Indonesia Sport Corruption Watch Desak Menpora Serius Selenggarakan PON Ke-21 di Sumut dan Aceh
JAKARTASATU.COM– Direktur Indonesia Sport Corruption Watch, Rudy Darmawanto pesimis dengan kesuksesan PON di Sumatra utara pada September 2024 ini. Dia melihat dengan kondisi sport center yang sedang dibangun belum juga selesai dan apa adanya. Pembangunan masih berlangsung padahal pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) tinggal tiga bulan lagi.
Pekan Olah Raga Nasional (PON) XXI 2024 nantinya akan digelar di Sumatera Utara. Penyelenggaraan Ke-21 dari Pekan Olahraga Nasional (PON) yang merupakan ajang multi-olahraga nasional utama yang dijadwalkan berlangsung dari tanggal 8 hingga 20 September 2024, dengan Aceh dan Sumatera Utara sebagai tuan rumah.
Rudy memaparkan pada tahun 2021 saat itu provinsi Papua menjadi tuan rumah PON yang Ke-20, disitulah diumumkan bahwa PON Ke-21 tahun 2024 akan diselenggarakan secara bersama di provinsi Sumatra Utara dan provinsi Aceh.
Menurut Rudy gaung acara PON harus sudah terlihat, selain pembangunan venue-venue olahraga, semarak PON Sumut-Aceh juga kurang terasa di masyarakat. Warga DKJ tidak merasa “Demam PON”, yang mengetahui hanya pengurus cabang olahraga, Pemprov Jakarta atau kalangan tertentu saja.
Hal ini sangat mengherankan, apalagi umbul-umbul perhelatan Pekan Olahraga (PON) semestinya sudah ramai terpasang khususnya di Kota Medan dan Deli serdang Sumatra Utara tempat cabang-cabang olahraga dipertandingkan.
“Tidak cuma venue olahraga, logistik dan infrastruktur setiap cabang olahraga (Cabor) harus sudah ada, seperti pencatatan skor, pencetak penjadwalan harus dirancang secara digital dan elektronik. Itu harus disiapkan semua cabang olahraga, apalagi mempersiapkannya butuh jangka waktu lama. Idealnya sejak jauh hari sebelumnya sudah dipersiapkan dan sudah diuji coba di venue olahraga,” tegas Rudy, Selasa, (11/06/2024).
Menurut Rudy, dengan segala kekurangan sarana dan prasarana pekan olahraga (PON) , semua pihak harus bekerja keras sampai di hari pelaksanaan perhelatan olahraga empat tahunan ini. Sumber Data Manusia (SDM) pendukung kegiatan PON harus sudah direkrut dan dilatih yakni pencatat di scoringboard, petugas pembawa baki medali dan petugas lapangan lainnya ditiap-tiap cabor yang dipertandingkan di Sumut.
Rudy menjelaskan untuk publiksi pekan olahraga nasional (PON) harus gencar, setiap saat harus ada konferensi pers dari panitia bagaimana perkembangan atau kesiapan panitia PON dan venue-venue yang dibangun progressnya sudah sejauh mana. Karena PON ini adalah perhelatan akbar event olahraga terbesar di tanah air sehingga tahapan demi tahapan harus diketahui masyarakat.
“Kita contohkan ketika pandemi Covid 19, setiap hari gugus tugas yang dibentuk pemerintah memberi laporan perkembangannya, berapa yang tertular bertambah, berapa meninggal, berapa yang sembuh, setiap hari laporan itu sampai ke masyarakat di seluruh tanah air,” terangnya.
“Semestinya perkembangan seperti itulah dilakukan panitia. Ajak segenap media mempublikasikan setiap hari terkait perhelatan PON”.tegas Rudy.
Rudy mengajak seluruh masyarakat DKJ mendukung pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) Ke-21 diprovinsi Sumut dan Aceh yang menjadi tuan rumah. Maka masyarakat harus ikut mengelorakannya dan mendukung atlet-atlet yang akan bertanding.
“Mari kita gelorakan semangat PON, kita doakan perhelatan olahraga akbar ini sukses diselenggarakan,” harapnya.
Sport center PON di Sumut seharusnya sudah selesai. Lapangan tersebut semestinya sudah diuji coba atlet guna menyesuaikan diri dengan venue yang baru dibangun.
“Seharusnya kita sudah bisa uji coba lapangan, tapi progresnya baru sekitar 40-50 persen,” ungkap Rudy.
Pihak penyelenggara seperti tidak bersemangat mempersiapkan PON ini, Seharusnya gema PON sudah menggaung ke seluruh daerah dan dimana-mana masyarakat sudah membicarakan PON.
Padahal lanjut Rudy, untuk menjadi tuan rumah PON butuh perjuangan berat, melakukan lobi-lobi di tingkat nasional, Karena tuan rumah PON daerahnya akan mendapatkan pemasukan daerah yang sangat besar dari penyelenggaraan Pekan olahraga nasional ini.
“Misalnya, semua hotel dan penginapan pasti dipakai untuk atlet dan official. Belum lagi kuliner dan UMKM, aksesoris PON sebagai cenderamata dalam berbagai bentuk akan laris terjual, ekonomi rakyat pasti meningkat pesat. Tapi kenyataannya persiapan perhelatan PON ini gaungnya biasa-biasa saja, seolah-olah ini beban berat sampai-sampai pelaksanaannya seperti keterpaksaan,” ungkapnya.
“Rudy mendesak kepada Kemenpora untuk serius menyelenggarakan event akbar pekan olahraga nasional sebagai ajang pencarian bakat atlet-atlet olahraga potensial dari berbagai daerah yang nantinya dapat mengikuti serta mewakili event olahraga dikancah internasional.” harap Rudy. (Yoss)