Sahabat baik itu telah pergi. Catatan tentang Desmond Junaedi Mahesa.

By Eko S Dananjaya

Saya bertemu Desmon tahun 1996. Saat aktifitas gerakan mahasiswa dan pemuda menggeliat pada titik puncak dua tahun menjelang reformasi. Di jln Diponegoro Jakarta Pusat, saya diperkenalkan oleh seorang teman.

” Ini Desmon, aktivis dari kalimantan, ingin bergabung dengan kita, ucap sahabat kepada saya”.
Seingat saya, Desmon masih culun dan lugu. Sebagai aktifis dari daerah masuk ranah Ibu Kota ( Jakarta ), Aktifis2 dari daerah pastinya akan mencari peta pergerakan yang bisa diajak berjalan bersama.

Beberapa kali saya melihat Desmon berada di rumah mas Bondan Gunawan ( almarhum) di bilangan Cempaka putih Jakarta Pusat. Rumah mas Bondan salah satu tempat singgah untuk para aktifis yang berafiliasi nasionalis.sejak itu, Desmon lebih at home berada di lingkungan nasionalis ketimbang kelompok sosialis atau agamis.

Tidak seperti saya, semua kelompok pergerakan era 80- an saya sambangi dan saya pengin belajar pada mereka. Baik itu kelompok nasionalis, sosialis, murba, masyumi, Darul Islam bahkan kelompok kiri PKI sekalipun saya datangi untuk saya pinta berbagi pengalaman dan sinau sejarah pada para sesepuh itu.

Penglihatan saya, Desmon rupanya lebih senang berbaur dengan kelompok2 nasionalis. Sebagai aktifis yang hidup di jakarta sangatlah ketat dalam persaingan. Hidup sangat keras, jika tidak beruntung, hidupnya akan di tangkap dan dipenjara oleh rejim Orde Baru.

Saya, Bob Randilawe, Mehbob Kler , Desmon, Dian AR, Dadang HMI, dan beberapa tokoh mahasiswa lain di Jakarta, membuat organisasi perlawanan pada rejim Orde Baru dengan nama SPID: Solidaritas Pemuda Indonesia untuk Demokrasi.

Organisasi ini dibuat untuk menopang gerakan perlawanan PDI yang pada waktu itu sedang mengalami gegar politik. PDI pimpinan Megawati cukup dekat hubungannya dengan SPID. Karena SPID adalah salah satu organ yang diterima oleh Megawati untuk bersama- sama berjuang saling berdampingan dan menguatkan.

Salah satu agenda SPID yakni, membuat panggung demokrasi di halaman gedung PDIP di jln Diponegoro Jakarta.
Disana dibuatkan jadwal setiap hari untuk menghadirkan para tokoh oposisi untuk orasi, agitasi, profokasi, menyemangati orang- orang PDI dan kaum pergerakan yang lain, guna untuk mematangkan situasi perlawanan terhadap kekuasaan Soeharto.

Agenda yang lain yakni menggelar sepanduk terpanjang dalam sejarah perlawanan pada kekuasaan otoriter dan militeristik. Panjang sepanduk dibentang dari depan kantor PDI jln Diponegoro hingga perempatan lampu merah matraman. Hampir satu kilo setengah panjang sepanduk. Kain sepanduk tersebut bantuan dari kawan2 dan Budi Rombeng ( almarhum) adik Eros Djarot melalui Bob Randilawe.

Teman-teman menunjuk saya menjadi komandan aksi, ditemani Desmon, Dian AR, Bob Randilawe Dadang HMI dan para aktifis yang lainnya yang berasal dari daerah yang kebetulan masuk. Ke Jakarta. Walau Desmon tergolong aktifis baru di Jakarta. Tapi perkenalannya dengan para tokoh politik senior cukup banyak.

