CABE catetan babe: Sa’aman pelukis non Persagi: Persatuan Ahli Gambar Indonesia
(Photo karya Sa’aman: Wanita Betawi)
Pelukis Betawi pertama Muhamad Bakir. Ia lebih dikenal sebagai pengarang. Ia melukis dengan objek wayang saja. Saat itu melukis objek orang masih kontroversial. Bakir melukis tahun 1890-an.
Kemudian pada tahun 1940-an muncul Sa’aman putra Tenabang. Ia banyak melukis objek orang.
Sa’aman tidak tergolomg pelukis Persagi (persatuan ahli gambar Indonesia), tetapi ia menjadi bekend karena karya2nya dijaja berkeliling selain ditawarkan dengan dipajang di Taman Surapati.
Sa’aman pelukis alami. Kecintaanya akan lukisan ditekuninya hingga tahun 1960-an. Sa’aman menyintai seni lukis dengan segala risiko.
Semangat Sa’aman agaknya menetes pada seorang pria Betawi 65 tahun dan tamatan IKJ. Namanya Iwan Aswan kelahiran Kebon Siri.
Saya tidak mengerti dengan dia kok bisa tiada hari tanpa melukis.
Saya mempublikasi tulisan saya tiap hari tanpa hirau tanggal merah, tapi saya tidak menulis tiap hari karena bagi saya bergantung pada ide dan mood. Kalau lagi datang kedua unsur itu sehari bisa empat tulisan.
Tapi kedua pelukis kita menganggap ide dan mood itu seperti langganan susu sapi botolan dari Kampung Kuningan. Tiap pagi pasti diantar dengan berkendara speda.
Saya sambut usaha pemda DKI membangun semacam meseum seni di Situ Babakan. Sayang barang2 yang dipamerkan tak proporsional untuk meseum seni, dan nilai estetikanya tidak standard. Iwan Aswan sumbang beberapa karya lukisnya. Saya juga ada niat menyumbang sejumlah koleksi lukisan a.l Pelabuhan Sunda Kalapa I jaman Kali Adem dan karya lukis Sa’aman. Tapi ‘kan sayang kalau direndengin sama golok yang panjangnya empat meter. Dipake bakal motong apa ‘tu golok? Bakal ngiris bawang ‘kali.
Ridwan Saidi.