KURANG BBM, PAKE MINYAK SAWIT AJA, AMAN BANGET
By Dr Memet Hakim, Senior Agronomis Kelapa Sawit, Founder Metoda Production Force Manajemen dan Dewan Penasihat APIB & APP TNI
Kasus Pertamina meledak, setelah kasus gas melon, ada nuasa politis, korupsi dan teknis ketahanan energi Negara Indonesia. Dari sisi politis bisa saja kasus ini sengaja diledakan untuk mendiskreditkan Presiden Prabowo atau musuh-musuh politiknya. Dari segi korupsi memang di Pertamina sering disebut sebagai sapi perah penguasa dan terjadi kasus korupsi, tetapi yang muncul justru masalah kualitas yang diragukan. Tidak heran jika nama Boy Thohir, Menteri BUMN Erick Thohir, Arya Sinulingga, dan raja minyak Riza Chalid dianggap terlibat (EnergywordIndonesia, March 6, 2025)
Memang Pertamina sering disebut sarang penyamun, tetapi peluang inipun tidak hanya terjadi pada sektor energi saja, hampir semua sektor dan semua instansi memiliki peluang yang sama, yang lebih banyak justru di Kepolisian (se-Asia Tenggara ) dan bahkan Presiden yang lalu (masuk 2 besar dalam daftar Koruptor terbesar level dunia) dan keluarganya serta para menterinya diduga ikut korupsi. Di lingkaran terdekat istana sekarangpun diduga banyak para pelaku bersembunyi dan digunakan sebagai pembantu presiden. Korupsi memang tergantung pada ETIKA & MORALITAS individu dan kelompok.,
Sorotan tim redaksi (Ewindo cs dari EnergyWordIndonesia yang bertajuk Robohnya Sumber Energi Kami cukup dalam tetapi mensiratkan kekuatiran yang sangat dalam akan terjadinya kehancuran Ketahan Energi di Indonesia. Jika mafia migas dibiarkan terus beroperasi, rakyat akan terus menjadi korban akibat harga BBM yang mahal dan kebijakan energi yang tidak berpihak kepada kepentingan nasional. Reformasi menyeluruh di sektor migas, khususnya di Pertamina, bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Kalau tak dilakukan maka kita memang saat ini sektor energi sedang dirobohkanTentu saja bisa iya dan bisa tidak jawabnya.
Masalah energi ini memang dianggap sulit bisa, tetapi dianggap mudah juga bisa, asalkan ada kemauan politik serius untuk mengatasinya. Dari catatan penulis kebutuhan BBM (industri, komersial dan transoportasi) tahun 2025 ini berkisar sekitar 85 juta KL, sedang kemampuan produksi kilang DN hanya sekitar 600.000 barel/haro setara dengan 25 juta KL BBM, artinya ada deficit sebesar 60 juta KL. Perhitungan ini jika hanya 75 % minyak kotor dapat dijadikan dijadikan BBM.
Seandainya Pertamina ditugaskan untuk meningkatkan menjadi lifting minyaknya menjadi 1.000 barel/hari, maka produksi setara BBM menjadi 42 juta KL, artinya defisit berkurang menjadi 43 juta KL. Hal ini masih sangat mungkin dan Pertamina memiliki banyak ahli explorasi, asalkan iklim kerja dan usaha nya diperhatikan oleh pemerintah. Resiko usaha minyak adalah di pengeboran . bisa terjadi berberapa kali pengeboran baru dapat menghasilkan minyak. Biaya pengeboran itupun biayanya mahal, akan tetapi jika telah berhasil semua biayanya akan tercover dengan cepat.
Seperti kita ketahui bahwa minyak kelapa sawit dapat dijadikan BBMN (Bahan Bakar Minyak Nabati) yakni 1. Bio Diesel dengan CN (Cetane Number) yang lebih baik dari minyak bumi dan bersih dari kandungan belerang. 2. Bio Gasoline atau bensin sawit dengan RON (Research Octan Number) yang sangat tinggi 112-115, padahal bensin biasa hanya sekitar 88. Jadi bensa ini dapat digunakan sebagai campuran agar Ronnya menjadi 90-100. Selain itu bio gasoline ini bersih dari kadar belerang, jadi sangat baik digunakan sebagai BBM.
