia Persilatan).
Kenyataan ini, membuat Ah Gung penasaran dan melakukan penelitian… dan kabar mengerikanpun didapatkannya :
1. Ternyata harga beras di dunia persilatan sudah naik 3 kali lipat selama 10 tahun terakhir
2. Cadangan beras negara di gudang logistik negara hanya bertahan untuk 3 hari, yang seharusnya 3 bulan… ini karena cadangan beras yang ada diam-diam dicuri dan dijual oleh partai-partai yang berkuasa di dunia persilatan untuk membiayai mesin partai mereka
3. Vietnam dan Thailand sudah berhenti mengexport beras mereka karena bahaya krisis pangan dunia membuat mereka melakukan pegetatatan
4. Dunia persilatan tetap mengimport beras, tapi kini berasal dari Kerajaan Tengah… dan kerajaan tengah dapat membuat beras yang sama persis dengan beras Dunia Persilatan yang memiliki kandungan air tinggi…
“Sungguh kerajaan tengah tiada bandingannya dari segi efisiensi dan kualitas” Gumam Ah Gung sambil menggeleng kepala.
5. Ternyata Malaysia dan Brunei mau membuat Food Estate serupa dengan yang ada di dunia persilatan, dan sama-sama fukced up alias mengalami kegagalan yang sama seperti yang dialami dunia persilatan…
Kesimpulannya….
1. Dunia sedang terancam potensi krisis pangan, dan Dunia Persilatan hanya mampu bertahan 3 hari
2. Kegagalan Food Estate memperburuk hal itu
3. Kelaparan sudah ada di sudut-sudut tidak tampak di dunia persilatan, namun ditutup dari media, hingga tidak ada yang tahu…. Kenaikan sedikit lagi dari harga beras, bisa membuat mereka ga bisa makan (Sebuah potensi masalah sosial yang nyata)
4. Dengan Vietnam dan Thailand yang mengerem export mereka, murni kita hanya bergantung pada Kerajaan Tengah
5. Dan dengan Brunei dan Malaysia yang tidak sukses di Food Estate mereka, merupakan warning, bahwa beras dunia yang tersisa akan jadi perebutan diantara mereka
Kita sedang ada diatas bom waktu….
Ah Gung berpikir lagi…. Apa solusinya?… jelas pemerintah dunia persilatan tidak sanggup…. Lalu diapun teringat betapa efisiennya perusahaan-perusahaan para Taipan itu…
Sebuah idepun muncul dikepalanya :
1. Jika pemerintah menyerahkan pengelolaan Food Estate pada swasta, dan memberikan jaminan harga beli bagi hasil panen mereka dengan harga yang wajar, maka Food Estate niscaya bisa diselamatkan… dan krisis pangan bisa dihindari
2. Ini mirip sistem pengelolaan listrik negara, dimana swasta diijinkan membangun pembangkit listrik, dan negara menjamin membelinya dengan harga tertentu dengan kontrak jangka panjang.
Dia bersemangat, kemudian mencari koneksinya di pemerintahan, dan mengajukan usulnya itu… dan koneksi itupun berkata sambil tertawa :
“Hahahahaha ga akan terjadi…”
Lalu terjadilah percakapan :
“Kenapa?”
“Ah Gung oh Ah Gung…. Kamu ini polos sekali… jika pemerintah melakukan apa yang kamu katakan, maka dia akan dihukum oleh rakyat, dia bisa diturunkan dari tahtanya, diperlakukan sebagai penjahat, pasukan besar akan dikerahkan untuk mencari-cari kesalahannya, dan tuduhan-tuduhan yang dibuat – buat akan ditimpakan kepadanya, kemudian oportunis yang berada diposisi yang tepat akan merebut kekuasaan, dan tampil sebagai pahlawan… walaupun nantinya si oportunis itu korupsi lebih besar lagi, tapi setidaknya kesalahan itu akan tertutupi oleh kemunculannya sebagai pahlawan…”
“Tapi ini demi rakyat… rakyat akan membelanya…”
“Hahahahahahaha… mana mungkin itu terjadi… rakyat mana yang punya cukup akses dan niat untuk mencari informasi yang benar… kalaupun ada, berapa dari mereka yang mampu mencerna data yang ada secara adil?….”
