OJK, Bintang Iklan Pinjol?
Cerpen
WA Wicaksono
Bangunan angkuh gedung pencakar langit yang kokoh itu adalah sebuah studio content creator yang megah, lampu-lampu yang menyilaukan sorotannya ke arah panggung untuk membuat video konten terlihat komplit dan canggih. Seorang aktor berjas rapi dengan senyum selebar matahari berdiri di depan kamera. Mereka sedang memproduksi sebuah iklan video social media untuk semua platform yang ada. Nampak di belakangnya, sebuah tulisan besar: “Pinjol Aman dan Nyaman! Sudah Diawasi OJK!”
“Action!” seru sutradara.
“Pinjaman tanpa ribet? Gak perlu cek rekening dan slip gaji, cukup KTP dan nomor HP aja? Langsung cair!” ucap si aktor dengan nada antusias. “Dijamin aman.Kami sudah diawasi oleh OJK, lho! Ayo segera pinjam sekarang, lunasi nanti! Dalam hitugan menit, pinjaman Anda segera masuk di rekening dan bisa langsung digunakan!”
Di saat yang sama, di sebuah warung kopi kampung, Pak Samsul, seorang petani, sedang menonton iklan tersebut di TV kecil sambil menggerutu. “Lihat tuh, Bu. Anak muda sekarang bukannya nabung, malah digiring buat ngutang. Katanya diawasi OJK. Diawasi apa diiklankan?”
Bu Selpi, istrinya, hanya mengangguk sambil merapikan dagangan. “Iya, Pak. Tapi aneh juga ya. Pemerintah sibuk banget bilang judi online itu haram. Tapi pinjol begini kok dibiarkan tho?”
Tiba-tiba, datanglah Ramulyo, tetangga sebelah yang terlihat lusuh dan muram.
“Kenapa, Yo? Kok kayak gak tidur seminggu?” tanya Pak Samsul sambil menyeduh kopi untuk Ramulyo.
“Saya habis diuber-uber debt collector, Pak,” jawab Ramulyo lesu. “Awalnya cuma pinjam dua juta buat bayar sekolah anak. Tapi bunganya gila-gilaan. Katanya sih cuma 0,03% aja. Tapi perhari. Jadinya nambah tiap hari. Sekarang jadi lima belas juta, Pak! Padahal, saya cuma petani kecil.”
Pak Samsul terdiam. Wajahnya semakin masam. “Pinjol itu ibarat gula, Yo. Manis di depan, tapi bikin diabetes di belakang. Bunganya rendah, katanya, tapi dihitung per hari. Kalau kamu nggak punya uang dari awal, gimana mau bayar itu semua?”
………….
Sementara itu, di sebuah gedung megah di ibu kota,kantor pusat Otoritas Jasa Ketawa (OJK), Direktur OJK, Pak Anton, tengah rapat dengan para pemimpin perusahaan pinjol. Di meja, ada suguhan kopi mahal dan camilan yang tak pernah ada di warung Bu Selpi.
“Pak Anton, terima kasih atas izin dan pengawasan OJK. Dengan stempel dari lembaga bapak, bisnis kami semakin dipercaya oleh masyarakat,” kata salah satu CEO pinjol sambil menyodorkan kontrak iklan baru.
Pak Anton tersenyum tipis. “Ah… Kami kan hanya memastikan semuanya dijalankan sesuai regulasi Pak. Asal Anda bayar pajak, kami senang membantu tentunya.”
“Eh, tapi, Pak, Ngomong-ngomong sistem bunga harian itu aman kan? Kan sesuai aturan yang ada dari OJK juga kan?”
Pak Anton hanya mengangguk. “Asal nggak sampai bikin negara bangkrut, ya nggak apa-apa. Lagian, rakyat sekarang juga belajar dari pemerintah kok.”
Semua di ruangan tertawa. Pak Anton pun menambahkan, “Lihat aja, negara juga banyak utang, kan? Jadi, rakyatnya ya kita biarkan belajar multitasking: hidup sambil bayar utang, iya kan hahaha…”
Semua orang mengangguk-angguk tanda setuju.
………………..
Tahun berlalu. Pak Anton meninggal dunia dan diadili di Pengadilan Surga. Hakim Agung bertanya dengan nada tajam, “Pak Anton, Anda sadar bahwa Anda membiarkan rakyat kecil terjebak utang yang menghancurkan hidup mereka?”
Pak Anton menjawab gugup, “Tapi, Yang Mulia, saya hanya menjalankan regulasi.”
Hakim tersenyum sinis. “Regulasi? Anda tahu apa yang lebih berbahaya dari judi online? Pinjol! Anda membiarkan jerat ekonomi ini berkembang, dan rakyat tak punya pilihan karena negara pun terus menggalakkan utang. Anda tidak hanya mengawasi, tapi jadi bintang iklan. Anda berdosa pada mereka!”
Pak Anton berusaha membela diri, tapi Hakim Agung mengangkat palu. “Kami vonis Anda untuk mendengarkan keluhan rakyat yang terjebak pinjol, setiap hari, seumur hidup, eh seumur mati, eh selamanya!”
Tok!Tok!Tok! Sah, keputusan Hakim Agung sudah ditetapkan,
……………….
Sementara itu, di dunia, iklan-iklan pinjol masih terus merajalela, hanya saja sekarang ada perubahan kecil. Seperti halnya pada kemasan-kemasan rokok, di akhir iklan, ada tambahan narasi peringatan ironis:
“PERINGATAN: Pinjaman Anda adalah risiko Anda. Jangan mudah tergiur. Hidup tanpa utang lebih tenang.”
Sementara itu, Pak Anton di pengadilan surga hanya bisa menghela napas, menyesali semua. “Ternyata, dosa itu bisa dicicil… tentu saja eperti pinjol dengan bunga harian yang tak pernah lunas.” []