Dalam pidatonya di Forum Keamanan Siber Global di Riyadh, Amin H. Nasser menguraikan bahwa meskipun digitalisasi yang cepat telah meningkatkan efisiensi secara signifikan, teknologi baru menimbulkan ‘risiko unik’ yang lebih rentan terhadap energi perusahaan. 

JAKARTASATU.COM – Sektor energi sangat rentan terhadap serangan keamanan siber yang disebabkan oleh teknologi baru, CEO Aramco memperingatkan.

Dalam pidatonya di Forum Keamanan Siber Global di Riyadh, Amin H. Nasser menguraikan bahwa meskipun digitalisasi yang pesat telah meningkatkan efisiensi secara signifikan, teknologi baru menimbulkan “risiko unik” yang lebih rentan terhadap energi perusahaan. Tahun lalu, 97 zettabytes data – setara dengan 97 triliun gigabytes – dihasilkan secara internasional.

Seiring dengan digitalisasi dunia, volumenya diperkirakan akan mencapai 175 zettabytes pada tahun 2025. Menurut CEO, pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini juga meningkatkan kerentanan.

“Meskipun semua industri menghadapi ancaman, khususnya sektor energi, merupakan target yang menarik bagi mereka yang ingin melakukan hal yang merugikan. Kita memainkan peran penting dalam kehidupan miliaran orang. Kami menyediakan produk-produk yang dibutuhkan perekonomian dunia untuk mewujudkan kehidupan modern,” kata Nasser.

“Setiap gangguan skala besar terhadap pasokan energi akan berdampak langsung dan signifikan di seluruh dunia,” tambahnya.

Menangkal potensi ancaman tidak bisa menjadi tanggung jawab satu lembaga atau sektor saja. CEO memastikan bahwa memastikan kewajiban global antara semua entitas diperlukan untuk perlindungan kolektif.

“Kami tahu bahwa kejadian dunia maya sebenarnya hanya terjadi pada satu organisasi atau industri saja. Keamanan kolektif kita memerlukan kolaborasi erat antara seluruh pemangku kepentingan secara regional dan global,” ujarnya

Beliau menguraikan lebih lanjut inisiatif-inisiatif yang dilakukan Aramco, seperti pendirian Pusat Keunggulan Keamanan Siber yang baru dan program master yang bekerja sama dengan Institut Teknologi Georgia. Program ini fokus pada “kurikulum keamanan siber pertukaran” dan telah menerima 140 lulusan.

Teknologi baru, seperti AI generatif, yang berkontribusi antara $2,6 hingga $4,4 triliun terhadap perekonomian global, menurut Nasser, harus dinilai untuk mengidentifikasi bagaimana teknologi tersebut dapat menimbulkan ancaman baru, dan setiap ancaman harus diatasi sebelum teknologi tersebut diterapkan sepenuhnya.

“AI, ini baru, menarik. Dan hal ini merupakan terobosan baru bagi banyak industri termasuk energi dengan alat AI generatif yang kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari ratusan juta orang dan potensi ekonominya sungguh luar biasa,” katanya.

“Sangat penting bagi kita untuk tetap waspada. Pendekatan ini memungkinkan kami memanfaatkan potensi kuat dari inovasi digital baru sambil memitigasi risikonya,” tambahnya.

Nasser menguraikan bahwa Kerajaan Arab Saudi telah menetapkan pedoman yang mengesankan untuk meningkatkan kemampuan AI dengan cara yang aman, terjamin, dan bertanggung jawab.

Beliau mencatat bahwa ke depan, kolaborasi antara seluruh pemangku kepentingan dapat membantu menetapkan standar internasional dan praktik terbaik yang sejalan dengan pesatnya pembangunan.

CEO juga menggunakan forum ini untuk peringatan agar tidak berpuas diri dan memastikan kewaspadaan di semua sektor.

“Forum ini adalah peluang besar untuk melanjutkan upaya tersebut di Aramco. Kami percaya bahwa inovasi berkelanjutan yang didukung oleh rezim keamanan siber yang komprehensif sangat penting bagi masa depan kita,” ujarnya.EDY/EWINDO (ArabNews)