Ah Gung tercenung… kemudian kawannya melanjutkan :
“Ah Gung oh Ah Gung… inilah yang akan terjadi… aktivis aktivis oportunis akan menghujat pemerintah dengan tuduhan kolusi, mereka juga akan menghasut rakyat dengan data-data yang meyakinkan, tapi tidak disampaikan utuh untuk membakar emosi rakyat bahwa mereka sedang dirampok… alasan itu akan digunakan untuk mengoyang tatanan dunia persilatan…”
“Tapi koalisi pemerintahan sekarang sangat solid dan besar… mereka tidak akan mampu menggoyangnya…”
“Ah Gung oh Ah Gung… kamu sangat polos… kamu pikir koalisi itu solid? Mereka memang besar, tapi mereka disatukan oleh kepentingan pribadi dan kelompok masing-masing… begitu ada kesempatan mereka tidak akan langsung berbalik, melontarkan fitnah, dan bersama-sama memperebutkan kekuasaan tertinggi dunia persilatan…”
Ah Gung kembali tercenung sebentar, sebelum berkata :
“Tapi bukankah kita diajarkan untuk mengakui kesalahan, kemudian memperbaikinya?”
“…Memang demikan wahai Ah Gung… tapi kenyataan seringkali berbeda dengan apa yang diajarkan. Dalam dunia nyata yang penuh kerakusan dan manusia tidak bermoral, mengakui kesalahan adalah tanda kelemahan… dalam dunia semacam ini, satu-satunya cara adalah menolak mengakui kesalahan, sambil berusaha memperbaikinya diam-diam”
“Tapi jika demikian, bisa membuat jadi kebiasaan… orang akan berlaku serampangan, kemudian seenaknya menutup kebenaran, dan seandainya berhasil memperbaiki keadaan, mereka akan semakin percaya diri, bahwa semua kesalahan, seburuk apapun itu bisa diperbaiki… yang artinya, nanti mereka akan semakin sembrono dan mengambil resiko lebih besar lagi…”
“Hahahahahahahaha benar sekali… Ah Gung… akhirnya kamu mengerti… memang demikian”
“Kalau begitu, bagaimana cara menyelamatkan negara ini? Apakah harus menunmbangkan pemerintah”
“Ah Gung oh Ah Gung… sampai titik ini masih saja kamu memusingkan dirimu dengan urusan negara… tidakah kamu pernah mendengar seorang sastrawan jaman dulu berkata tentang sifat-sifat manusia Dunia Persilatan?
1. Munafik,
2. Enggan bertanggung jawab atas perbuatannya,
3. Berjiwa feodal,
4. Percaya Tahayul,
5. Artistik,
6. Memiliki watak lemah… dengan negara yang diisi manusia-manusia macam itu, menumbangkan satu penguasa hanya menggantikannya dengan bajingan yang lain… dalam kondisi ini, hanya muzizatlah yang dapat merubah keadaan….”
“dan seandainya muzizat itu ada…. Para oportunis akan menganggap itu adalah akibat kepintaran mereka, kemudian mengambil taruhan lebih besar lagi”
“hahahaha benarrrr….”
Ah Gung merasa linglung dan lemas… harapannya akan negara ini terasa pupus… saat itulah sang sahabat menepuk pundaknya kemudian menawarinya secawan arak yang keras… Ah Gung mengambil cawan itu, kemudian menenggaknya sekali teguk… rasanya keras dan tajam… rasanya seperti menelan nestapa dan kejamnya dunia….
Setelah beberapa tegukan, Ah Gung mulai merasa mabuk… dilihatnya langit senja dunia persilatan yang indah kekuningan… seketika jiwa artistik khas dunia persilatannyapun bangkit… diapun mengangkat cawan dan bersulang pada langit :
“Dunia persilatan… oh Dunia Persilatan… kalau kamu ditakdirkan sukses, maka sukseslah… jika memang takdirmu punah… maka punahlah… dan biarkan tangan semesta yang membentuk negara setelahmu…”
Usai berujar demikian, dia menenggak arak… dan berbarengan dengan itu sebuah bintang jatuh lewat di langit senja yang lembayung…, segera saja jiwa tahayul kawan si Ah Gung terusik… dia menunjuk bintang itu dan berkata : “Wah permintaan kamu akan terkabul… sayang isinya jelek”
“Hahahaha, maka terjadilah demikian”
Setelah puas tertawa, jiwa artistik dari kawan si Ah Gung terusik juga, dan diapun menyanyikan lagu terkenal dari “Richie Ren” yang berjudul : Wo Se Yi Zhi Xiao Xiao Niau (aku adalah sekor burung kecil), yang sebagian liriknya diterjemahkan sebagai berikut :
“Kadang aku merasa seperti seekor burung kecil… ingin terbang tapi tidak bisa tinggi… Mungkin suatu hari aku hinggap di dahan, dan menjadi sasaran pemburu… saat terbang ke langit tinggi tidak punya pegangan…. “
Ah Gung yang terinspirasi oleh lagu itupun ikut bernyanyi sambil sesekali meneguk arak
-ii-