Teater Payung Hitam Dibungkam

OLEH Taufan S. Chandranegara, praktisi seni, penulis.

 

KABAR dari negeri Paris van Java Bandung.; Mengingatkan pada Sajak Sebatang Lisong (Pamplet Masa Darurat) – WS Rendra; di bungkam Orba; ironis sekaligus mencapai gegar budaya di era domokratisasi sebuah negeri terkini pada masanya.
Meski periode Orba telah lama lewat, namun praktik penyakit turunan pembukaman atau pembekuan karya seni berhasil sukses menularkan virus kepengecutan kekuasaan raja kecil cabang daerah, kepada kritik. Baiklah, sila kembali belajar mengkaji kritik secara akademis maupun secara independen, sehat, konsekuen, terbuka, jujur berbudi.
Rendra, N. Riantiarno, Langganan diberedel alias dibungkam, di masa rezim penguasa Orde Baru. Sejarah itu telah lama lewat, menjadi kenangan tak terlupakan sampai hayat di kandung badan. Tapi, kenapa ya, virus ketakutan kepada kritik masih ada, bahkan seakan-akan menjadi domain raja kecil dari kota utopis dalam imaji-imaji di balik berita keserakahan korupsi, sukses mengibarkan bendera hitam di tiang tertinggi.
Ini pintu gerbang masuk ruang Studio Teater yang akan jadi tempat pentas Teater  Payung Hitam “Wawancara dengan Mulyono” digembok/ ist
Tampaknya ketakutan pada moral kritik, telah menjadi hampir serupa tapi mirip dengan semacam phobia di kurun waktu di negeri utopis. So why gituloh.
Teater Payung Hitam, dari Bandung Paris van Java, pimpinan Rachman Sabur, pensiunan dosen ISBI Bandung, tertimpa kemalangan memprihatinkan.; Dilarang Pentas alias dibungkam, di kampus tercintanya, di mana beliau pernah mengabdikan diri sebagai pengajar selama 37 tahun. Ada apakah gerangan dikau wahai-wahai?
Dilematis? Tidak bagi Teater Payung Hitam, pejuang pentas sosio-kultural edukatif
teramat mencintai NKRI Pancasila. Demikianlah Rachman Sabur, konsisten pada
marwah karya-karya seni dramatisnya, satu-satunya teater tubuh milik aset Nasional telah mengguncang Manca Negara di Benua jauh. Teater Payung Hitam dan Rachman Sabur adalah aset kebudayaan NKRI Pancasila.
Sebuah pentas teater, tak hanya menyampaikan kisah roman picisan. Namun juga mampu menyampaikan informasi kepada publik tentang hal ihwal multi-kompleks hingga informasi kritis tentang ketidak adilan, akulturasi korupsi.; Penyampaian seni kultural edukatif kritis macam itu sesungguhnya memberi jawaban pada negeri penganut demokrasi, sebagaimana seharusnya memberi perlindungan kepada seni dramatis berwawasan edukatif di ranah kultur kreativitas-di negeri penganut demokrasi, konon.
Apakah kritik bukan kawasan edukatif kelas akademis. Celaka betul sebuah negeri atau institusi pendidikan kalau ogah menerima wawasan kritik guna pencapaian kritis
sumbangsih seni dialogis bermanfaat; hal macam itu mungkin takkan tercapai apabila di sebaliknya demokratisasi masih ada institusi pendidikan pemelihara oportunistis di balik keindahan seni untuk kehidupan.
***
Jakartasatu Indonesia, Maret 15, 2025.