Baiknya adalah berbicara dengan sikap empati dan rendah hati, serta fokus pada solusi. Hindari nada tinggi atau merendahkan, dan usahakan untuk mendengarkan terlebih dahulu sebelum memberikan respons. Begitu juga dengan menyampaikan kritik: utarakan dengan cara yang konstruktif, bukan menghujat. Misalnya: Gunakan bahasa positif: Alih-alih mengatakan “itu salah,” bisa dikatakan “mungkin kita bisa coba cara yang berbeda.”
Sabar dan menghargai perbedaan: Setiap orang berhak untuk didengarkan, bahkan jika pendapat mereka berbeda dari kita. Dengan cara ini, komunikasi akan lebih efektif, dan hubungan tetap terjaga dengan baik. Komunikasi buruk itu sederhana: niat baik bisa hilang jika cara penyampaiannya salah. Jadi, bicaralah dengan cerdas, tegas, tapi tetap santun. Jangan sombong hanya akan menciptakan jarak dan mengurangi efektivitas komunikasi. Lebih baik berbicara dengan rendah hati agar pesan yang disampaikan bisa diterima dengan baik.
Kalau seseorang, terutama figur publik sekelas Deddy Corbuzier, membandingkan anak kecil dengan anaknya sendiri Azkanio Nikola Corbuzier secara arogan, itu bisa menciptakan kesan buruk di masyarakat.
Sikap seperti ini sering dianggap kurang empati dan tidak adil, karena setiap anak memiliki latar belakang, kemampuan, dan tantangan yang berbeda. Sikap membandingkan ini mungkin muncul dari keinginan untuk menunjukkan standar tertentu, tetapi jika disampaikan dengan nada arogan atau marah, justru mengurangi esensi dari pesan yang ingin disampaikan. Ini juga bisa melukai perasaan anak kecil dan keluarganya.
Sebagai figur publik, Deddy sebenarnya punya peluang untuk memberikan edukasi atau inspirasi secara positif. Namun, cara penyampaian yang salah bisa membuat pesan tersebut menjadi kontra produktif dan menimbulkan kritik.
Komunikasi yang buruk, terutama dari figur publik, dapat berdampak besar pada persepsi masyarakat. Dalam konteks marah atau arogan kepada anak kecil, itu menunjukkan kurangnya sensitivitas terhadap audiens dan situasi.
Hal ini bisa mengarah pada pesan Deddy yang Tidak Tersampaikanm Alih-alih mendukung program atau ide, fokus masyarakat justru bergeser pada sikap negatifnya. Kerusakan reputasi Citra, karena sikap seperti ini bisa merusak kredibilitas figur publik di mata masyarakat. Akan ada polemik karena komunikasi buruk sering memicu reaksi emosional yang memperpanjang perdebatan tanpa solusi. Harusnya beri solusi dengan Bijak,gunakan bahasa yang membangun, bukan menyerang. Bisa hindari Nada Emosional berkomunikasi dengan tenang, bahkan dalam situasi sulit.
Jangan sampai sikap atau emosi mengaburkan tujuan komunikasi. Semoga ini menjadi pengingat bahwa komunikasi yang baik adalah kunci untuk membangun hubungan positif dan menyampaikan pesan secara efektif. Sebagai figur publik, penting untuk menjaga sikap bijak, terutama ketika berbicara tentang atau kepada anak-anak. Anak kecil tidak bisa disamakan dengan orang dewasa, baik dalam hal pengalaman, pemahaman, maupun kemampuan. Sikap arogan atau membandingkan hanya akan memperburuk citra dan mungkin menyakiti pihak lain
Penyampaian yang Empati dan menghindari nada marah atau merendahkan. Memberi Contoh Positif ingin membela program pemerintah, lakukan dengan cara membangun, bukan menyerang. Yang penting tidak Membandingkan, karena setiap individu, apalagi anak-anak, unik dan tidak seharusnya dibandingkan dengan orang lain. Masukan untuk Deddy juga menjadi refleksi untuk semua, bahwa menyampaikan pendapat dengan baik lebih efektif daripada nada arogan atau kasar. Tabik..!!! (ed/jaksat)