OLEH Hendrajit,
Wartawan Senior dan Pengkaji Geopolitik Global Future Institute (GFI)
Hasyim Djoyohadikusumo itu kan pengusaha ya, jadi kurang memahami dampak dari sebuah permainan politik tingkat tinggi. Kecuali kalau dari awal dengan sadar adik kandung Prabowo ini juga ikut dalam skenario permainan baru yang mengorbankan Edi Prabowo sebagai pion permainan catur.
Pasca tertangkapnya Edi Prabowo, ada implikasi politik ke dalam dan ke eksternal partai yang Hasyim tidak menyadarinya, atau baru nyadar belakangan. Atau bisa juga tahu tapi pura-pura tidak tahu. Sehingga menyalah-nyalahkan ulah Edi. Bahwa akibat kejadian ini Mega, Prabowo dan Jokowi justru hubungannya makin mesra. Entah apapun agenda mereka bertiga ke depan.
Untung tak bisa diraih, malang tak dapat ditolak, justru dengan babak baru kerjasama politik mereka bertiga ini, Hasyim justru tidak bisa diikutsertakan gerbong politiknya. Entah karena tidak dilibatkan dalam permainan baru ini, atau Hasyim secara sadar memang ikut bagian dari skenario permainan baru ini.
Adapun secara internal, sebenarnya ini juga menciptakan power shift atau pergeseran kekuasaan yang cukup signifikan. Pertama, dengan tertangkapnya Edi, lumpuh pula jejaring rajutan Edi di dalam tubuh partai. Akibatnya, faksi Dasco yang saat ini wakil ketua DPR dan pengurus inti partai semakin kuat gripnya.
Adapun Fadli Zon dan Muzani yang sebenarnya juga sama dekatnya dengan Prabowo dalam masa2 sulit Prabowo, tetap saja hanya masuk dalam klasfikasi para teknokrat politik.
Jadi dengan mudah bisa mengayunkan pendulumnya ke kiri atau ke kanan sesuai kondisi obyektif yang berkembang. Buktinya, waktu menanggapi penangkapan Edi, Muzani selqku sekjen dengan rileks mengatakan kejadian yang menimpa Edi agar jadi pelajaran buat partai ke depan. Artinya, kasus Edi adalah masalah ulah oknum, dan tidak ada bertautan dengan urusan rumah tangga partai.
Alhasil dari kejadian kemarin, Prabowo justru makin kuat dan satu-satunya faktor tunggal di partai, seperti halnya Mega di PDIP. Baik dalam pengambilan keputusan maupun penguasaan jalur politik ke daerah jantung partai. Sebab gambaran tentang Prabowo dan Hasyim di gerindra, ibarat Mega dan Taufik Kiemas di PDIP. Yaitu Dualisme kepemimpinan.
Jadi Prabowo dan Hasyim bukan saja sama-sama punya pengaruh dalam membuat keputusan-keputusan strategis partai, bahkan punya jalur politik dan gerbongnya sendiri-sendiri.
Nah dengan kejadian benur dan kena patil lobster, Prabowo agaknya akan jadi satu-satunya jalur politik bagi siapa saja yang mau mengakses Gerindra baik di pusat maupun daerah.
Makanya harus nanya dulu nih, apa password baru buat mengakseds Gerindra? Hehehhe.***