Hizbullah Indonesia:
REZIM DRAKULA PASTI GAGAL (3): Seperti Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada Juga Punya Pontensi Menjatuhkan Wowok…
Sri-Bintang Pamungkas
Universitas Indonesia masih bisa diacungi Jempol ketika sekelompok Guru Besarnya yang merasa bertanggungjawab terhadap Tugas yang diembannya, menutut untuk segera bersidang mempelajari, meneliti, membahas dan mengambil kesimpulan terhadap proses pemberian gelar Doktor yang relatif cepat terhadap salahsatu Menteri dalam Kabinet the Walking Deads-nya Wowok, Bahlil Lahadalia. Konon, selain prosesnya bermasalah, juga ada unsur plagiarisme dalam Disertasi ecek-eceknya itu… Sejumlah Guru Besar lainnya terkena Sangsi, termasuk Promotor dan Co-Promotornya…
Sayangnya, Rektornya tidak terkena sangsi. Padahal kasus itu tidak terlepas dari Prodi khusus dan aneh yang lahir tanpa Fakultas tertentu yang mengayominya; melainkan Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG), seperti Fakultas tersendiri, semisal School of Strategic and Global Study… atau School of Strategic and Global Science. Sekalipun terdengar “mentèrèng” tapi kedua-duanya terasa “janggal” di telinga. Di situ, Rektor UI bersama para Guru Besar lainnya pasti ikut merekayasa pembentukan sekolah khusus itu, termasuk merancang Matakuliah-matakuliah dan Silabus Matakuliahnya.
Bagi mereka, amat mudah pula merancangnya serta menjadikannya sebagai sumber pendapatan tambahan, baik bagi UI maupun orang-orang yang terlibat, apalagi Client-nya adalah “orang-orang besar” dan “penjabat tinggi” bernilai milyaran. Para perancang SKSG yang “memperdagangkan Ilmu Pengetahuan dan mempermainkannya demi sesuap nasi dengan cara menghisap uang Rakyat” itu sungguh-sungguh perbuatan yang menjijikkan dan tidak terhormat”… Mereka harus diberi sangsi oleh the so called University, sebuah kata terkait dengan the Universe hasil ciptaan Yang Maha Kuasa… Banyak program-program semacam itu dibuat di universitas-universitas di Indonesia… yang tujuannya mencari uang…; sungguh memalukan.
Bagi Bahlil yang Ketua Golkar dan Menteri ESDM yang dipuji-puji Wowok, karena lulusan dari “universitas yang tak ada di Google…”, tinggal cemoohannya kepada UI: “Lu jualan, gua cuma beli!!!”. Selesai! Mirip juga dengan UGM dalam Perkara melawan Wiwik soal Ijazah Palsu. Sekarang Wiwik bisa saja bilang kepada UGM: “Tanpa ijazahmu pun lu semua sudah nyembah gua belasan tahun; siapa suruh?!…”. Selesai pula!
Betul pula… Wiwik bikin macam-macam ijasah, dari SMP atau SMA sampai UGM lewat prakarsanya sendiri: Kopi sana, kopi sini…; tempel sana, tempel sini…; ketik sana, ketik sini…; bikin nomor sendiri, bikin cap sendiri…! Sekalipun Palsu, nyatanya dia berhasil. Dalam benak Wiwik, urusan UGM mau digerudug para Ulama dan Aktivis, itu adalah urusan mereka.
Siapa yang akan menyambut para Tamu di Kampus UGM: para Guru Besarnya yang selama ini membela Wiwik mati-matian; atau mereka justru meninggalkan Kampus dalam keadaan kosong; atau para Mahasiswa UGM yang dikerahkan melindungi Kampusnya dengan Pagar Betis; atau segerombolan Polri dengan dalih mau mencegah keonaran… “Bukan lagi urusan Owe…”, kata Wiwik dengan logat Cinanya! Saya menjadi teringat di jaman SBY menjadi Danrem di DIY, saya disambutnya dengan puluhan panser TNI dan Polri…
Tapi ada yang dilupakan Wiwik: Itu foto siapa yang ditempelkan di ijasahnya… Sepertinya foto Hari Mulyono. Apa Hari memberikan fotonya secara sukarela atau dengan paksa… Kapan itu terjadi… Konon Hari Mulyono sudah tewas… Apa tewasnya pada sekitar Wisuda tahun 1985… Apa tewas dibunuh karena berebut foto dan ijasah… Lalu siapa yang tewas di RSPAD pada Agustus 2018… Lalu jandanya, konon adik tiri Wiwik, yang bernama Idayati, dinikahi Anwar Usman, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi pada 2022… Kiranya semua itu hanya Penyidik Polisi yang bisa menjawab… Itupun kalau sekiranya kematian Hari Mulyono tercium tidak wajar…
Masih saja UGM sebagai salahsatu universitas Jempolan di Indonesia membela diri, dengan mengatakan Ijasah Asli Jokowi pernah ada, tapi lalu hilang… Alasan Guru Besar Markus Priyo ini tidak berbeda dari Rektor UGM sendiri, dr. Ova Emilia, yang selalu membuat pernyataan murahan yang merendahkan Dunia Pendidikan Indonesia. Yang hilang milik Wiwik atau Arsip Aslinya di UGM… Kalau memang hilang, kenapa tidak bicara 10 tahun lalu… Atau, karena UGM sudah diberi trilyunan oleh Wiwik… Tidak beda banyak dari UI…
Yah… UI sendiri baru kemarin saja main gila… Sebelum itu, adalah Rektor UI Asman Boedisantoso bersama para Guru Besar lain, antara lain, Miriam Budiardjo, pada 14 Mei 1998, ketika Api masih membakar Jakarta, menemui Pak Harto di Cendana; mereka memintanya untuk mundur. Prof Miriam mengawali dialognya dengan amat berani: “Pak, yang Angkatan 45 itu bukan Bapak saja… Saya juga Angkatan 45…”. Kalau dr. Emilia sebagai Rektor sejak kemarin-kemarin bilang seperti itu kepada Jokowi, maka kalau muka Wiwik “bukan rai gedèk, seminggu kemudian Wiwik mestinya juga mundur …; Indonesia selamat dari kekacauan…
Tapi kiranya belum terlambat untuk para Rektor di Indonesia bersatu, seperti membentuk Forum Rektor di jaman dulu, datang ke Istana, dan bilang kepada Wowok: ” Bung, sebaiknya kau mundur saja… Daripada Jakarta dibakar lagi…”.
Kelihatannya enggan menjawab, tapi sambil meringis Wowok cuma bisa bilang: “Ndasmu! Saya sedang mengupayakan bagaimana menyelamatkan Wiwik tanggal 16 nanti…”
Jakarta, 14 April 2025
@SBP