Ilustrasi | AI
Ilustrasi | AI

Menang Satu Putaran: Mimpi Siang Bolong Pilpres 2024

Oleh: WA Wicaksono, Analis Iklan dan Pencitraan
Pemilihan Presiden 2024 kali ini, diwarnai oleh statemen-statemen tekad yang keras dari Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Prabowo-Gibran, bahwa mereka akan memenangkan pertarungan politik ini dalam satu putaran. Alasan yang dikemukakan cukup nasionalis. Ini diharapkan menjadi sebuah langkah yang  dapat menghemat dana negara hingga Rp27 triliun. Yaitu besaran dana yang nantinya harus dikeluarkan negara untuk membiayai dana operasional Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara Pemilihan Presiden jika harus menyelenggarakan putaran kedua.
Meskipun tekad tersebut terlihat menggembirakan bagi para pendukungnya, realitas politik nampaknya memberikan gambaran yang sangat berbeda. Boleh jadi hampir seluruh lembaga survei merilis bahwa pasangan ini unggul dalam elektabilitas sementara, namun keunggulan tersebut ternyata masih belum mencapai tingkat signifikansi yang diperlukan untuk meraih dan memastikan kemenangan dalam satu putaran. Belum lagi adanya praduga dari berbagai pihak bahwa survei-survei tersebut memang dibayar untuk menggiring psikologi khalayak agar berbondong-bondong mendukung yang sudah dipastikan menang.
Pertanyaannya, apakah tekad dan pernyataan-pernyataan untuk memenangkan pemilihan dalam satu putaran ini adalah sebuah strategi kampanye yang dirancang dengan penuh siasat yang cerdik? Ataukah hanya merupakan ekspresi dari kesombongan politis dan kepercayaan diri yang tinggi yang boleh jadi sekedar halusinasi semata?
Memang strategi ini dianggap sebagian kalangan sebagai langkah yang cerdik dalam persaingan politik, di mana citra positif dan optimisme dapat memengaruhi persepsi masyarakat secara umum. Sayangnya keraguan justru muncul ketikapada kenyataannya performa sang kandidat tersebut kurang mendukung optimisme kemenangan satu putarab yang diumumkan. Misalnya kedodoran dalam debat, kebocoran-kebocoran indikasi pelanggaran dan lain-lainnya. Melihat hal tersebut, apakah strategi ini tetap efektif dalam menarik minat masyarakat, ataukah hanya menjadi retorika kosong yangkemungkinan besar gagal karena tidak diimbangi dengan kenyataan?
Mengamati elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran saat ini, meski unggul dalam survei, namun keunggulan tersebut belum mencapai mayoritas yang diperlukan untuk menang dalam satu putaran Pilpres. Bahkan beragam faktor seperti proyeksi Pilpres 2024 yang kemungkinan berlangsung dalam dua putaran pun mulai muncul dan semakin menambah kompleksitas dalam dinamika politik.
Bahkan terkuak adanya indikasi kuat dimana pasangan ini kemungkinan justru akan menghadapi tantangan berat di putaran kedua nanti. Terutama jika mantan pemilih dari pesaing yang kalah berkolaborasi dengan pasangan capres-cawapres pesaing yang masuk ke putaran kedua. Kemungkinan ini mengindikasikan bahwa tekad dan pernyataan satu putaran mungkin hanya menjadi khayalan atau utopia semata.
Kemungkinan bahwa tekad ini sebagian besar merupakan strategi kampanye dengan unsur psiwar atau perat urat saraf, untuk menciptakan kesan keunggulan yang lebih besar daripada yang sebenarnya, menjadi semakin kuat. Namun, apakah strategi ini akan dapat bertahan dan memberikan hasil yang diinginkan adalah pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh waktu dan respon masyarakat.
Sejauh mana mimpi satu putaran akan menjadi kenyataan atau tetap sebagai harapan semata, akhirnya akan ditentukan oleh suara rakyat dalam proses demokrasi. Politik adalah panggung yang dinamis, dan bagaimanapun strateginya, rakyat atau sang pemilihlah yang akhirnya memiliki kendali untuk menentukan arah dan hasil dari perhelatan Pemilihan Presiden 2024 tersebut. Tabik.