Mantan Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya Tbk (Persero) 2008-2018, yang juga pernah bekerja sebagai Staf Ahli Utama di Kantor Staf Presiden yang dipimpin Moeldoko ketika masih menjabat/IST

JAKARTASATU.COM – Hary Prasetyo bukanlah laki-laki sembarangan. Pria kelahiran Cimahi, 5 Maret 1970 ini mampu membuktikan bahwa tidak hanya gelar prestisius akademis saja yang mampu dimilikinya, tetapi juga karir professional yang gemilang.

Setelah memperoleh gelar Sarjana Ekonomi bidang Keuangan dari Pittsburgh State University, Amerika Serikat tahun 1993 dan meraih gelar MBA in General Business dari City University, Portland, Amerika Serikat tahun 1997, Hary pun mulai getol mengembangkan karirnya dengan bersemangat.

Berikut adalah beberapa rekam jejak perusahaan tempat Hary merintis karirnya. Antara lain ia pernah menjabat sebagai Direktur PT Dhana Wibawa Artha Cemerlang tahun 1994-1995, Internal Auditor PT Artha Graha Sentral tahun 1998-1999, Vice President Investment Banking PT Trimegah Securities Tbk tahun 2002-2005, Vice President Assets Management PT Batasa Capital tahun 2002-2005 hingga menjabat sebagai Komisaris PT Lautandhana Investment Management tahun 2005 dan Direktur Utama PT Lautandhana Investment Management tahun 2005-2008, yaitu sebuah perusahaan swasta nasional di bidang Aset Manajemen.

Prestasi yang berhasil diukir Hary pun tidak main-main. Berbekal kepiawaiannya di dunia pasar modal baik konvensional dan syariah yang terus teruji.  Ia pun berhasil membuktikan kehandalan talenta yang dimilikinya sehingga berhasil membawa perusahaan tempat ia berkarier saat itu, memperoleh penghargaan pengelolaan Portofolio Investasi terbaik ketiga se-Asia dari Bloomberg.

Karenanya, setelah berhasil mengantongi izin sebagai Wakil Manajer Investasi (WMI) untuk mengelola instrumen investasi tersebut, pada tanggal 15 Januari 2008, ia pun sukses ditetapkan sebagai Direktur Keuangan Asuransi Jiwasraya.

Usai menyelesaikan tugasnya sebagai Direktur Keuangan Jiwasraya selama satu periode, pada tanggal 18 Januari 2013 hari kembali ditetapkan oleh pemegang saham sebagai Direktur Keuangan Asuransi Jiwasraya. Penetapan jabatan sebagai Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) untuk periode jabatan kedua tahun 2013 – 2018 tersebut dilakukan berdasarkan surat pengangkatan dari Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara No. SK10/MBU/2013 tanggal 15 Januari 2013.

Sayangnya kegemilangan yang ditorehkan Hary tidaklah abadi. Ketika periode kepemimpinannya di Jiwasraya telah berakhir, dan digantikan oleh pejabat baru, tiba-tiba Jiwasraya terjerumus pada kasus serius.

Mendadak Jiwasraya terjerat pada belitan permasalahan serius dan ruwet karena tidak mampu membayar (gagal bayar) klaim polis JS Saving Plan yang jatuh tempo pada periode Oktober-Desember 2019 dengan nilai Rp 12,4 triliun.

Padahal Hary Prasetyo sebagai Dirkeu dan Hendrisman sebagai Dirut-lah yang dianggap sebagai pengambil keputusan peluncuran produk JS Saving Plan pada 2013 lampau.

Ironisnya, setelah hengkang dari Jiwasraya, Hary yang telah mendapatkan gelar doktornya, sempat menjadi Tenaga Ahli Utama Kedeputian III Bidang kajian dan Pengelolaan Isu-isu Ekonomi Strategis di Kantor Staf Presiden (KSP). Bagaimana tidak memprihatinkan jika tenaga ahli utama bidang kajian dan pengelolaan isu-isu ekonomi strategis justru menjerumuskan perusahaan asuransi BUMN ke jurang kehancuran gara-gara investasi gorengan?

Mengenai rekam jejaknya di Kantor Staf Presiden, mantan tenaga ahli KSP Ali Mochtar Ngabalin pun membenarkan Hary Prasetyo telah bekerja di bawah Kepala KSP Moeldoko sejak 2018. Bahkan Ngabalin mengakui dirinya dan Hary memiliki tempat kerja yang sangat dekat hingga Oktober 2019.

“Beliau (dulu) satu ruangan dengan saya, baik beliau,” kata Ngabalin seperti dikutip Katadata.co.id, Kamis (19/12).

Namun menurut Ngabalin, sekarang mereka bukan lagi pegawai KSP karena telah diberhentikan sejak 19 Oktober kemarin. Kelanjutan KSP ini sendiri masih menunggu payung hukum baru struktur organisasi KSP yang rencananya dikeluar pada Januari 2020 tahun depan.

“Saya tidak tahu (apakah Hary kembali ke KSP). Saya saja belum tahu kelanjutannya,” aku Ngabalin.

Kalau melihat kasus yang menimpa Jiwasraya sekarang tentunya peluang Hary untuk kembali direkrut KSP sangatlah kecil. Bahkan terkait pageblug Jiwasraya yang dikaitkan dengan dirinya tersebut, dikabarkan Hary Prasetyo sekarang ini telah terbang ke London, Inggris.

Semoga saja dengan meruncingnya tuduhan terhadap dirinya, mantan Direktur Keuangan Jiwasraya ini mau melakukan klarifikasi dengan hak jawab yang dimilikinya, tanpa perlu aparat hukum memburu dan menangkapnya dari luar negeri. Bisa jadi dirinya pun hanya merupakan korban yang sebenarnya tidak bersalah. |WAW