Oleh :  Ustadz M. Nashihuddin (Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Jakarta Timur)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اِنَّمَاۤ اَمْوَا لُـكُمْ وَاَ وْلَا دُكُمْ فِتْنَةٌ    ۗ وَا للّٰهُ عِنْدَهٗۤ اَجْرٌ عَظِيْمٌ

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar.”
(QS. At-Taghabun 64: Ayat 15)

Nilai harta pada pandangan Manusia sangat menggiurkan, banyak orang yang terjebak dan terpesona dengan dunia tentu harus berhati hati dalam menggenggam dunia dan jangan tertipu oleh jerat jerat syetan yang selalu menggoda.

1. Harta dan anak sebagai kekayaan dunia

اَلْمَا لُ وَ الْبَـنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚ وَا لْبٰقِيٰتُ الصّٰلِحٰتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَا بًا وَّخَيْرٌ اَمَلًا

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 46)

2.HARTA SEBAGAI AMANAH

وَا عْلَمُوْۤا اَنَّمَاۤ اَمْوَا لُكُمْ وَاَ وْلَا دُكُمْ فِتْنَةٌ ۙ وَّاَنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗۤ اَجْرٌ عَظِيْمٌ
“Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.”
(QS. Al-Anfal 8: Ayat 28)

3. Kajian Ibnu Katsir
Tentang harta
Yunus, ayat 57-58

{يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ (57) قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (58) }

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Tuhan kalian dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah, ”Dengan karunia Allah dan rahmat­nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menyebutkan karunia-Nya yang telah diberikan kepada makhluk-Nya, yaitu Al-Qur’an yang telah diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya yang mulia:

{يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ}

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Tuhan kalian. (Yunus: 57)

Yakni peringatan terhadap perbuatan-perbuatan yang keji.

{وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ}

dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada. (Yunus : 57)

Maksudnya adalah dari kebimbangan dan keraguan, yaitu melenyapkan kotoran dan najis yang terdapat di dalam dada.

{وَهُدًى وَرَحْمَةً}

dan petunjuk serta rahmat. (Yunus: 57)

Yaitu yang dengan mengamalkannya akan diperoleh petunjuk dan rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala Dan sesungguhnya hal itu hanyalah diperoleh bagi or­ang-orang mukmin dan orang-orang yang percaya serta meyakini apa yang terkandung di dalam Al-Qur’an. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya:

{وَنُنزلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا خَسَارًا}

Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Al-Isra: 82)

{قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ}

Katakanlah, “Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.” (Fushshilat: 44), hingga akhir ayat.
Adapun firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

{قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا}

Katakanlah, “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.” (Yunus: 58)

Artinya, dengan adanya hidayah dan agama yang hak ini yang datang kepada mereka, hendaklah mereka bergembira, karena hal itu merupakan sesuatu yang lebih patut untuk mereka gembirakan.

{هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ}

Karunia dan rahmat Allah itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan. (Yunus: 58)

Yakni lebih baik daripada harta benda duniawi dan semua perhiasannya yang pasti akan fana dan lenyap itu.

Sehubungan dengan tafsir ayat ini, Ibnu Abu Hatim meriwayatkan sebuah asar berikut sanadnya dari Baqiyyah ibnul Walid, dari Safwan ibnu Amr; ia pernah mendengar Aifa’ ibnu Abdul Kala’i mengatakan bahwa ketika datang harta Kharraj dari Irak kepada Khalifah Umar Radhiyallahu Anhu, khalifah keluar bersama seorang maula (pelayan)nya. Kemudian Khalifah Umar menghitung-hitung ternak dari hasil Kharraj itu, dan ternyata jumlahnya jauh lebih banyak daripada apa yang diperkirakannya. Maka Umar Radhiyallahu Anhu berkata, “Segala puji bagi Allah.” Sedangkan maulanya mengatakan.”Ini. demi Allah, berkat karunia dan rahmat Allah.’ Maka Khalifah Umar memotongnya, “Kamu dusta, ini bukanlah yang dimaksudkan oleh firman-Nya: Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya.’ (Yunus: 58), hingga akhir ayat. Dan semua harta ini berasal dari apa yang mereka kumpulkan.”

Al-Hafiz Abu Qasim At-Tabrani telah menyebutkan sanadnya dengan lengkap. Maka ia meriwayatkannya dari Abu Zar’ah Ad-Dimasyqi, dari Haiwah ibnu Syuraih, dari Baqiyyah, kemudian ia menuturkan asar ini.

Maha benar Allah akan semua firmanNya

Ustadz M. Nashihuddin (Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Jakarta Timur) | IST
Ustadz M. Nashihuddin (Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Jakarta Timur) | IST