JAKARTASATU – Eksistensi Jeihan sebagai perupa menanjak sejak 1960-an hingga kini. Ia terkenal sebagai pelukis mata hitam. Ia pula yang memicu ledakan harga lukisan di dekade 1980-an. Selama dekade terakhir ini rupanya Jeihan terus menggali esensi serta nilai-nilai hidup melalui jalan seni dengan indah.
Sebagai salah satu perupa legendaris Indonesia yang tinggal di Bandung, dalam waktu dekat akan meluncurkan buku terbarunya. Buku yang ditulis oleh Mikke Susanto ini berjudul “JEIHAN: Maestro Ambang Nyata dan Maya”. Buku yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) dan telah disebar pada 22 Mei yang lalu di seluruh jaringan distribusi Gramedia ini berkisah tentang banyak hal. Diriset dan ditulis oleh Mikke selama lebih kurang 2 tahun, dari 2015-2017. Perkenalan dan hubungan antara Jeihan dan Mikke Susanto selama lebih 4 tahun tersebut, selain menghasilkan aktivitas pameran terkurasi, juga catatan yang terkait dengan aktivitas hidup dan seni Jeihan.
Sejumlah 14 bab khusus disajikan terkait dengan pola hidup Jeihan sebagai pelukis dan pribadi yang khas. Sebagai bagian dari utama tersaji pemikiran khas Jeihan tentang kehidupannya di ambang dunia realitas dan non-realitas. Hidupnya kaya talenta seni (rupa dan sastra). Sekaligus mengalami dinamika yang luar biasa, menjadikan dunia Jawa (bernafaskan budaya Hindu), Islam dan Barat bersatu padu di dalam jiwanya. Melukis dan berpikir menjadi satu sepanjang hidupnya.
Dalam peluncuran buku ini, sejumlah seniman dan pakar seni direncanakan hadir adalah Prof. Jacob Sumardjo (budayawan), Nasirun (perupa), HM. Nasruddin Anshoriy Ch. (penulis dan pengasuh Pesan Trend budaya Ilmu Giri, Yogyakarta) dan KH. Zawawi Imron (penyair) diminta sebagai pembahas. Adapun dua guru besar seni, Prof. Endang Caturwati dan Prof. Dr. Wiendhu Nuryanti akan turut menyemarakkan acara sebagai komentator.
Di samping itu digelar pula pameran tunggal Jeihan bertajuk “SUFI/SUWUNG” pada 2-20 Juni 2017. Dalam pameran ini mengetengahkan lukisan-lukisan yang bertema keilahian. Lebih tepatnya hubungan antara Jeihan dan keesaan Allah. Setidaknya dua puluhan lukisan yang disajikan menggambarkan dunia sunyi Jeihan yang mengangkat makna diri manusia dan sufi. Di luar itu, hubungan Nusantara sebagai negeri rahmatalil alamin juga turut diolah. Lukisan-lukisan yang ditampilkan ini merupakan tema khusus yang telah dibahas dalam buku terbaru tersebut.
Di usia yang telah menginjak 79 tahun ini telah matang dan mapan sebagai manusia. Pameran dan peluncuran buku ini baginya menjadi tanggung jawab sosial dan spiritual dalam menjalani hidup sebagai insan di dunia ini. Untuk itu Jeihan ingin mengajak semua rekan jurnalis, seniman, budayawan, penyinta seni, dan masyarakat untuk bisa bersama bersenandung ilahi, menikmati puasa penuh berkah, dan mengapresiasi seni yang selama ini dijalani.
ACARA:
Peluncuran Buku: 1 Juni 2017
Pameran Tunggal Lukisan “SUFI/SUWUNG”: 2-20 Juni 2017
Pukul 17.00 sd. 20.00 wib. (buka puasa bersama)