oleh Imam Wahyudi (iW)*
Hattrick tengah menghantui kemenpora?! Catatan negatif dari makna istilah. Sejatinya sebuah prestasi. Pemain yang mencetak tiga gol dalam laga sepakbola.
Menpora, Dito Ariotedjo terjebak perkara kasus korupsi. Diduga terkait tersangka Johnny G. Plate. Mantan menkominfo dalam proyek pembangunan menara BTS 4-G. Merugikan keuangan negara hingga Rp 8 triliun.
Bila benar dugaan atas Dito, maka “prestasi” hattrick bakal terjadi. Memprihatinkan dan memalukan. Untuk ketiga kalinya menpora berperkara hukum. Dua menpora sebelum Dito, kadung merasakan getirnya bui. Andi dan Imam Nahrawi.
Andi Malarangeng selaku menpora (2009-2014) didakwa korupsi proyek Hambalang. Menpora lainnya (2014-2019) Imam Nahrawi terseret kasus korupsi Dana Hibah KONI. Justru terjadi jelang akhir masa jabatan. Ia terpaksa mundur 19 September 2019. Cuma sebulan lagi jabatan menpora . Divonis bui tujuh tahun dan pengembalian duit Rp 19 miliar.
Andi masih pengen unjuk “prestasi” di balik kasus korupsi. Dia menyatakan mundur dari jabatan menpora pada 07 Desember 2012. Cuma tempo sehari, setelah KPK menetapkan tersangka 06 Desember 2012. Roy Suryo menggantikannya untuk sisa masa jabatan dua tahun. Cukup lama Andi tak kunjung ditahan. Sekira 10 bulan. Penahanan mulai 17 Oktober 2013. Divonis bui empat tahun dari tuntutan 10 tahun pada 18 Juli 2014. Kini sudah bebas sejak 21 April 2017.
Dua hal menarik terjadi di antara kasus Andi dan Dito. Bisa diartikan ada kemiripan dan perbedaan. Dalam proses terkuaknya kasus. Andi terlibat, menyusul “nyanyian” Nazaruddin yang lebih dulu diproses hukum. Begitu pula terkait Dito. Adalah keterangan dari Komisaris PT SS, Irwan Hermawan dalam persidangan perdana — Selasa, 04 Juli 2023. Irwan adalah tersangka kasus proyek menara BTS 4-G.
Di antara kemiripan itu konon ada perbedaan. Dito tidak terkait (langsung -pen) kasus korupsi dimaksud. Sang menpora yang baru seumur jagung (dilantik 03 Oktober 2023, menggantikan Zainuddin Amali -pen). Dito mengonfirmasi, dugaan keterlibatannya sebagai salah alamat. Bisa juga bukan Alamat Palsu ala Ayu Tingting. Semua berpulang ke sikap Dito. Lanjut berlayar dengan alibi salah alamat. Semata menghindari hattrick menpora korupsi. Atau apa hendak dikata, bila akhirnya terjadi. Maka sebaiknya mundur sebagai solusi dini.*
*) jurnalis senior di bandung