Kontroversi Seputar Pagar Makan Lautan,  Hendrajit: Jejaring Non-organik  Dari Purna TNI

JAKARTASATU.COM Setelah banyak disorot masyarakat, akhirnya pada Sabtu (18/1/2025) pagar laut sepanjang 30.16 kilometer di Tangerang Banten dibongkar.

Pembongkaran pagar laut di pesisir utara Banten ini dilakukan TNI Angkatan Laut atas perintah Presiden Prabowo Subianto. Upaya pembongkaran laut tersebut menimbulkan pro dan kontra pasalnya siapa pelaku atau fihak mana sesungguhnya yang sesungguhnya paling berganggungnawab atas hal tersebut.

Adapun nama-nama disebutkan menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono, nama Menko Airlangga Hartarto itu di antaranya dan mana Nono Sampono pensiunan TNI, yang menjabat Presiden Direktur Agung Sedayu Group. Letjen TNI Purn Nono Sampono masuk dalam jajaran direksi PT Cahaya Inti Sentosa. Dan muncul nama Freddy Numberi disebut-sebut terkait dalam urusan tersebut.

Terkait hal itu, analis Geo-politik Hendrajit yang juga merupakan jurnalis senior merespon terkait kemunculan nama Nono Sampono dan Freddy Numberi.

“Kontroversi seputar Pagar Makan Lautan memunculkan satu lagi sosok yang boleh dibilang dari jejaring non-organik  Megawati. Letjen Purnawirawan Nono Sampono. Mantan Komandan Paspamres 2001-2003. Gubernur Akademi AL 2003-2006. Komandan Korps Marinir TNI AL 2006-2007,” kata Hendrajit kepada wartawan Jakartasatu, Rabu 29/1/2025.

“Mengapa Nono Sampono terseret dalam pusaran kasus Pagar Makan Lautan? Fakta yang mencuat adalah, Nono menjabat Dirut PT Inti Sentosa. Dan pemegang saham PT Inti Sentosa adalah PT Agung Sedayu dan PT Tunas Mekar,” tambahnya.

Dikemukakan Hendrajit bahwa di susunan pengurus selain Nono Sampono sebagai direktur utama, Kho Cing Siong sebagai Komisaris Utama dan Freddy Numberi sebagai komisaris. Alumni Angkatan Laut 1971. Pernah jadi menteri di pemerintahan Megawati dan SBY.

“Wah menarik ini. Nono lulusan Akademi AL 1976 dan Freddy lulusan Akademi AL 1971,” ucapnya

“Laksamana Madya Purnawirawan Freddy Numberi, Komisaris PT Inti Cahaya Sentosa yang terkait Pagar Makan Lautan, malah punya rekam jejak yang jauh lebih strategis daripada Nono Sampono,” lanjut Hendrajit.

Hendrajit memaparkan Freddy pernah menjabat Menteri Negara Pendayagunaan Apratur Negara pada 1999-2000 di era Presiden Gus Dur.  Menteri Kelautan dan Perikanan pada 2004-2009 di era SBY.  Dan Menteri Perhubungan 2009-2011 juga di era SBY.

“Melalui konstruksi fakta ini, setidaknya Freddy dipercaya memegang sektor urat nadi perekonomian seperti Kelautan dan Perikanan. Maupun Perhubungan. Kedua, melalui tiga pos kabinet yang pernah dipegangnya, Freddy pernah bekerja untuk tiga presiden,” jelas Hendrajit.

Menurut analisis intelijen, kombinasi Nono Sampono-Kho Cing Siong-Freddy Numberi, perlu diperiksa peran tersurat dan peran tersiratnya. Berarti harus menelisik sejarah, asal usul dan alasan kenapa dua perwira tinggi TNI AL harus bercokol di jajaran PT Inti Cahaya Sentosa yang erat hubungannya dengan PT Agung Sedayu.

“Karena harus menelisik sejarahnya, ada baiknya kita menyitir ungkapan sejarawan klasik sebagai pedoman: Ketika fakta fakta belum tersedia, tradisi perlu diperiksa,” tandas Hendrajit.  (Yoss)