Masjid Nabawi Madinah Gerbang Utama/AHM
JAKARTASATU.COM –  Salah satu tim dari Jakartasatu.com Alhamdulilah bisa ikut dalam Perjalanan umrah ke tanah suci pada 21-29 Maret 2018 lalu. Mengunjungi dua tanah suci Makkah dan Madinah dan tempat ziarah lainnya adalah kisah yang sangat menarik dan luar biasa. Selain bisa menginjakkan kaki di jejak perjalanan Rasullah. Inilah sebuah ibadah yang sangat dianjurkan jika kita mampu. Berikut tulisan serial yang disusun:
Hari Rabu (21/3/2018), dengan Saudia Air yang membawa 120 orang jamaah rombongan Thayiba Tora mendarat di Bandara Internasional Amir Muhammad bin Abdul Aziz Madinah, dengan sempurna pesawat landing tepat pukul 1.30 waktu setempat. Bandara ini adalah salah satu sarana penunjang yang disiapkan oleh Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia khusus bagi para jamaah umroh.
Dari Bandara setelah proses imigrasi yang cukup lama  hampir makan waktu 2 jam, maklum semua jamaah seluruh dunia datang ke Madinah.  Kemudian kami melanjutkan perjalanan dengan Bus. Ada 3 Bus dalam rombongan Thayiba Tora. Kami ada di Bus 2 dan meluncur ke Hotel tempat kami menginap.
Dalam perjalanan selain dikisahkan soal Madinah oleh Ustad pembimbing, kami melihat bangunan ini berdiri sangat gagah dan modern di tengah tanah tandus dan kontur tanah bebatuan di sekitar kota Madinah. Madinah adalah Kota dan bagunan di kota Madina tak banyak yang menjulang. Di Madinah ini nampaknya tak boleh ada bangunan yang melebihi menara Masjid Nabawi. Madinah lebih adem dan nyaman.
Rombongan Jemaah Umroh Thayiba Tora di depan Masjid Nabawi Madina/dokjaksat

Tetang Madinah 

Al-Madīnah al-Munawwarah, merupakan “kota yang bercahaya” al-Madīnah (pengucapan Hejazi”kota”, juga ditransliterasikan sebagai Madīnah, adalah sebuah kota di Hejaz, sekaligus ibukota dari Provinsi Madinah di Arab Saudi. Dalam kota ini terdapat Masjid Nabawi (“Masjid Nabi”), tempat dimakamkannya Nabi Islam Muhammad, dan kota ini juga merupakan kota paling suci kedua Islam setelah Mekkah.

Madinah adalah tujuan Nabi Muhammad untuk melakukan Hijrah dari Mekkah, dan secara berangsur-angsur berubah menjadi ibukota Kekaisaran Muslim, dengan pemimpin pertama langusung oleh Nabi Muhammad, kemudian dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Kota ini menjadi pusat kekuatan Islam dalam abad-abad komunitas Muslim mulai berkembang.

Madinah adalah tempat bagi tiga masjid tertua yang pernah dibangun, yaitu Masjid Quba, Masjid Nabawi, dan Masjid Qiblatain (“masjid dua kiblat”). Umat Muslim percaya bahwa penyelesaian dari serangkaian penurunan surah Alquran diterima Nabi Muhammad di Madinah, yang dikenal sebagai surah Madaniyah yang tampak perbedaannya dengan surah Makkiyyah.

Masjid Nabawi Madinah dan Menara Gerbang Utama/AHM

Seperti kota Mekkah, non-Muslim tidak diperkenankan memasuki wilayah suci Madinah (tetapi tidak masuk ke bagian pusat kota) berdasarkan aturan Pemerintah Arab Saudi.

Etimologi Kata Arab al-Madīnah secara umum berarti “kota”. Sebelum kedatangan Islam, kota dikenal dengan nama Yathrib. Kata Yathrib direkam dalam Surah Al-Ahzab dalam Alquran.  Juga dikenal sebagai Thaibah. Sebuah nama alternatif lainnya yakni al-Madīnah an-Nabawīyah atau al-Madīna-tu an-Nabī “kota Nabi”.

Hingga tahun 2010, Kota Madinah memiliki populasi sebanyak 1,183,205. Melihat dari sejarahnya, saat masa pra-Islam kota Yathrib diduduki oleh penduduk Yahudi. Kemudian nama kota berubah menjadi Al-Madīna “kota yang bersinar” atau “kota yang bercahaya”.

Saat hari pertama rombongan kami masuk kota Madinah waktu subuh sudah tiba. Para jamaah ini terdiri dari perorangan, keluarga dan didampingi pembimbing. Dan tiba masuk ke kota Madinah menginap Shaza Hotel di Madina tak jauh dari Masjid Nabawi. Setelah check in rombongan langsung berduyun-duyun mendatangi Masjid Nabawi dimana waktu shalat subuh sudah tiba dan sejumlah jemaah datang dari berbagai pelosok dunia mendatangi Masjid Nabawi. (bersambung) 

 Nantikan kisah lanjutan perjalanan ini di Serial Ziarah kedua tanah suci. (AHM)