Produksi Nasional minyak sawit tahun 2024 tercatat 53 juta ton, terdiri dari CPO (Crude Plam Oil) 48 juta ton dan PKO (Palm Kernel Oil) 5 juta ton. Target tahun 2025 adalah 50 juta ton, yakni hanya 35 % dari potensinya.. Konsumsi Dalam Negeri untuk pangan sekitar 10 juta ton, tidak boleh diganggu, Oleo chemical 3 juta ton dan Bio diesel sebanyak 12 juta ton, jadi totalnya menjadi 25 juta ton, sehingga total kebutuhan Dalam Negeri tahun 2025 adalah 25 juta ton. Distribusi dan logistik MINYAK GORENG juga rawan KORUPSI, harus mendapat pengawalan dari semua pihak.

TIM ETCAS sebagai Tim Recovery & Resque Kelapa Sawit
Sisanya yakni 50-25 juta ton sama dengan 25 juta ton boleh di ekspor, angka ini juga harus dikunci dan ijin impor setiap bulannya agar berpedoman apa angka ini. Jika ekspor minyak sawit dikurangi diperkirakan akan terjadi kehilangan pasar, jadi angka ekspor sebanyak 25 juta to/tahun atau 2.1 juta ton/bulan harus dikontrol. Pemberian ijin ekspor adalah tempat KORUPSI yang perlu diawasi oleh semua pihak.
Dengan demikian kebutuhan BBM secara total kurangnya hanya 43 juta ton saja. Seandainya produksi minyak sawit ditingkatkan dari 35 % ke 70 % saja, maka produksi Nasional minyak sawit akan bertambah 50 juta ton menjadi 100 juta ton. Masalah BBM dapat dipenuhi dari Dalam Negeri, tidak perlu impor minyak lagi, dengan kata lain PINTU KORUPSI LEWAT IMPOR MINYAK tertutup.
Mungkinkah produksi Minyak Sawit ditingkatkan menjadi 2x lipat atau lebih ? jawabannya tentu sangat mungkin dan sangat implementable. Ada beberapa Langkah yang harus diambil yakni :
1. Menanami Areal yang telah berijin usaha seluas 20 juta ha, sedang realisasinya baru 17 juta ha. Penanaman seluas 3 juta ha, berpotensi menghasilkan 15-21 juta ton Minyak Sawit.
2. Mengingat tanaman sawit ini merupakan hibrida yang sangat responsive terhadap pemupukan dan fakta dilapangan banyak sekali kebun yang tidak mengenal pupuk, maka pemerintah harus menyiapkan sekitar 20 juta ton pupuk bersubsidi untuk semua tanaman kelapa sawit. Pemupukan ini berpotensi meningkatkan sedikitnya 40-50 %
3. Menggunakan rekayasa teknologi agronomi untuk meningkatkan daya absorsi akar sebanyak minimal 200 %, lewat managemen akar dan kanopi. Teknologi ini memungkinkan meningkatkan produksi antar 50-100 % dan menghemat pupuk.
4. Butir 2 dan 3, berpotensi meningkatkan produksi Minyak Sawit dari 35 % menjadi 80 % terhadap potensinya. Selain itu subsidi pupuk untuk seluruh tanaman kelapa sawit yang bernilai sekitar 100 trilyun, akan kembali ke kas Negara sebanyak 200 trilyun dalam waktu 12-16 bulan.
Gerakan pemupukan pada kelapa sawit ini dapat menghemat sekitar 450 trilyun akibat stop impor minyak bumi, dan meningkatkan pendapatan petani & pengusaha sebesar 702 trilyun/tahun yang akan beredar di sekitar di Dalam Negeri. Bayangkan oleh kita setiap tahun kita memperkaya negeri tetangga sebesar 450 trilyun hanya dari minyak bumi saja, belum dari komodiditi lainnya. Diperkirakan ribuan trilyun uang mengalir keluar negeri setisap tahun, dari pertambangan saja diperkirakan diatas 5.000 trilyun, dari pertanian/Perkebunan, perikanan, peternakan paling tidak sekitar 2.000 trilyun mengalir keluar.
Bandung, Maret 2025