Tony Rosyid/Net
Tony Rosyid/Net

Ridwan Kamil, Patung Bung Karno dan Pilpres 2024

Oleh: Tony Rosyid
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

Pilgub 2018 lalu, PDIP tidak ikut mengusung Ridwan Kamil. Ada isu sensitif yang kabarnya membuat Megawati tolak Ridwan Kamil. Isu apa itu? Ini mungkin akan terbuka kembali jika Ridwan Kamil masuk bursa politik 2024.

Bukan Ridwan Kamil kalau tidak bisa menundukkan hati Megawati. Soal manuver, Ridwan Kamil dikenal cukup lihai. Sangat jago dan pergerakannya cukup licin.

Di pilgub Jabar 2018, Ridwan Kamil diusung oleh Nasdem. Mengetahui Nasdem akan usung Anies, Ridwan Kamil ke Golkar. Entah ini terencana atau hanya faktor kebetulan. Dalam politik, tidak ada yang kebetulan. Ridwan Kamil resmi menyatakan diri sebagai kader Golkar. Nampaknya, hingga hari ini, Golkar juga tidak memberi ruang buat Ridwan Kamil untuk ikut kontestasi di pilpres 2024.

Ridwan Kamil cerdas. Dia lakukan investasi psikologis ke Megawati. Caranya? Bikin patung Bung Karno di Bandung Barat Jawa Barat. Ini diharapkan bisa mengubah hati Megawati. Meski banyak protes datang dari berbagai kalangan, rencana patung Bung Karno jalan terus di Jawa Barat. Ridwan Kamil adalah gubernurnya.

Masalahnya bukan ada pada pembangunan patung Bung Karno. Rakyat tentu senang ada patung proklamator berdiri. Yang diprotes bukan patungnya, tapi anggarannya. Anggaran patung Bung Karno 10-20 triliun. Anggaran ini dianggap terlalu tinggi di saat situasi ekonomi sedang tidak baik-baik saja. Mungkin juga timingnya.

Rencana anggaran Patung Bung Karno jalan terus. Bagi Ridwan Kamil, mungkin ini bisa jadi investasi politik ke Megawati. Suatu saat nanti, ini berpotensi menguntungkan. Terutama jelang pilpres 2024.

Tiba saatnya ketika Prabowo dan Anies Baswedan menguat di Jawa Barat dalam survei pilpres 2024. Terutama Anies Baswedan, setelah Muhaimin Iskandar, atau yang akrab dipanggil Cak Imin bergabung, suara Anies diprediksi akan melambung tinggi di Jabar.

Anies Baswedan mendapatkan limpahan suara dari Nahdhiyin setelah Cak Imin didaulat menjadi cawapres Anies Baswedan. Dengan dipasangkannya Anies-Cak Imin, nyaris suara pasangan ini semakin naik signifikan di Jawa Barat dan Jawa Timur. Sebagian di Jawa Tengah. Survei baru-baru ini, Anies merajai di Jawa Timur.

Di sini posisi Ridwan Kamil memiliki daya tawar untuk Jawa Barat. Suara Prabowo dari basis keummatan yang tergerus oleh hadirnya Cak Imin bisa mempertimbangkan Ridwan Kamil yang notabene adalah Gubernur Jawa Barat. Hanya saja, Golkar, partai yang berkoalisi dengan Gerindra menginginkan Airlangga Hartarto sebagai cawapres Prabowo. Bahkan sedang bersaing dengan Erick Tohir yang diusulkan PAN. Kok PAN usulkan Erick Tohir? Emang Erick Tohir kader PAN? Emang Erick Tohir elektabilitasnya Tinggi? Hanya ketum PAN dan Tuhan yang bisa menjawab.

Peluang Ridwan Kamil untuk jadi cawapres tidak hilang. Dia masih bisa menawarkan ke PDIP. Di sini pembangunan patung Bung Karno dengan jumlah anggaran yang kontroversial bisa menjadi daya tawar Ridwan Kamil ke Megawati. Apalagi, Ganjar sedang butuh suara dari Jabar. Suara Ganjar, sebagaimana banyak survei, jeblok di Jabar.

Apakah dengan menggandeng Ridwan Kamil, Ganjar bisa mengalahkan Prabowo atau Anies Baswedan-Cak Imin? Rasa-rasanya sulit. Karena di pilgub Jabar 2018, Ridwan Kamil mendapat suplai suara signifikan dari basisnya Uu Ruzhanul Ulum. Basis Nahdhiyin yang ada di PPP. Dan juga dapat suara dari PKB yang saat pilgub Jabar juga ikut mengusung Ridwan Kamil.

Saat ini, basis Nahdhiyin, baik dari PPP apalagi PKB cenderung ke Anies Baswedan-Cak Imin. Basis Anies dan Cak Imin di Jabar solid dan militan. Sementara Ridwan Kamil tanpa Uu Rizhanul Ulum dan dukungan PKB, tidak banyak bisa diharapkan untuk bisa bersaing dengan Prabowo dan Anies-Cak Imin. Prediksi ini bisa anda catat dalam berbagai survei nanti.

Di sisi lain, ada problem lainnya yang harus dihadapi oleh Ridwan Kamil. Bahwa Ridwan Kamil adalah kader Golkar. Sementara Golkar bergabung dengan Prabowo. Apakah Ridwan Kamil akan nekat menyeberang ke lawan partainya, sementara ia belum lama bergabung dengan Golkar. Stigma “kutu loncat” dari Nasdem (diusung di pilgub) ke Golkar dan dari Golkar ke PDIP, ini akan muncul dan menjadi beban persepsi politik. Beban ini justru akan berpotensi mendown grade suara Ridwan Kamil itu sendiri.

Di ujung sana, Mahfudz MD sedang menunggu dilamar PDIP untuk bersaing dengan Cak Imin dalam merebutkan suara Nahdhiyin di Jawa Timur. Tapi akan jauh lebih elegan jika Mahfudz mengumumkan “Akan Mendukung Cak Imin Dalam Kontestasi di Pilpres 2024”. Dengan begitu, spirit ke-Nu-an Mahfudz di mata kaum Nahdhiyin, khususnya PKB akan harum baunya. PKB dan Nahdhiyin solid, dan Mahfudz MD akan dikenang sebagai Bapak Nahdhiyin yang bijak. Toh kalau bertarung dengan Cak Imin, tetap akan sulit mengalahkan. Cak Imin adalah politisi tulen dan ketum partai. Punya mesin politik dan logistik dibanding Mahfudz

Lalu, apakah PDIP akan mengambil Mahfudz MD sebagai cawapres Ganjar untuk konsen di Jawa Timur? Atau ambil Ridwan Kamil yang telah investasi melalui patung Bung Karno di Jabar? Atau ambil yang lain? Kita tinggu saja dalam waktu dekat ini.

Jakarta, 8 Sepetember 2023