IST
IST
JAKARTASATU.COM– Beberapa bulan jelang Pemilu 2024, sejumlah tokoh bangsa dan tokoh politik nasional menyoroti dinamika politik yang terjadi akhir-akhir ini. Para tokoh pun mengungkapkan keprihatinan atas situasi politik yang dinilai bisa menggerus cita-cita demokrasi. Jakarta, Senin 13/11/2023.
3 bulan menjelang Pemilu 2024 dinamika praktik politik nasional dinilai telah mengabaikan kebenaran hakiki yang didasarkan pada hati nurani, manipulasi manipulasi hukum melalui Mahkamah Konstitusi diduga telah terjadi untuk melanggenggkan kekuasaan pihak tertentu. Hal tersebut bertentangan dengan semangat reformasi yang telah mengoreksi pemerintahan otoriter serta berusaha menghapuskan KKN dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Beberapa nama tokoh di flyer tersebut diantaranya Sinta Nuriyah Wahid, Goenawan Mohamad, Nasaruddin Umar, Frans Magnis-Suseno, Rhenald Kasali, Erry Riyana Hardjapamekas, Lukman Hakim Saifuddin, dan lainnya berkumpul dan silaturahmi di kediaman KH Mustofa Bisri. Silaturahni  para tokoh ini disebut sebagai Majelis Permusyawaratan Rembang (MPR). Mereka menyoroti kondisi bangsa yang dinilai tidak sedang baik-baik saja.
Pada konferensi pers yang diikuti secara daring, perwakilan MPR, Alif mengatakan tujuan pertemuan tokoh bangsa dengan Gus Mus adalah silaturahmi menyampaikan beberapa hal mengenai situasi yang sedang berkembang saat ini. Di mana jika mengutip puisi Gus Mus, bahwa saat ini Indonesia tengah menghadapi satu kondisi dengan rasa yang berbeda.
Para tokoh ini menyatakan prihatin situasi demokrasi Indonesia saat ini yang dikhawatirkan mengancam pemilu 2024 dan berpotensi berlangsung tidak sesuai asas jujur dan adil.
Goenawan Mohamad mengungkapkan kegelisahannya dengan kondisi politik saat ini. Menurutnya  zaman sekarang  kepercayaan kepada sesama adalah sesuatu yang sulit, sangat tipis.
“Pertama, Banyak sekali kebohongan yang diucapkan oleh Presiden Joko Widodo dan orang-orangnya. Yang kedua sekarang ini banyak yang bisa dibeli. Kesetiaan bisa dibeli, suara busa dibeli, kedudukan bisa dibeli,” Jakarta 12/11/2024.
Sementara itu tokoh agam Benny Susatyo staf  khusus Badan Pembinaan Pancasila menekankan pentingnya mengembalikan pokitik sebagai jalan kebudayaan yang mengedeoankan nilai-nilai moral dan etik.
“Ketika kekuasaan itu dijadikan satu cara dan dilegalkan. Dan kerapkali cara-cara kekuasaan itu menafikan suara hati nurani dan akal budi dan sehat,” ujar Romo Benny
“Maka mengembalikan politik jalan peradaban menjadi tanggungjawab semua pihak. Termasuk teman-teman media,” imbuhnya. (Yoss)