Suka duka bersama Desmon bagi saya cukup banyak. Semasa menjadi aktifis ” Menggembel bersama” Naik turun angkot, bajay dan bus kota di Jakarta. Tidur pindah- pindah, makan di warteg, warung padang itu hal yang biasa. Kami terlatih untuk membangun solidaritas dan soliditas sesama kaum pergerakan.

Entah setelah meletus peristiwa 27 Juli, kami menyelamatkan diri masing-masing. Dari sana kami berpisah dan tak lama jelang peristiwa Reformasi 98, Desmon dan beberapa kawan ditangkap, di culik oleh aparat keamanan. Aktifis yang ditangkap seperti Desmon, Pius Lustrilanang dll. Ada juga yang lewat tidak selamat alias ( mati ) entah dimana di buang jasadnya hingga sampai hari ini masih menjadi misteri.

Terakhir setelah ada desakan terus menerus oleh kaum pergerakan, aktifis yang ditangkap, diculik terjadi pelepasan. Setelah itu, saya dengar Desmon menjadi pengacara Tomi Winata. Kedekatan Desmon dengan Tomi Winata dengan kelompoknya menjadi warna sendiri. Desmon kemudian menjadi kepercayaan Tomi Winata.

Meski wilayah politik kita berbeda, Kami tetap berhubungan baik dengan Desmon. Bahkan saya pernah sekali ke kantor lawyer nya di daerah Senin Jakarta Pusat. Tak lama kemudian setelah Prabowo mendirikan partai Gerindra. Desmon turut bergabung dan sebagai pendiri. Kemudian dirinya mencalonkan d menjadi anggota Dewan dari daerah pemilihan Banten. Desmon beberapa kali berhasil dan bertahan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat hingga hari ini.

Di sela-sela sebagai anggota Dewan. Desmon di percaya kawan- kawan mantan pergerakan mahasiswa untuk memimpin Organisasi Prodem. Prodem adalah lembaga kaum mantan aktifis veteran pergerakan pada era Orde Baru.

Yang menaungi berbagai tingkatan aktifis dari angkatan 80- an hingga 98, dari berbagai kota di Indonesia. Dalam kepemimpinan di Prodem, Desmon cukup memperhatikan, memanjakan organisasi ini. Maklum sebagai anggota Dewan yang terpilih cukup lama, sudah memiliki modal materi dan pengalaman banyak. Tidak terlalu sulit bagi Desmon untuk menghidupi organisasi pergerakan semacam Prodem yang anggotanya susah diatur.

Maklum saja, Prodem itu kumpulan kaum pemberontak dari segala jaman. Isinya orang- orang hebat yang sulit ditertibkan oleh Pemerintah. Dan Desmon mampu menjembatani hubungan antara kekuasaan dengan organisasi Prodem Yang ia pimpin.

Era kepemimpinan Desmon, Prodem pernah menghantarkan ide- ide pada sebuah pendidikan politik pada publik. Salah satu agenda program Prodem kepemimpinan Desmon yaitu democracy education tour. Program ini cukup menonjol dan lahir basis- basis Prodem ( Prodemis ) baru di daerah.

Selain itu, jika rapat- rapat anggota Prodem sering dilakukan di hotel- hotel mewah. Terbawa arus elite meski tidak mengurangi esensi perjuangan kerakyatannya. Jika pemerintah terlihat menyeleweng dari kekuasaan, para aktifis Prodem senantiasa akan mengkritisi kebijakan pemerintah tanpa tedeng aling-aling meski kawan sekalipun yang berkuasa. Siapapun penguasanya. Hari ini sang pencerah demokrasi itu telah pergi meninggalkan kita untuk selamanya. Kini Prodem dilanjutkan oleh generasi berikutnya yang juga tidak kalah progresif, seperti ketua Iwan Sumule yang sekarang memimpin serta meneruskan cita- cita perjuangan seniornya yakni Desmon J Mahesa.

Penulis adalah sahabat baik Desmon J Mahesa
Selamat jalan. Perjuanganmu akan terus kami kenang.