Foto dokumentasi orang-orang berdiri di depan gedung yang dibom di Rafah. Palestina, 10 Mei 2024 lalu | https://doctorswithoutborders-apac.org/
Foto dokumentasi orang-orang berdiri di depan gedung yang dibom di Rafah. Palestina, 10 Mei 2024 lalu | https://doctorswithoutborders-apac.org/
JAKARTASATU.COM – Peningkatan pertempuran dan pemboman selama 48 jam terakhir di Jalur Gaza, khususnya di Wilayah Tengah, kembali menimbulkan banyak korban jiwa di kalangan warga sipil. Rumah sakit Al-Aqsa, yang didukung oleh Médecins Sans Frontières (MSF) atau Doctors Without Borders, telah menerima sedikitnya 70 orang tewas dan lebih dari 300 pasien luka-luka sejak kemarin (5/6).
Meskipun titik penyeberangan Rafah tetap ditutup, insiden korban massal yang berulang kali ini membuat sistem kesehatan berada pada titik kehancuran. Situasi di lapangan digambarkan sebagai “apokaliptik” oleh tim MSF.
Seorang anggota MSF, Karin Huster yang berada di lokasi, menguraikan bagaimana kondisi mengerikan yang terjadi di sana melalui pesan suara. Berikut adalah uraian terjemahan bahasa Indonesia dari laporan yang disampaikan Karin.
Setidaknya 70 orang tewas dan lebih dari 300 orang terluka, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah dibawa ke rumah sakit Al-Aqsa sejak kemarin menyusul serangan besar-besaran Israel di Area Tengah Jalur Gaza.
“Bau darah di ruang gawat darurat rumah sakit pagi ini sungguh tak tertahankan. Banyak orang tergeletak di mana-mana, di lantai, di luar… jenazah dibawa dalam kantong plastik. Situasinya sangat memprihatinkan,” kata Karin Huster, rujukan medis MSF di Gaza.
Tim medis di rumah sakit Al-Aqsa – satu-satunya fasilitas kesehatan fungsional yang tersisa di Wilayah Tengah – saat ini berusaha menangani gelombang besar pasien. Banyak dari mereka datang dengan luka bakar parah, luka pecahan peluru, patah tulang, dan cedera traumatis lainnya.
“Dengan meningkatnya kekerasan yang tidak masuk akal di berbagai lokasi di Jalur Gaza selama 48 jam terakhir dan sementara titik penyeberangan Rafah tetap ditutup selama sebulan, sistem kesehatan telah mencapai titik kehancuran. Situasinya sangat buruk,” ujar Karin Huster. |WAW-JAKSAT