Oleh : Beng Aryanto
Heydi Ibrahim adalah sosok gambaran pria sederhana dan sedikit nyeleneh alias rock n roll (red; istilah musik), namun begitu saat dia fokus dalam satu hal maka terlihat Heydi juga cukup smart.Dalam kelas Heydi mengaku bukan tipekal siswa yang cukup berprestasi alias biasa biasa saja. Namun saat ia menginginkan sesuatu dan fokus, ia bisa membuktikan dirinya pun mampu mengukir prestasi.
Jauh saat Heydi masih duduk dibangku sekolah menengah atas ,di rumahnya jalan Manoreh Raya No 41,Sampangan Semarang.Pernah ketempatan seorang pelajar AFS (American Field Service) Intercultural Programs atau Program Antarbudaya AFS dari Australia selama satu tahun . Menurut Heydi, orang hidup sebisa mungkin bisa memiliki wawasan seluas-luasnya, dan salah satu cara untuk itu adalah dengan pergi belajar di negeri orang. Menyadari akan keterbatasan ekonomi karena terlahir dari sebuah keluarga sederhana, dimana ayahnya hanya seorang karyawan bank biasa, sementara ibu hanyalah seorang guru. Maka ia beritikad belajar ke luar negeri lewat jalur AFS.
Heydi merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Merasa pernah ditinggali oleh pelajar Australia , lantas iapun memberanikan diri mengikuti program AFS. Heydi yang kala itu masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas, kelas dua jurusan IPS akhirnya mengikuti test AFS. Dilalanya ia berhasil tercatat dan lulus mengikuti ujian yang diikuti kurang lebih 6000 peserta yang mendaftar pada ujian tersebut. Dari 6000 peserta hanya 12 orang yang terpilih dan Heydi satu diantaranya.
“Awalnya papah almarhum tidak mengijinkan saya pergi ke Belanda, Negara yang menjadi pertukaran budaya yang dituju. Karena di beri keyakinan sama mamah, tauk tauk, saat papah pulang kerja sudah dikasih koper, dan uang saku disiapkan selama tinggal disana.” ungkap Heydi menceritakan pernah tinggal di desa terpencil Gravenzande – 45 menit dari Den Haag. Melalui program pertukaran pelajar dan budaya.Heydi bermukim dinegara kincir angin selama 13 bulan lamanya dan ditempatkan di sekolah SMA Zandevelt Collegia s’- Gravenzande Den Haag. Di Belanda Heydi banyak menggeluti dunia seni rupa karena di akuinya dari kecil Heydi sangat menyukai dunia seni lukis (gambar).
Bekal budaya yang dibawa Heydi ke Belanda adalah seni pendalangan (red :Dalang) yang disukai dan tertarik sejak ia duduk dibangku sekolah menengah pertama (SMP).Kala itu masyarakat di Belanda sendiri tak tahu banyak tentang Indonesia. “Yang mereka tahu hanya Bali dan presiden pertama Soekarno, selebihnya mereka tak tahu banyak. Saya punya kemampuan mendalang dan itu sempat membuat heran para pelajar di Belanda,” ungkap Heydi menceritakan.
Dalam waktu 3 bulan di akui Heydi wajib menguasai bahasa Belanda dan selama itu Heydi berusaha mencari dan mempelajari untuk dapat menguasai bahasa secepat mungkin. Saat tinggal di Belanda Heydi wajib memilih sebuah kegiatan ektrakurikuler. Sempat bingung kala itu kegiatan ekstrakurikuler apa yang harus di pilih. Saat jalan jalan di sekeliling sekolah dan menemukan aula dilihat ada orang sedang latihan band.
Dari situlah kemudian Heydi coba bernyanyi dan bergabung dengan anak anak band The Storm di Belanda. Di akui Heydi, saat itu malah ia ingin belajar bermain bas, karena memang di awal sama sekali tak terpikir terjun dibidang tarik suara. Dalam benaknya sedari kecil memang ia tak terpikir jadi seorang penyanyi karena cita cita yang dituju adalah seni rupa atau melukis
Setelah bergabung dengan grup band sekolah di Belanda, Heydi coba ikut latihan bernyanyi dengan grup ekstrakurikulernya. Awalnya ia hanya ikut ikutan dan akhirnya jadi kebablasan. “Pertama menyanyi bersama grup band The Storm di Belanda, Saya menyanyikan 2 buah lagu barat. Child In Time milik Deep Purple dan Starways to Heavennya Led Zepellin.” kenang Heydi saat awal coba terjun menyanyi pada grup band sekolah SMA di Belanda.
Sekembalinya dari negeri Belanda, Heydi merasa lebih dewasa dari anak seusianya. Baik masalah pergaulan maupun tingkat kemandirian, dimana ia merasa pernah melakukan semuanya sendiri di negeri orang
Heydi pun sempat ikut nyumbang bernyanyi pada acara sekolah SMAN 1 Semarang tempat ia sekolah. Saat bernyanyi di acara perpisahan sekolah itu, salah satu temen Anwar Fatahillah melihat bakat menyanyi Heydi dan kala itu pula Anwar Fatahillah memang sedang mencari seorang vokalis. Sejak itu Heydi dan Anwar membentuk grup band dengan nama Powerslaves dan coba ikut kompetisi atau festival band diseputaran Semarang dan Jawa Tengah.
PS kurang Nakal
Dua puluh tujuh tahun bersama Powerslaves menurut Heydi, satu kekurangannya. PS kurang nakal dan nyeleneh. Dari sisi bermusik dirasa Heydi Ibrahim, PS itu masih terlalu tertata.”Bukan berarti musik PS tidak bagus. Bukan kesitu maksudnya, namun menurut saya PS kurang sentuhan nakal dikit. Baik syair maupun bawaannya kurang nyeleneh..hehehe.” ujar Heydi yang merasa musik rock n roll harus bernuansa agak sedikit bebas ber-ekspresi atau apa adanya.
“Karena dalam bermusik apabila kita yakini genre yang di bawa adalah genre rock n roll, dimana secara notabene banyak digandrungi kawula muda, tentu harus berani sedikit memberontak agar soul atau jiwa mudanya tetap hidup.”ungkap Heydi menjelaskan.
Menurut Heydi, nyeleneh dan apa adanya bukan berarti yang negatif, namun dilihat dari sisi genre yang di usung PS tetaplah membawa mesej baik namun bicara apa adanya dari semua hal. Baik lirik, gaya dipanggung maupun diluar panggung. “Yah ini hanya pemikiran saya dari sisi idealisme pribadi.” papar Heydi Ibrahim.
Dari kacamata Heydi Group band PS banyak sekali positifnya. Di akui Heydi PS adalah grup yang mampu membawa namanya melambung dikenal banyak orang sebagai seorang penyanyi, disamping pekerjaan tetapnya sebagai seorang ilustrator pada sebuah media di kota semarang sekaligus hobby dan talentanya sebagai seorang pelukis beraliran realis.
“ PS,bagi Saya adalah sebuah band yang lahir sebagai band rock nasional untuk semua golongan yang tidak tidak memihak pada apapun, baik agama,ras, apalagi berpolitik. Powerslaves memang harus hadir untuk kemajuan musik Indonesia sekaligus mesin penghibur rakyat Indonesia khususnya sekarang maupun yang akan datang,”papar Heydi yang berharap, kontribusi bermusiknya bisa menghibur semua orang dan menjadi alat pemersatu dan bermanfaat untuk kebaikan orang lain. |SELESAI